ANALIS MARKET (22/6/2020) : Pasar Obligasi Diproyeksi Bervariatif dengan Rentang Pergerakan Dikisaran 40 – 75 Bps
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi masih mengalami kebimbangan dan keraguan terkait akan apa yang harus dilakukan.
Sejauh ini, Indonesia sudah melampaui Singapore dalam hal jumlah korban yang terinfeksi virus corona. Penyebaran tersebut pun juga membuat perkiraan bahwa jumlah kematian yang menurut kabar tidak resmi angka sesungguhnya sudah mencapai 4.000 orang.
Apabila angka tersebut resmi, Indonesia sudah menjadi negara yang memiliki tingkat kematian tertinggi di Asia Tenggara.
Kecemasan seperti ini yang membuat para pelaku pasar dan investor masih meminta imbal hasil yang lebih tinggi dari pasar obligasi.
“Ada 3 hal yang mampu membuat pasar modal dalam negeri memiliki kekuatan untuk melakukan penguatan. 1. Adanya vaksin. 2. Melandainya korban yang terinfeksi. 3. Adanya kebijakan moneter dan fiscal yang lebih mengigit sehingga mampu mendorong ekspektasi dan penguatan akan geliat ekonomi yang sedang dalam posisi rentan dan rapuh,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (22/6/2020).
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Senin (22/6) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan rentang pergerakan 40 – 75 bps, namun volume transaksi yang masih minim akan membuat pasar memasuki fase konsolidasi.
Namun dengan adanya lelang yang akan diadakan pemerintah esok hari, mungkin akan menjadi obat kuat bagi pelaku pasar dan investor untuk mulai masuk ke dalam pasar obligasi.
Adapun cerita di awal pekan ini akan kami awali dari;
1.RINTANGAN THE FED
Program program andalan The Fed dalam Program Pinjaman masih belum sepenuhnya dapat berjalan dengan lancar. Selain wabah virus corona, program tersebut masih menghadapi kendala lainnya yaitu tidak ada peminjam dan keengganan Bank untuk memberikan pinjaman. Program tersebut bertujuan untuk memberikan bantuan terhadap perusahaan kecil dan menengah, dan telah dibuka pendaftaran untuk memberikan pinjaman pada hari Senin kemarin. Sejauh ini baru 200 lembaga keuangan yang memulai proses tersebut, namun angka tersebut sangat sangat kecil kalau kita bandingkan dengan 5.000 bank yang ambil bagian dalam Program Perlindungan Gaji dalam program pertama, dimana program tersebut diperuntukkan untuk perusahaan perusahaan kecil di Amerika. Dibawah program The Fed, perusahaan dapat membuat pinjaman dengan nilai 250.000 hingga $300 juta dan dapat meminjam hingga 95% ke Bank Sentral. Putaran pertama program tersebut hanya berlangsung selama 13 hari atau sebelum $349 miliar pertama habis. Pinjaman ini akan berubah menjadi hibah apabila ternyata penggunaan dana tersebut 75% habis hanya untuk membayar upah pegawai. Ditengah situasi dan kondisi dimana wabah virus corona mengalami kenaikkan, kekhawatiran prospek bisnis kedepannya menjadi salah satu perhatian utama bagi para peminjam untuk meminjam di Bank. Pelonggaran memang sudah dilakukan, namun potensi untuk penutupan kembali juga tetap ada, meskipun kami melihat hal tersebut sangat kecil untuk dilakukan. Apa yang sudah dibuka mungkin tidak dapat ditutup kembali, sehingga memaksa masyarakat untuk hidup beriringan dengan virus meskipun sejauh ini masih belum ada obat yang dapat diandalkan untuk menjadi pijakan melawan virus corona. Kami masih berharap bahwa The Fed segera memulai semua program tersebut agar dapat berjalan dan menopang perekonomian Amerika.
2.SEBUAH KESEMPATAN BARU
Akhirnya ada titik terang dari kesepakatan tahap pertama antara Amerika dan China. China pada akhirnya berencana untuk mempercepat proses pembelian barang barang pertanian dari Amerika untuk mematuhi perjanjian kesepakatan pertama dengan Amerika setelah sebelumnya ada pembicaraan di Hawai pekan lalu. Apalagi saat ini hubungan Pribadi antara Presiden Xi dan Trump sedang berada dalam pengawasan. John Bolton memberikan informasi dalam buku barunya bahwa Trump secara pribadi mendesak Xi pada tahun 2019 untuk membantunya untuk memenangkan pemilihan Presiden yang akan berlangsung di Amerika dengan cara membeli lebih banyak produk pertanian dari Amerika. Sejauh ini tidak ada seorang pun yang memberikan komentar di kementrian perdagangan. Michael Pompeo mengatakan bahwa kebijakan luar negeri China selalu menghormati dan memegang semua komitmen dalam kesepakatan perdagangan. Michael mengatakan selama pertemuannya dengan Anggota Polibiro PKC, Yang Jiechi, Yang berkomitmen untuk menyelesaikan dan menghormati semua kesepakatan perjanjian kesepakatan perdagangan tahap pertama. Michael tidak memberikan rincian lebih lanjut, namun itu adalah berita substantive pertama dari pertemuan rahasia dengan Angkatan Udara Hickam di Hawaii pada hari Rabu lalu. China berjanji untuk membeli produk pertanian Amerika senilai $36.5 miliar pada kesepakatan tahap pertama, dan naik sebanyak 24 miliar pada tahun 2017. Namun sejauh ini China hanya membeli sebanyak $4.65 miliar dalam 4 bulan pertama tahun 2020, dan itu hanya 13% dari kesepakatan yang sebelumnya telah disepakati, dan hampir dibawah 40% dari tahun 2017 silam. China sebelumnya telah meminta pembelian tersebut di hentikan, namun importir China masih terus meningkatkan pembelian kedelai dari Amerika. Tentu hal tersebut memberikan sisi yang positive karena kedua pasar, baik China maupun Amerika saling membutuhkan. Sehingga meskipun ada larangan, selama ada supply and demand, maka transaksi pasti masih akan terus dilanjutkan.
3.ADA APA DENGAN MINGGU INI?
Dipenghujung bulan Juni, dari dalam negeri sudah tidak ada lagi yang bisa kita nantikan. Namun dari luar negeri, cukup banyak yang akan datang. Dari Amerika, kita akan menanti data ekonomi penting seperti; US Markit PMI Manufacturing, Services, dan Composite yang diperkirakan mengalami kenaikkan. New Home Sales diperkirakan akan mengalami kenaikkan meskipun tidak banyak. MBA Mortgage Application juga menjadi salah satu yang dinantikan. Yang akan mencuri perhatian tentu saja kehadiran data GDP Annualized QoQ yang diperkirakan tidak berubah, namun Durable Goods Orders diperkirakan akan mengalami kenaikkan. Dari Personal Income diproyeksikan akan mengalami penurunan, namun dari sisi Personal Spending diproyeksikan akan mengalami kenaikkan. Initial Jobless Claims dan Continuing Claims diperkirakan akan mengalami penurunan. Dari Eropa, kita juga akan menantikan data mengenai Consumer Confidence yang diproyeksikan mengalami kenaikkan, diikuti dengan data Markit Eurozone Manufacture, Services, dan Composite yang juga diperkirakan akan mengalami kenaikkan. Jepang sendiri juga akan memberikan data yang sama, yaitu mengenai Jibun Bank Japan PMI Composite, Services, dan Manufacture, diiikuti dengan Machine Tool Orders YoY dan Retail Sales. Dan akan ditutup dengan All Industry Activity Index yang diproyeksikan mengalami penurunan kembali. Beberapa data diproyeksikan akan mengalami kenaikkan, dan ini penting untuk menjaga konsistensi IHSG, namun saat ini IHSG cukup rawan terkoreksi karena membutuhkan daya tambahan untuk bisa menembus level 5.000. Sejauh ini belum ada variable yang mampu memberikan dukungan seperti itu, apalagi ditengah kian bertambahnya kasus virus corona di Indonesia. Hati hati merupakan kunci yang penting saat ini, karena pasar akan berubah dengan sangat cepat, adaptasi akan menjadi salah satu hal yang harus dilakukan agar bisa menunggangi volatilitas dengan baik.
“Kami merekomendasikan wait and see hari ini, rentang pergerakan akan berada diantara 40 – 75 bps. Namun tetap hati hati, karena lebih baik mencari obligasi untuk menjadi fondasi, dan lelang besok menjadi sebuah kesempatan yang baik,” sebut analis Pilarmas.

