ANALIS MARKET (25/6/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kemarin (24/6), pada akhirnya mengalami kenaikan.
Obligasi acuan 5y dan 15y pada akhirnya berhasil menembus level resistensi, tentu kami berharap hal ini akan diikuti oleh obligasi 10y, dan 20y.
Namun, penguatan tersebut juga masih dalam rentang yang terbatas, sehingga ditengah situasi dan kondisi saat ini penguatan tersebut juga masih belum memberikan kepastian yang lebih pasti.
Apalagi volume pendukung dari penguatan tersebut juga masih belum cukup kuat, masih dibutuhkan beberapa factor lagi sampai penguatan tersebut terkonfirmasi.
Volume yang belum kuat inilah yang akan membuat pasar obligasi masih dapat kita katakan masih rapuh.
Pasar masih bereaksi sesuai dengan sentimen yang ada, meksipun terkadang bergerak anomaly dari sentimen tersebut.
“Fokusnya saat ini adalah mencoba untuk mencari pegangan dan pijakan yang lebih kuat untuk dapat menopang market kedepannya. Adapun kepemilikan asing yang masih keluar masuk di obligasi merupakan sebuah tanda bahwa prospek perekonomian di Indonesia masih belum cukup baik, dan ketika mereka masih merasakan bahwa prospek perekonomian belum cukup baik, maka imbal hasil yang diminta pasti akan menjadi lebih tinggi, apalagi kita sebagai negara emerging market,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (25/6/2020).
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Kamis (25/6) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas. Gejolak pasar masih akan memberikan pengaruh terhadap pergerakan pasar ke depannya.
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.BALADA CINTA ALA TRUMP
Lagi-lagi, ditengah situasi dan kondisi seperti ini, Trump kembali menjentikkan jarinya terhadap Uni Eropa dan Inggris. Amerika saat ini tengah mempertimbangkan tariff baru sebesar $3.1 miliar terhadap ekspor yang berasal dari France, Jerman, Spanyol, dan Inggris. Pemerintahan Trump berpotensi untuk melakukan perang perdagangan dengan cakupan yang lebih luas pada akhir musim panas nanti ditengah situasi dan kondisi tekanan dari wabah virus corona masih belum berakhir. Perwakilan dagang dari Amerika ingin mengenakan tarif baru terhadap barang barang yang di eksport dari Eropa seperti zaitun, bir, gin, dan truk sembari meningkatkan bea masuk terhadap produk produk pesawat terbang, keju, dan yoghurt. Sontak saja, saham saham di Eropa berwarna merah merona dan terjadi penurunan yang paling dalam dengan kurun waktu 1 minggu, dimana penurunan tersebut tertekan oleh tekanan wabah virus corona ditambah dengan ketegangan perang perdagangan antara Amerika dan Eropa. Bea masuk yang baru mungkin akan senilai 100%, sehingga akan membuat harga produk naik 2x lipatnya dan berpotensi untuk mencegah barang tersebut masuk ke dalam Amerika. Sementara itu Robert Lighthizer terus meningkatkan tekanan terhadap pasar Eropa dengan terus menggeser tarif terhadap berbagai kelompok barang. Pergeseran tariff tersebut dapat menjadi lebih tinggi, sehingga akan memberikan luka yang lebih dalam terkait dengan industry yang bersangkutan, sehingga tentu saja akan menciptakan tingkat ketidakpastian menjadi bertambah, baik bagi eksportir maupun importir. Robert mengatakan bahwa tujuannya menaikkan tariff tersebut adalah meminta Uni Eropa untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, namun pada kenyataannya Amerika dan Uni Eropa mungkin akan gagal menyelesaikan permasalahan yang ada tahun ini karena ancaman mungkin tidak akan menghasilkan apapun. Dan sekarang, tampaknya Uni Eropa murka dan bersiap untuk membalas dengan tarif baru yang sensitive terhadap industry di Amerika. Komisaris Perdagangan Uni Eropa, Phil Hogan, mengatakan bahwa Amerika telah mundur dari pembicaraan mengenai penyelesaian dalam beberapa pekan terakhir. Dan jika ini tetap terjadi tanpa kesepakatan, maka Uni Eropa akan menggunakan haknya untuk melakukan pembalasan dan memberikan sanksi. Uni Eropa telah meminta WTO untuk memberikan lampu hijau untuk memberikan tariff senilai $11.2 miliar sebagai balasan atas subsidi illegal yang dilakukan Amerika untuk Boeing. Sementara itu dengan egonya, Robert mengatakan bahwa tidak ada dasar yang tepat bagi Uni Eropa untuk memberikan tariff terhadap barang barang Amerika. Amerika akan terus menekan Uni Eropa untuk mendapatkan resolusi dan merundingkannya. Kalau sampai hal ini benar benar terjadi, tentu saja hal tersebut akan memberikan tekanan terhadap potensi pertumbuhan ekonomi yang sedang terjadi ditengah situasi dan kondisi dimana saat ini sedang berada dibawah tekanan virus corona. Tekanan tersebut kami melihat akan semakin mengaburkan proyeksi dan probabilitas pemulihan ekonomi dalam jangka waktu pendek dan panjang. Tapi yaa, tidak seru bukan kalau tanpa volatilitas?
2.RAMALAN DARI IMF
IMF kembali memberikan sebuah ramalan mengenai prospek perekonomian dunia yang terkena dampak wabah virus corona, dan memproyeksikan resesi yang lebih dalam daripada yang sebelumnya. IMF mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dunia akan mengalami penurunan pada tahun ini menjadi 4.9%, dimana angka tersebut lebih rendah 3% dari yang diproyeksikan pada bulan April lalu. Untuk tahun 2021 IMF melihat pertumbuhan hanya akan berkisar 5.4% turun dari sebelumnya yaitu 5.8%. Setelah memperingatkan mengenai penurunan sejak Depresi yang hebat, IMF juga mengatakan bahwa mereka pesimis terkait dengan pertumbuhan ekonomi, khususnya dengan penutupan suatu negara yang lebih lama, tentu akan memberikan dampak terhadap pertumbuhan. Kepala ekonomi IMF Gita Gopinath mengatakan bahwa kerugian kumulatif untuk perekonomian dunia tahun ini akan berkisar $12.5 triliun. Tingginya tngkat ketidakpastian yang tinggi akan memberikan resiko untuk mengalami kenaikkan atau penurunan, namun berita positif seperti adanya vaksin dan dukungan akan kebijakan yang lebih lanjut, baik fiscal maupun moneter tentu akan dapat mendorong pemulihan lebih cepat pada perekonomian. Namun sisi negatifnya adalah, apabila gelombang infeksi terus berlanjut, tentu akan mendorong pengeluaran yang lebih besar dan tentu saja akan memicu kesulitan ketika ingin menerbitkan utang. Langkah langkah fiscal yang mungkin sudah berjumlah sekitar $11 triliun secara global, yang dimana sudah naik dari sebelumnya $8 triliun dari bulan April, telah membantu untuk meredam dampak negative terhadap para pekerja dan pengusaha. Namun pengeluaran darurat yang dilakukan oleh pemerintah, tentu akan membuat ratio utang global akan berada di atas 100% untuk pertama kalinya. Dalam kurun beberapa waktu minggu terakhir, IMF terus menyampaikan adanya proyeksi penurunan pertumbuhan ekonomi global. Namun proyeksi tersebut dapat berubah menjadi kenaikkan apabila ada terobosan baru dalam dunia vaksin untuk mengatasi wabah virus corona. Di Amerika, GDP diproyeksikan akan mengalami penurunan sebesar 8% pada tahun 2020 dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 5.9%. Tahun berikutnya pertumbuhan ekonomi dapat terjadi berkisar 4.5%. Untuk kawasan Eropa, ada potensi perekonomian akan mengalami penurunan sebesar 10.2% pada tahun 2020, sebelum pada akhirnya dapat mengalami perbaikan pada tahun 2021. IMF melihat perekonomian negara maju akan mengalami penurunan yang paling besar yaitu 8% dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yaitu 6.1%. Emerging market akan mengalami penurunan sebesar 3% dibandingkan dengan sebelumnya yaitu 1%. Brazil dan Meksiko akan mengalami penurunan sebesar 9.1% untuk Brazil, dan 10.5% untuk meksiko. Volume perdagangan global barang dan jasa akan mengalami penurunan sebesar 11.9% pada tahun ini. Dengan adanya perang perdagangan antara Amerika dan Uni Eropa dan Inggris, ditambah lagi dengan adanya ramalan yang kurang baik dari IMF, hal ini tentu akan memberikan impact kepada pasar hari ini.
“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, kami merekomendasikan wait and see dengan, hati hati dengan pergerakan pasar hari ini,” sebut analis Pilarmas.

