ANALIS MARKET (17/7/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Mengalami Kenaikkan

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi bermain cantik kemarin (16/7). Setelah sebelumnya mendapatkan tenaga baru dari pemangkasan tingkat suku bunga, harga obligasi kali ini mengikuti hukum alamnya, yaitu mengalami kenaikkan harga setelah pemangkasan tingkat suku bunga.

Ada 2 hal yang membuat kami berfikir terkait dengan pemangkasan tingkat suku bunga yang kemarin di lakukan.

Apakah hanya sebagai normative ataukah memang sebagai stimulus nyata yang diberikan oleh Bank Sentral terhadap pasar. Namun pertanyaan sesungguhnya yang harus ditanyakan adalah, apakah kita cukup kuat untuk mampu bertahan dengan sentiment positif pemangkasan tingkat suku bunga yang sudah dilakukan kemarin? Jawabannya mungkin saja demikian.

Kenaikkan harga obligasi yang terjadi kemarin (16/7), sudah mengubah trend dan komposisi secara teknikal analisa, sehingga memberikan potensi yang lebih besar bagi pasar obligasi untuk mengalami kenaikkan.

Lebih lanjut analis Pilarmas menyebutkan, di akhir pekan yang cerah ini, kami melihat pasar akan bereaksi positif, namun tentu kami berharap bahwa kenaikkan pasar obligasi lebih banyak dari biasanya.

“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (17/7/2020).

Dengan memasuki perpanjangan dari PSBB fase transisi, tentu hal tersebut memberikan gambaran bahwa perekonomian masih akan menunjukkan geliatnya, dan kami juga menyakini bahwa tidak akan ada penutupan kembali, karena kami melihat factor virus pun sudah terabaikan sekarang.

Namun jangan lupa, bahwa pengendalian korban yang terinfeksi virus harus tetap diutamakan, jangan sampai seperti buah simalakama.

Tidak ada yang boleh berat sebelah antara kesehatan dan perekonomian, keduanya harus berjalan beriringan untuk saat ini.

Tapi ternyata eh ternyata, ada yang menarik pemirsa. Meskipun harga obligasi mengalami penguatan, namun ternyata Rupiah kembali mengalami pelemahan. Apakah ini artinya pasar obligasi tidak dilirik lagi meskipun ada pemangkasan tingkat suku bunga?

Bank Sentral Eropa pun juga tidak mau kalah pamor oleh Bank Sentral Indonesia, apa sih yang dilakukan oleh Bank Sentral Eropa?

Yuk kita simak kisah lengkapnya disini;

1.SEBUAH CERITA DARI EROPA

Presiden Bank Sentral Eropa, Christine Lagarde mengatakan bahwa dirinya tidak akan membiarkan kebijakan moneter dibatasi karena dirinyapun mendukung pemulihan ekonomi di kawasan Eropa dari krisis yang ditimbulkan oleh wabah virus corona. Dalam hasil rapat pertemuan Bank Sentral Eropa kemarin, Christine juga mengatakan bahwa dirinya mengharapkan untuk memberikan dan menghabiskan semua yang sudah dianggarkan dari program pembelian obligasi pandemic kemarin. Hal tersebut berbeda dengan yang disampaikan oleh Dewan Eksekutif sebelumnya yang mengatakan bahwa tindakan tersebut belum diperlukan. Namun kami percaya, bahwa Christine cukup mengerti dan memahami apa yang harus dilakukan, dan apabila Christine mengatakan demikian, berarti hal, tersebut memang harus dilakukan untuk menopang perekonomian. Sejauh ini para pembuat kebijakan, masih belum bisa menyatukan suara, karena mereka masih belum mencapai kata sepakat mengenai program yang akan dijalankan. Lagarde juga mengatakan bahwa para pejabat akan terus mendorong pembelian asset terhadap beberapa negara yang membutuhkan dukungan selama pandemic seperti di Italy. Namun hal tersebut mungkin akan menjadi masalah karena para pembuat kebijakan khawatir bahwa Bank Sentral akan dianggap melanggar undang undang apabila membiayai pemerintah di negara tertentu secara langsung. Christine mengatakan bahwa dirinya akan tetap berkomitmen untuk melakukan apa yang harus dilakukan untuk mendukung semua warga zona Eropa untuk melewati masa masa sulit. Namun berbicara mengenai prospek perekonomian kami melihat masih sangat rapuh kedepannya. Sejauh ini mengenai keputusan atas pinjaman sebesar 750 miliar euro tampaknya masih akan di bicarakan dan diputuskan pada saat pertemuan di Brussels pada hari Jumat ini. Hal tersebut juga diamini oleh Christine, bahwa harapannya adalah pemimpin dapat menyetujui suatu paket yang dapat mendorong stimulus perekonomian kepada pelaku pasar. Dan Christine juga berharap bahwa para pemimpin tersebut jangan terlalu lama untuk memutuskan hal tersebut. Para pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa pun mulai terdengar pesimis terkait dengan prospek pemulihan perekonomian kedepannya. Mereka masih akan terus mewaspadai lonjakan infeksi kedepannya yang dapat mempengaruhi aktivitas perekonomian. Sebuah survey dari bank Sentral Eropa sejauh ini terhadap Lembaga keuangan menunjukkan bahwa mereka khawatir dengan pemberian pinjaman terhadap nasabah, oleh sebab itu mereka tengah bersiap untuk memperketat standar pinjaman yang dimana hal tersebut dapat mengurangi tingkat pertumbuhan. Kami melihat bahwa prospek perekonomian tampaknya masih terlihat samar di Eropa, berbeda dengan di Amerika atau China yang terlihat jelas meskipun belum pasti. Namun setidaknya hal tersebut lebih baik dibandingkan samar ditambah belum pasti, ditambah lagi masih belum ada kerjasama yang terlihat diantara para pemimpin negara tersebut untuk mendorong perekonomian.

2.INDONESIA DALAM BERITA

Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4%. BI mengungkapkan keputusan tersebut sebagai bagian penguatan bauran kebijakan nasional yang untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional dengan menjaga terkendalinya inflasi dan stabilitas nilai tukar dan langkah lanjutan untuk percepat pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19. Tentunya keputusan penurunan suku bunga tersebut sebagai stimulus bagi perekonomian dalam negeri khususnya sisi permintaan perekonomian dan mendukung aktivitas produksi dan mendorong penurunan suku bunga perbankan sehingga dapat mengakselerasi momentum pemulihan ekonomi nasional. Ditengah adanya penantian apakah PSBB akan diperpanjang atau tidak, World Bank dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020, ekonomi Indonesia bisa masuk resesi jika pembatasan aktivitas diperpanjang ke kuartal ketiga dan keempat dan atau jika resesi global lebih parah dari yang diharapkan. World Bank menyebut bahwa skenario resesi ekonomi Indonesia bisa terjadi, jika infeksi Covid-19 meluas atau gelombang infeksi baru muncul. World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 sebesar 0%. Hal ini akan memaksa pemerintah untuk memberlakukan tambahan pembatasan mobilitas skala besar di kuartal ketiga dan keempat, sehingga mengarah pada pertumbuhan yang lebih lambat di sektor berorientasi domestik. Selanjutnya World Bank juga mengungkapkan dengan skenario ekonomi global tergelincir labih dalam, yakni sebesar 7,8% pada tahun 2020, maka akan terjadi penurunan lebih lanjut pada investasi dan ekspor, dan efeknya tentu saja akan membebani pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, kami merekomendasikan beli hari ini,” sebut analis Pilarmas.