ANALIS MARKET (08/7/2020) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Bervariatif Cenderung Melemah

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Selasa, 07/07/2020, IHSG ditutup melemah 1 poin atau 0,04% menjadi 4.987. Sektor property, barang konsumsi dan industri dasar menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar 377.4 miliar rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari :

1.SEBUAH CERITA DARI AUSTRALIA

Bank Sentral Australia kemarin menyampaikan bahwa mereka memperhatikan kekhawatiran pada prospek rumah tangga dan bisnis, tentang kesehatan dan ekonomi yang dimana hal tersebut membuat Australia kembali mendapatkan guncangan akibat adanya wabah virus corona yang membuat prospek pemulihan menjadi terhambat. Gubernur Bank Sentral Australia, Philip Lowe pada akhirnya mempertahankan tingkat suku bunga tidak berubah di 0.25% seperti yang sudah diprediksi sebelumnya. Meningkatnya jumlah iklan pekerjaan dan penjualan ritel telah memberikan informasi bahwa perekonomian sedang mengalami fase pemulihan, namun peningkatan kasus akan menjadi salah satu perhatian terbesar kedepannya. Namun penurunan perekonomian tersebut tidak separah sebelumnya dan masih dalam keadaan stabil. Lowe mengatakan bahwa ketidakpastian mengenai situasi dan kondisi mengenai kesehatan dan prospek perekonomian masa depan membuat banyak kalangan bisnis menjadi lebih berhati hati, karena hal tersebut mempengaruhi rencana konsumsi dan investasi di masa depan. Bank Sentral masih terus percaya terhadap otoritas fiscal untuk terus menyuntikkan stimulus ke dalam perekonomian untuk membantu aktivitas corporasi. Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan akan memberikan pernyataan pada tanggal 23 July nanti terkait dengan apa yang akan dilakukan kedepannya. New South Wales dan Victoria, negara bagian Australia yang memiliki jumlah penduduk yang padat dan paling kuat secara ekonomi, akan mulai menutup perbatasan mereka kemarin malam, ketika Victoria tengah berjuang untuk menahan lonjakan kasus virus corona di Melbourne. Pemerintah negara bagian juga telah mengumumkan bahwa mereka akan melakukan lockdown kembali di Melbourne selama 6 minggu ke depan. Sejauh ini Australia merupakan salah satu negara yang berhasil mengendalikan penyebaran virus corona, namun sayang peningkatan kembali terjadi. Sejauh ini perekonomian Australia telah kehilangan lebih dari 800.000 pekerjaan pada bulan April dan May, serta tingkat pengangguran yang mengalami kenaikkan hingga 7.1%, dimana ada potensi untuk mencapai 8% pada kuartal ini. Sejauh ini program Job Keeper dari pemerintah yang dimana membantu para perusahaan untuk membayar upah bagi para karyawan agar tetap bekerja dan terikat pada Perusahaan sangat membantu menahan tingkat penggangguran. Program ini nantinya akan berakhir pada bulan September, dan mengenai kepastian program tersebut akan disampaikan nanti. Pelonggaran kebijakan fiscal dan moneter yang susbtansial dan terkoordinasi akan terus dilakukan untuk menghadapi situasi dan kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Australia. Kebijakan tersebut akan membantu perekonomian Australia untuk melewati masa masa sulit seperti sekarang ini. Lowe mengatakan bahwa mereka yakin bahwa inflasi akan terus berlanjut dengan target kisaran 2% - 3%. Sejauh ini indicator di Asutralia menunjukkan bahwa masa masa yang terburuk sudah berlalu meskipun prospek perekonomian masih belum pasti tergantung bagaimana menangani virus corona.

2.BEGITUPUN CERITA DARI MALAYSIA

Pada akhirnya Bank Sentral Malaysia memangkas kembali tingkat suku bunga acuanya sebanyak 25 bps, yang membuatnya berada di rekor terendah. Penurunan tingkat suku bunga tersebut sebagai salah satu stimulus yang dilakukan oleh Bank Sentral Malaysia untuk menopang perekonomian negeri jiran tersebut. Sontak saja pemangkasan tingkat suku bunga tersebut membuat semua harga obligasi mengalami kenaikkan yang membuat imbal hasil mengalami penurunan, untuk dapat menyesuaikan terhadap tingkat suku bunga. Hal ini jugalah yang memberikan efek domino terhadap pasar obligasi sehingga mengalami penguatan. Lho kok, kita ikut ikutan keepoh pasar obligasinya mengalami penguatan? Yaa tentu saja, sebagai negara tetangga, siapa tahu nanti pemangkasan tingkat suku bunga Malaysia tersebut dapat mendorong ekspektasi dan harapan akan pemangkasan tingkat suku bunga di Indonesia. Pemangkasan tingkat suku bunga Bank Sentral Malaysia tersebut akan membantu untuk memberikan stimulus kebijakan tambahan untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Para pembuat kebijakan tersebut akan terus menilai dan mengevaluasi situasi dan kondisi yang berkembang dan implikasinya terhadap prospek inflasi dan pertumbuhan. Sebagai informasi, pemotongan tingkat suku bunga tersebut sudah merupakan yang ke 4x nya berturut turut, ditambah lagi Menteri Keuangan juga memberikan pandangan terkait dengan ruang kebijakan fiscal dan moneter untuk terus mendukung ekonomi di mana sudah 3 bulan berturut turut terjadi deflasi. Indicator ekonomi menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian mengalami peningkatan, namun kecepatan dan kekuatan dalam pemulihan masih kalah cepat dari resiko penurunan yang berasal dari factor dalam negeri dan eksternal. Pernyataan tersebut cukup dovish dimana ada penurunan tingkat suku bunga yang cukup dalam, namun tetap harus hati hati dalam mengelola ekspektasi pemulihan ekonomi. Sebelumnya kepala statistic Malaysia, Mohd Uzir Mahidin telah memberikan peringatan bahwa perekonomian Malaysia sedang menuju resesi. Pemerintah telah memberikan 295 miliar ringgit atau $69 miliar sebagai bentuk stimulus untuk mendorong perekonomian menjadi lebih baik. Indeks Harga Konsumen terus mengalami penurunan sejak bulan Maret hingga 2.9% pada bulan April dan May. Bank Sentral Malaysia pun memperkirakan bahwa inflasi akan berada di kisaran -1.5% - 0.5% tahun ini, dan ada potensi inflasi selama setahun penuh akan berada di area negative. Well, tentu kami berharap bahwa kita semua berusaha untuk mencoba yang terbaik, untuk mendatangkan masa depan yang penuh harapan.

3.INDONESIA JUGA PUNYA CERITA LHO

Bank Indonesia (BI) merilis cadangan devisa pada akhir bulan lalu sebesar US$ 131,7 miliar atau lebih besar dari US$ 130,5 miliar pada Mei 2020. Bank Indonesia mengungkapkan Peningkatan cadev pada Juni 2020 terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah . Dengan posisi tersebut berarti cadev Indonesia setara dengan pembiayaan 8,4 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Ini pun di atas standard kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor. Cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Tentu hal tersebut baik apa adanya, setidaknya memberikan ketenangan bahwa ada peningkatan cadangan devisa meskipun dari utang.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak bervariatif cenderung melemah dan ditradingkan pada level 4.963-5.023,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (08/7/2020).