ANALIS MARKET (13/7/2020) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Variatif Cenderung Menguat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jum’at, 10/07/2020, IHSG ditutup melemah 21 poin atau 0,43% menjadi 5.031. Sektor properti, aneka industri, barang konsumsi, agrikultur, infrastruktur, pertambangan, dan perdagangan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar 100.3 miliar rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari :

1.SEBUAH MIMPI DARI KESEPAKATAN

Tampaknya keinginan pelaku pasar dan investor untuk melihat kesepakatan fase kedua dari Amerika dan China tinggal mimpi semata. Presiden Trump pada hari Jumat kemarin mengatakan bahwa dirinya tidak lagi memikirkan adanya potensi kesepakatan perdagangan fase kedua. Karena kesepakatan fase kedua sudah dirusak oleh wabah virus corona yang berasal dari China. Trump mengatakan bahwa China tidak bisa menghentikan wabah, padahal mereka bisa menghentikannya. Status kesepakatan tahap pertama yang sebelumnya sudah ditandatangani sebelumnya pun masih dipertanyakan kelanjutannya oleh para pelaku pasar dan investor. Apakah masih akan terus berlanjut, ataukah mungkin akan berpisah ditengah jalan. Meskipun sebelumnya Presiden Xi sudah menyampaikan bahwa bahwa ada 1000 alasan bahwa kesepakatan perdagangan dapat berjalan sukses. Namun hubungan keduanya juga kami melihat masih akan memiliki potensi untuk memanas. Bagaimana tidak, pemerintahan Trump merencanakan untuk membuat pengumuman terkait dengan meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan dimana baik China maupun Amerika terkadang suka pamer kekuatan. Amerika kembali menyuarakan keprihatinannya atas keputusan China untuk melakukan latihan militer di perairan yang masih diperebutkan sekitar Paracel Island. Departemen Pertahanan Amerika mengatakan bahwa hal tersebut melanggar hukum, dan Amerika akan menyampaikan secara resmi dimana posisi Amerika saat ini. Tentu saja hal tersebut semakin menambah runyam permasalah yang ada saat ini, dimana keduanya padahal tengah memperjuangkan kesepakatan fase pertama. Apalagi Trump masih empet terkait dengan China terkait dengan wabah virus corona, sehingga masih melemparkan kritik kritik terkait corona terhadap China.

2.YANG DINANTI MINGGU INI

Minggu ini cukup banyak acara pasar kaget yang bertemakan pertemuan Bank Sentral. Mulai dari Bank Sentral Eropa, Bank Sentral Jepang, hingga Bank Sentral Indonesia. Tentu pelaku pasar akan terfokus terhadap pertemuan tersebut. Meskipun menurut consensus, kami melihat tidak ada perubahan tingkat suku bunga di Eropa dan Jepang, namun ada potensi penurunan tingkat suku bunga di Indonesia. Meskipun menurut kami belum ada urgensi terkait hal tersebut, namun ya apapun bisa saja terjadi. Bagi penggemar obligasi, kehadiran pertemuan Bank Sentral tersebut tentu menjadi sesuatu yang menarik untuk di keepoin, pasalnya penurunan tingkat suku bunga tentu akan memberikan pengaruh terhadap pergerakan harga obligasi untuk menguat. Meskipun penurunan tingkat suku bunga masih belum pasti, namun setidaknya menjadi trigger di pasar obligasi untuk keluar dari fase konsolidasi dan mengalami kenaikkan. Kami berharap bahwa pertemuan Bank Sentral tersebut dapat memberikan angin yang menyegarkan, setidaknya ditengah situasi dan kondisi yang tengah kita alami saat ini. Tidak hanya itu saja, beberapa data ekonomi penting akan muncul pada minggu ini. Mulai dari Amerika yang akan memberikan informasi mengenai data ekonomi dari; Inflasi Amerika diperkirakan akan mengalami kenaikkan seiring dengan pembukaan kembali perekonomian, Empire Manufacturing, Capacity Utilization, Industrial Production diperkirakan mengalami kenaikkan yang memberikan efek terhadap Initial Jobless Claims dan Continuing Claims mengalami penurunan kembali. Namun kekhawatiran terkait meningkatnya wabah virus corona di Amerika membuat masyarakat menurunkan kembali daya belinya, itu terlihat dari proyeksi kami terkait dengan penjualan retail yang mengalami penurunan. Kita jalan jalan sebentar ke Eropa, disana ada data makro ekonomi dari Industrial Production yang dimana akan mengalami kenaikkan setelah perekonomian kembali dibuka kembali. Namun yang akan menjadi perhatian adalah data inflasi yang kami melihat secara YoY berpotensi mengalami kenaikkan karena perekonomian kembali dibuka. Tentu hal tersebut memberikan angin segar bagi perekonomian karena kembali pulih meskipun belum sepenuhnya. Yang akan menarik perhatian adalah pertemuan Bank Sentral Eropa yang akan terjadi pada tanggal 16 nanti, meskipun secara consensus tingkat suku bunga tidak berubah, namun secara kebijakan mungkin ada sesuatu yang baru. Setelah dari Eropa mampir ke China untuk beli dim sum, disana ada data makro ekonomi dari yang berpotensi mengalami kenaikkan untuk data Exports dan Imports. Tidak hanya itu saja, trade balance dari China juga akan mencuri perhatian meskipun diprediksikan akan mengalami penurunan. Namun yang dinantikan adalah tentu saja data GDP YoY China yang diprediksikan akhirnya mengalami penguatan. Tentu hal tersebut akan menjadi salah satu sentiment positif yang dinantikan oleh pasar, karena China merupakan salah satu negara yang berhasil bangkit dalam waktu yang sangat singkat. Setelah data GDP, yang akan menggerakan pasar selanjutnya adalah data Industrial Production dan Retail Sales yang dimana diperkirakan juga akan mengalami kenaikkan. Tentu hal tersebut akan memberikan angin positif bagi pasar Asia. Setelah kenyang makan dim sum, kita santai sejenak di negeri sakura, Jepang. Disana yang akan dinantikan adalah PPI YoY yang berpotensi mengalami kenaikkan, diikuti dengan Tertiary Industry. Tentu hal tersebut memberikan angin akan perbaikan perekonomian di negara Jepang. Namun yang akan mencuri perhatian adalah adanya pertemuan bank Sentral Jepang pada tanggal 15 July nanti. Tentu kami berharap bahwa ada kebijakan yang dapat menopang perbaikan perekonomian yang sudah mulai pulih, meskipun masih sangat rapuh disana. Tidak kalah dinantikan adalah data mengenai Trade Balance, Export dan Import. Setelah melihat sakura, akhirnya pun kita kembali ke Indonesia. Seperti biasa, disana ada data Exports, Imports, dan Trade Balance mengawali pekan ini sebagai data yang dinantikan, secara proyeksi masih terlihat positif, namun berpotensi untuk mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya. Yang menarik tentu saja pertemuan Bank Sentral Indonesia terkait dengan pandangan dan kebijakan yang akan diambil kedepannya. Demikian penjelasan tour travel kali ini, kita berjumpa kembali minggu depan.

3.SEBUAH TANDA

Pasar ekspor batu bara ke Eropa semakin tertutup karena akan beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Hal ini tentunya menjadi indikasi antisipasi dari produsen batu bara khususnya Indonesia yang saat ini menjadi negara dengan pengeskpor komoditas tersebut. Belum lama ini, Majelis Parlemen Jerman resmi menandatangani kesepakatan untuk menghentikan penggunaan pembangkit listrik dari energi fosil batu bara. rencana tersebut adalah bagian dari kebijakan Energiewende Jerman, yaitu upaya negara Eropa Barat itu untuk mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga panas dan menghasilkan semua kekuatan bangsa dari sumber daya energi terbarukan. Dalam kesepakatan yang ditandatangani pada 3 Juli 2020 itu, Jerman menargetkan akan menutup seluruh unit pembangkit listrik dari tenaga batu bara yang totalnya mencapai 84 unit pada 2038. Tidak hanya mengakhiri penggunaan batu bara, Jerman juga akan menargetkan untuk menghentikan penggunaan tenaga nuklir secara keseluruhan pada 2022. Jerman akan segera menutup 8 dari 17 reaktornya setelah Bencana Fukushima pada 2011, bagian dari gelombang penutupan nuklir di beberapa negara. Menteri Lingkungan Jerman Svenja Schulze mengatakan bahwa setidaknya delapan pembangkit listrik tenaga batu bara di Jerman dijadwalkan untuk ditutup pada tahun ini. Pembakaran batu bara di Jerman dalam beberapa tahun terakhir sudah menurun. Pada 2019, pembakaran batu bara menyumbang 150,9 TWh dengan total pangsa pasar sebesar 29 persen dari keseluruhan pasar, atau turun dari kontribusi 38 persen pada 2018. Negara Eropa lainnya, Polandia, yang saat ini mengandalkan batu bara lebih dari 70% pembangkit listriknya, juga tengah meningkatkan upayanya untuk mengganti bahan bakar batu bara dengan energi terbarukan. Menurut International Energy Association, Polandia akan meningkatkan kapasitas daya terbarukan sebesar 65 persen pada 2019 hingga 2024, sebagian besar dari ladang angin dara. Turbin angin lepas pantai pertama di negara itu, di Laut Baltik, diperkirakan akan mulai menghasilkan tenaga pada 2025. Adapun, langkah Jerman dan Polandia itu termasuk untuk memenuhi komitmennya terhadap Perjanjian Paris hasil dari Konferensi Perubahan Iklim PBB 2015 lalu di Paris. Perjanjian tersebut membidik pengurangan emisi karbon dioksida efektif berlaku sejak 2020. Adapun tujuan dari perjanjian ini, salah satunya, mengerem laju peningkatan temperatur global hingga di bawah 2 derajat celsius dari angka sebelum masa Revolusi Industri.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak variatif cenderung menguat dan ditradingkan pada level 4.988-5.098. Ditengah level saat ini, tentu konsistensi IHSG untuk bertahan di level 5.000 akan mencuri perhatian. Apabila mampu membuat fondasi yang baik, maka bukan tidak mungkin akan melanjutkan penguatan,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (13/7/2020).