ANALIS MARKET (20/7/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Alami Kenaikan Harga

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, ternyata kekuatan pasar obligasi tidak bertahan lama.

Baru di dorong oleh penguatan, namun pada kenyataannya harus mengalami penurunan kembali.

Mungkin kemarin pasar obligasi khilaf terkait dengan adanya pemangkasan tingkat suku bunga, tapi obligasi lupa bahwa ternyata tingkat resiko di Indonesia masih belum sepenuhnya hilang.

Di tengah situasi dan kondisi PSBB fase transisi yang diperpanjang, tentu saja hal tersebut memberikan sebuah gambaran bahwa ketidakpastian mengenai pemulihan perekonomian masih ada.

Oleh sebab itu, pelaku pasar dan investor melihat bahwa kompensasi imbal hasil yang diminta haruslah lebih tinggi dari yang sekarang.

Namun investor tidak perlu khawatir, pasalnya imbal hasil obligasi dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia juga tidak boleh terpaut terlalu jauh, karena akan menyebabkan peralihan dana dari asset yang tidak beresiko untuk pindah ke obligasi. Sehingga dana pihak ketiga akan mengalami penurunan.

Tentu hal tersebut tidak akan diinginkan oleh pasar, oleh sebab itu cepat atau lambat, nanti atau sekarang, pasar obligasi harus mengalami penurunan imbal hasil.

Lalu kapan dong imbal hasil mengalami penurunan?

Pasar obligasi sedang mencari alasan untuk mengalami kenaikkan secara harga, karena kalau tidak ada angin dan hujan tiba tiba naik, tentu akan membuat pasar menjadi kaget.

Fokus selanjutnya apa?

Sejauh ini, arisan Bank Sentral sudah usai. Dari ketiga Bank Sentral, baru Bank Indonesia saja yang memberikan kejutan. Setelah arisan usai, lelang yang akan diadakan oleh pemerintah esok hari mungkin akan menjadi perhatian. Pelaku pasar dan investor di harapkan untuk berhati hati ya, karena saat ini sentimennya beraneka ragam.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Senin (20/7) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan potensi pergerakan naik dan turun 50 bps. Apabila kebijakan investor untuk jangka panjang, maka saat ini mungkin saat yang tepat untuk membeli karena ada potensi kenaikkan harga obligasi disana.

Adapun cerita di awal pekan ini akan kita awali dari;

1.EROPA TERPURUK

Pada akhirnya, akhir pekan yang panjang kemarin masih belum memberikan hasil apa apa terkait dengan usaha Uni Eropa untuk memberikan persetujuan kepada paket stimulus senilai 750 miliar euro atau $856 miliar. Tidak ada hasil atas kesepakatan tersebut di sebabkan terlalu banyak perbedaan pendapat mengenai seberapa banyak dana tersebut harus di distribusikan, dan setelah didistribusikan, pinjaman tersebut harus diberikan sebagai hibah atau pinjaman berbunga rendah. Kami bingung sebetulnya, hanya karena masalah tersebut, kesepakatan masih belum dapat diselesaikan. Padahal Eropa membutuhkan dana bantuan tersebut segera ditengah situasi dan kondisi yang mulai kembali menekan perekonomian akibat virus corona. Presiden Dewa Eropa Charles Michel mengatakan bahwa dirinya telah memberikan proposal yang terbaru untuk mengurangi nilai handout menjadi 400 miliar euro, atau turun dari sebelumnya 500 miliar euro. Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte dan Austria, Denmark, hingga Swedia mengatakan bahwa mereka menolak tawaran tersebut, karena mereka hanya membatasi pinjaman tersebut dalam bentuk hibah hanya 350 miliar euro. Jerman dan France dengan dukungan sebagaian besar blok, mengatakan bahwa setidaknya harus ada stimulus sebesar 400 miliar euro sebagai stimulus yang harus diserahkan untuk melindungi perekonomian Eropa Selatan yang mulai rapuh akibat wabah virus corona. Dengan demikian, hingga hari ini belum ada kesepakatan apapun terkait dengan perbedaan pendapat tersebut, sejauh ini diskusi tersebut masih berputar putar ditempat yang sama. Memang sejauh ini ada 2 perbedaan pendapat, antara bagian utara yang lebih kaya namun masih dapat bertahan melawan corona, atau negara negara yang berada di selatan yang sudah cukup parah terkena dampaknya akibat corona. Sebelumnya Presiden Sentral Eropa, Christine Lagarde mengatakan bahwa perjanjian tersebut harus ambisius dalam hal ukuran maupun komposisi paket stimulus, agar secara luas sesuai dengan apa yang diusulkan oleh komisi. Lebih baik menyepakati sesuatu yang besar dan ambisius meskipun hal tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama. Sejauh ini Merkel dan Macron terus mendorong agar kesepakatan tersebut dapat selesai sebelum musim panas tiba, namun tampaknya belum ada dorongan untuk menghasilkan apapun. Hal ini yang membuat posisi kian sulit karena disatu sisi Eropa membutuhkan dana stimulus tersebut dalam waktu yang cepat, namun disisi yang lain 27 negara masih terus berargumen terkait tengan pemberian stimulus tersebut. Kami hanya berharap semoga keputusan tersebut tidak menunggu Eropa kita menuju kritis baru bantuan di keluarkan.

2.SEBUAH PESAN DARI JP MORGAN

Jamie Dimon, seorang pemimpin dari salah satu bank terbesar di Amerika, JP Morgan Chase mengatakan bahwa dirinya sedang mencoba untuk mengamati perekonomian amerika seperti mengintip ke dalam lobang sumur yang gelap, yang tidak tahu seberapa dalam lobang tersebut. Dimon mengatakan bahwa dalam resesi normal yang terjadi adalah penggangguran mengalami peningkatan, angka kejahatan mengalami kenaikkan, biaya hidup naik, dan harga rumah mengalami penurunan. Kita semua akan melihat efek dari resesi ini, namun anda tidak dapat melihatnya secara langsung karena banyaknya stimulus yang di keluarkan. Apalagi langkah langkah yang diambil oleh The Fed yang menopang pasar keuangan sejauh ini sebagai salah satu langkah agar lebih stabil. Sejauh ini JP Morgan sudah memperoleh pendapatan terbesarnya pada kuartal kedua sebesar $33.8 miliar, sebagian besar didapatkan dari aktivitas perdagangan dan penggunaan utang serta ekuitas. Sejauh ini JP Morgan telah melihat setidaknya kurang dari 5 kemungkinan ekonomi akan mengalami situasi dan kondisi yang berbeda, dan salah satunya adalah perusahaan akan menjadi lebih pesimis, dan tingkat pengangguran juga akan mencapai 11% pada akhir tahun ini, dan ada potensi bahwa akan mengalami peningkatan sebanyak 4.3% lebih buruk dari bulan April lalu. Dalam scenario terburuknya, virus corona akan mengalami kenaikkan lebih tinggi pada musim gugur dan akan mendorong potensi lockdown yang lebih luas, sehingga tingkat pengangguran dapat meningkat sebanyak 23%. Kami sendiri tidak menyangkal pernyataan dari Jamie Dimon, dan apa yang dikatakan cukup beralasan. Ditengah situasi dan kondisi yang justru bertambah buruk secara perlahan akibat kenaikkan wabah virus corona, muncul pertanyaan seperti ini mengenai amunisi;

3.APAKAH MASIH ADA AMUNISI?

Mendekati akhir bulan July, hampir semua stimulus dipastikan akan berarkhir. Pertanyaannya adalah, apakah stimulus yang sudah diberikan akan diperpanjang ataukah berakhir ditengah situasi dan kondisi pandemic yang masih hype? Para pembuat kebijakan di Amerika akan melanjutkan pembicaraan tersebut pada pekan ini. Beberapa stimulus sebelumnya akan berakhir dalam kurun waktu beberapa minggu mendatang. Senat Amerika akan kembali ke Washington untuk menegosiasikan undang undang tentang seberapa lagi uang dan stimulus yang akan diberikan untuk menahan perekonomian dari wabah virus corona. Partai Republik dan Demokrat masih memiliki beberapa permasalahan yang harus dibahas, termasuk diantaranya terkait dengan pemangkasan pajak gaji, yang dimana Presiden Trump meminta hal tersebut untuk dimasukkan sebagai bagian dari stimulus. Sejauh ini Partai Demokrat telah menyetujui tagihan sebesar $3.5 triliun, sementara White House menyampaikan bahwa stimulus berikutnya tidak boleh melebihi $1 triliun. Tentu apa yang diinginkan Demokrat berbeda dengan pembuat kebijakan lainnya. Disatu sisi, kamu juga berfikir, mau seberapa jauh pemerintah terus melakukan stimulus sedangkan pengendalian terkait dengan wabah virus corona masih sering diabaikan. Amerika telah melaporkan data terbaru terkait dengan tunjangan pengangguran yang dimana angka tersebut masih cukup tinggi karena masih ada cukup banyak masyarakat yang telah kehilangan pekerjaannya. Minggu lalu, data tersebut masih belum turun, dan data tersebut masih berpotensi sangat besar untuk mengalami kenaikkan apabila stimulus berakhir pada akhir bulan July nanti. Secara keinginan, tentu saja stimulus dibutuhkan, namun secara perhitungan mungkin akan lain cerita. Setelah pekan lalu sebelumnya kita disibukkan dengan arisan Bank Sentral dari Jepang, Eropa, dan Indonesia, kali ini akan datang arisan berikutnya dari Hongaria yang dimana sesuai proyeksi akan melakukan pemangkasan tingkat suku bunga sebesar 15 bps, di Ukraina juga mungkin akan melakukan hal yang sama. Turki hingga dengan hari ini telah menurunkan tingkat suku bunga sebesar 375 bps atau 3.75%, mungkin akan menarik napas terlebih dahulu setelah pertemuan pekan ini. Rusia juga mungkin akan melakukan hal yang sama, namun dengan potensi pemangkasan tingkat suku bunga yang lebih besar. Nigeria sendiri ada kemungkinan untuk mempertahankan tingkat suku bunga mereka sementara ini karena ada kenaikkan inflasi sebelumnya. Setelah jalan jalan dari arisan Bank Sentral, selanjutnya kita akan menantikan beberapa data mengenai makro ekonomi dari Jepang, Korea Selatan, dan Thailand yang dimana akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai perekonomian mereka. Bank Sentral Australia juga akan memberikan pernyataan pada hari Selasa terkait dengan perkembangan wabah virus corona dan impact yang ditimbulkan terhadap perekonomian Australia. Pemerintah Australia pun akan menyampaikan beberapa rencana fiscal untuk menjaga perekonomian Australia yang masih dalam tekanan akibat virus corona yang kembali menekan perekonomian. Well, ternyata meskipun pasar saham bergejolak mengalami kenaikkan, namun bukan berarti perekonomian di seluruh dunia dikatakan membaik. Masih cukup banyak hal yang harus kita perhatikan terkait dengan pemulihan ekonomi apakah benar benar terjadi ataukah hanya halusinasi?

“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, kami merekomendasikan beli hari ini apabila mengalamai kenaikkan lebih dari 50 bps dengan volume yang kuat, dan nantikan lelang esok hari,” ungkap analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (20/7/2020).