ANALIS MARKET (03/8/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Namun Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi mulai kembali ke jalannya untuk mengalami penguatan meskipun ada berbagai hal yang membuat obligasi bimbang.

Sejauh ini, penguatan obligasi masih secara perlahan namun pasti, namun volume masih belum cukup kuat untuk menopang.

Oleh sebab itu, sewaktu waktu pasar obligasi dapat berbalik arah menjadi pelemahan.

"Kami melihat, minat asing pun masih belum tulus untuk masuk ke dalam pasar obligasi Indonesia, ditengah situasi dan kondisi yang dimana pertumbuhan ekonomi Amerika dan Eropa mengalami penurunan yang cukup dalam, bahkan lebih dalam daripada yang diperkirakan tentu membuat pelaku pasar dan investor merasa cemas apakah perekonomian dapat bertahan atau tidak menghadapi wabah virus corona," jelas analis Pilarmas, dalam riset yang dirilis Senin (03/8/2020).

Ditambahkan, yang membuat pelaku pasar dan investor semakin cemas, pada akhirnya Fitch mengeluarkan surat peringatan terhadap pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh Amerika yang dimana menitikberatkan terhadap utang yang membuat jumlah utang terhadap GDP diperkirakan akan berkisar 130% pada tahun depan.

Hal tersebut yang membuat Fitch pada akhirnya menurunkan prospek perekonomian dari sebelumnya stabil menjadi negative.

Fitch saja khawatir, bagaimana dengan kita?

Tentu saja kita juga khawatir, meskipun peringkat Amerika masih dalam kondisi berada di AAA, namun kami melihat bahwa kedepannya tidak menutup kemungkinan apabila wabah virus corona terus berlanjut, akan membuat mereka memangkas peringkat utang tersebut dari AAA menjadi AA.

Dan hal tersebut bukanlah sesuatu yang bukannya tidak mungkin terjadi, karena pada 2011 silam kejadian tersebut pernah terjadi.

Oleh sebab itu, kami melihat bahwa hal tersebut akan membuat tingkat kekhawatiran terhadap investasi di emerging market mengalami peningkatan karena membuat prospek perekonomian di negara berkembang akan cukup rentan kedepannya.

“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan rentang 35 – 65 bps, dengan potensi menguat namun terbatas,” jelas analis Pilarmas.

Adapun cerita di awal bulan Agustus ini akan kita awali dari;

1.PERTUMBUHAN EKONOMI TERJEREMBAB

Pada akhirnya yang dinantikan pelaku pasar dan investor pekan kemarin sudah tiba. Pertumbuhan perekonomian Amerika pada akhirnya mengalami penurunan yang paling dalam sejak tahun 1947, dimana pada akhirnya efek dari wabah virus corona mulai menunjukkan kepada dunia betapa besarnya dampak yang ditimbulkan oleh corona. GDP Amerika mengalami penurunan sebesar 9.5% pada kuartal kedua dibandingkan sebelumnya, dan turun sebesar 32.9% secara YoY. Personal spending yang juga memiliki porsi 2/3 dari GDP juga merosot hingga 34.6% secara YoY. Beberapa data perekonomian yang muncul kemarin memberikan indikasi bahwa perekonomian Amerika masih dalam tekanan, meskipun sebetulnya berdasarkan lapangan kerja, pengeluaran, dan tingkat produksi sudah mengalami peningkatan sejak berakhirnya masa lockdown pada bulan May yang dimana The Fed juga mendukung dengan memberikan stimulus dan berjanji untuk melakukan apa yang harus dilakukan untuk mendorong perekonomian. Namun melihat data ekonomi yang tersaji, tampaknya kami semakin menyakini bahwa kurva yang digadang gadang akan berbentuk V mungkin tidak akan mungkin terjadi. Investasi bisnis dalam peralatan dan kekayaan intelektual mengalami penurunan sebesar 27% per tahun, dimana penurunan tersebut merupakan yang paling dalam sejak 1952, sementara dari sisi investasi perumahan mengalami penurunan hingga 38.7%, terdalam sejak 1980. Namun Amerika tidak sendirian, pertumbuhan ekonomi Eropa pun mengalami hal yang sama. Tingkat pertumbuhan ekonomi Eropa mengalami penurunan yang dimana menuju resesi pada kuartal kedua. Penurunan tersebut sebanyak 12.1% dimana virus corona pada akhirnya juga mulai menunjukkan dampak yang cukup memberatkan perekonomian Eropa, apalagi seperti yang kita ketahui beberapa negara Eropa mengalami dampak yang cukup parah dari virus corona. Spanyol merupakan contributor terbesar dimana perekonomiannya mengalami penurunan sebanyak 18.5%, diikuti oleh France dan Italia. Kami sebetulnya cukup bersyukur, karena para pemimpin Eropa pada akhirnya sudah menuntaskan kesepakatan untuk dapat mengeluarkan stimulus. Sejauh ini Bank Sentral Eropa juga telah meluncurkan program darurat pembelian obligasi sebsar 1.35 triliun euro untuk dapat menahan perekonomian yang kian rapuh. Sejauh ini secara keseluruhan, potensi ekonomi mengalami tekanan masih terbuka cukup besar, apalagi masih adanya potensi gelombang kedua dari wabah virus corona. Potensi kerusakan terbesar mungkin akan berada pada pasar tenaga kerja secara jangka panjang. Program dukungan yang diberikan oleh pemerintah mulai mengalami kenaikkan seperti yang terjadi di Amerika. Dengan prospek perekonomian yang masih dilanda ketidakpastian, kami melihat bahwa Bank Sentral Eropa masih akan terus melanjutkan pembelian obligasinya untuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Eropa dan mendorong inflasi menuju ke target 2% meskipun kami melihat target tersebut jauh di awang awang. Perekonomian kian sulit ketika perusahaan maskapai sudah mengumumkan akan memangkas tenaga kerjanya untuk dapat bertahan ditengah situasi dan kondisi yang tengah terjadi saat ini. Kami berharap banyak pada pemulihan pada kuartal ke 3 nanti sehingga dapat menopang penurunan yang terjadi pada kuartal 1 dan 2. Penurunan aktivitas perekonomian di Amerika pun mendapat perhatian dan peringatan dari;

2.FITCH MEMBERIKAN PERINGATAN

Salah satu perusahaan bergengsi dalam dunia pemeringkatan, Fitch kembali beraksi yang dimana telah memberikan peringatan mengenai memburuknya pengaturan keuangan di Amerika, yang dimana lebih menitikberatkan pengeluaran yang lebih banyak untuk menangani virus corona. Fitch Rating sudah merevisi prospek pada nilai kredit yang sebelumnya stabil menjadi negative dengan alasan bahwa keuangan di Amerika tidak memiliki rencana konsolidasi fiscal yang kredibel, meskipun demikian peringkat negara tersebut tetap masih berada di AAA. Deficit fiscal yang tinggi ditambah utang yang sudah berada dalam level menengah membuat guncangan perekonomian akibat wabah virus corona berpotensi semakin besar. Naiknya pengangguran dan lockdown yang terjadi beberapa waktu yang lalu membuat tingkat pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan meskipun ada beberapa paket stimulus ekonomi yang menopang perekonomian Amerika. Namun, Sejauh ini langkah langkah tersebut juga menambah posisi utang Amerika yang menyebabkan memburuknya deficit fiscal yang membuat Fitch kian khawatir, apalagi ditambah dengan adanya pemilihan presiden di Amerika Serika dalam beberapa bulan mendatang. Utang pemerintah Amerika diperkirakan akan melebihi dari 130% dari GDP pada tahun 2021. Fleksibilitas dalam hal pendanaan, yang dimana juga dibantu oleh The Fed untuk memulihkan pasar keuangan, tidak sepenuhnya menghilangkan tingkat resiko terhadap berlanjutnya utang dalam jangka menengah. Dan yang paling penting adalah, adanya resiko yang semakin besar ketika para pembuat kebijakan di Amerika tidak mengkonsolidasikan keuangan untuk dapat menstabilkan utang setelah wabah virus corona berlalu. Hal ini yang membuat Fitch melihat bahwa prospek perekonomian di Amerika masih kurang optimis. Kami melihat sesuatu yang wajar ketika Fitch memberikan prospek seperti itu. Ditengah wabah virus corona saja, Amerika masih sempat sempatnya untuk meningkatkan tensi geopolitik dengan China, yang dimana hubungan keduanya sangatlah dekat terkait dengan perdagangan. Kami hanya melihat bahwa moment Amerika untuk dapat mencari attensi dengan China terjadi di waktu yang salah, karena ditengah situasi dan kondisi sekarang ini, focus utamanya adalah menjaga stabilitas dalam jangka pendek sehingga dapat menjaga sustainibilitas dalam jangka waktu panjang tetap terjaga.

“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, kami merekomendasikan wait and see, dan menanti lelang esok hari,” sebut analis Pilarmas.