ANALIS MARKET (19/6/2020) : Pasar Obligasi Cenderung Variatif, Rentang Pergerakan Diproyeksi Antara 35 – 65 Bps
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, ketika Bank Indonesia beraksi, investor tinggal pergi. Wah, berarti tidak menarik donk apa yang dilakukan Bank Indonesia? Bukan begitu.
Meskipun secara pemangkasan tingkat suku bunga pada akhirnya di pangkas setelah sebelumnya ditunda beberapa kali, namun pasar melihat bahwa apakah pemangkasan tingkat suku bunga tersebut efektif atau tidak.
Tentu pemangkasan tingkat suku bunga merupakan salah satu bentuk stimulus yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia melalui kebijakan moneternya, tentu hal tersebut akan mampu mendorong sektor kredit mengalami kenaikkan. Pertanyaannya adalah meskipun Bank Indonesia menurunkan tingkat suku bunga, apakah lantas tingkat suku bunga kredit akan mengalami penurunan?
Mungkin untuk yang satu ini kami tidak perlu menjawabnya kembali, karena seperti biasa yang akan turun pertama kali adalah tingkat suku bunga deposito. Lantas bagaimana dengan tingkat suku bunga kredit? Ya mungkin nanti.
Memang sebetulnya bagi Bank, menurunkan tingkat suku bunga kredit bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi pemerintah meminta untuk mendorong kredit, namun di satu sisi, Bank juga harus menjaga nilai NPL mereka. Tentu Bank akan lebih senang menjaga nilai NPL mereka, hal tersebutlah yang membuat ujung ujungnya NIM Bank-Bank yang ada di Indonesia terus mencatatkan nilai yang tinggi.
IHSG pun merespon demikian, biasanya sektor otomotif dan property akan merespon, namun ditengah situasi dan kondisi saat ini tampaknya mereka juga biasa saja setelah Bank Indonesia memangkas tingkat suku bunga. Itu artinya apa? Itu artinya kekhawatiran dan kecemasan perekonomian kedepannya akibat wabah virus corona masih menjadi perhatian utama.
Jadi, setelah adanya Bank Indonesia memangkas tingkat suku bunga, bagaimana dengan market hari ini?
“Pasar obligasi akan dibuka bervariatif dengan rentang pergerakan naik atau turun 65 bps, lebih dari itu akan menjadi arah selanjutnya. Yang biasanya pemangkasan tingkat suku bunga membuat harga obligasi mengalami kenaikkan, hal ini tidak terjadi kemarin (18/6). Malah justru terjadi penurunan, karena investor berharap ada kebijakan lain yang dapat memberikan gairah terhadap perekonomian dalam negeri,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (19/6/2020).
Adapun menutup akhir pekan ini beragam sentiment menjadi sorotan, antara lain;
1.KEKHAWATIRAN VS EKSPEKTASI
Pada akhirnya, korban yang terinfeksi terus bertambah banyak. Florida mengalami kenaikkan paling banyak pada hari Kamis kemarin, sementara itu rawat inap di negara bagian Texas juga terus mengalami kenaikkan. Florida dilaporkan sudah sekitar 85.926 kasus pada hari Kamis kemarin, naik sebanyak 3.9% dari hari sebelumnya, dan kalau kita bandingkan dalam kurun waktu 7 hari, rata rata sebelumnya mengalami kenaikkan sebanyak 3%. Wabah virus corona terus menginfeksi hampir 20.000 di Amerika setiap hari, dan mantan Komisaris Food and Drug Administration Dr. Scoot Gootlieb mengatakan bahwa saat ini Amerika Selatan dan Barat mungkin akan menjadi daerah yang terpukul untuk saat ini sehingga berpotensi kehilangan kendali. Pertanyaannya adalah, apakah kita bisa menjaga hal tersebut agar tidak menjadi lepas kendali? Arizona, Houston, Austin, Texas, Florida, Alabama, Arkansas, dan lainnya saat ini telah mengalami kenaikkan bertahap. Dr. Gottlieb mengatakan bahwa dirinya memperkirakan bahwa ada kemungkinan akan mengalami peningkatan dalam jumlah kasus pada saat kegiatan social kembali di buka. Dr Gottlieb juga meminta bahwa pejabat local dan negara harus mempertimbangkan langkah langkah untuk menanggapi wabah ini sebelum terus membuka dan melonggarkan beberapa kebijakan terkait dengan penanganan virus corona. Sejauh ini kami melihat bahwa memang apa yang sedang negara lain lakukan, termasuk di Indonesia tentu hal tersebut menjadi buah simalakama. Kebijakan pelonggaran ditengah tingginya kurva korban yang terinfeksi virus corona tentu akan membuat ekonomi menggeliat, namun diikuti dengan jumlah korban yang meningkat. Kalau kita bandingkan dengan China, hal tersebut menjadi sesuatu yang berbeda. China melonggarkan peraturan tersebut ketika virus tersebut dapat dikendalikan, sehingga perekonomian bisa bangkit lebih cepat. Sekalipun ada peningkatan korban yang terinfeksi, namun hal tersebut masih dapat dikendalikan karena virusnya sudah ketinggalan jauh dibelakang. Namun hal tersebut berbeda ketika pembukaan dilakukan dengan jumlah korban yang terinfeksi terus bertambah. Efeknya adalah hal tersebut hanya akan menjadi bom waktu. Daya beli ada pada masyarakat, sehingga apabila korban terus bertambah banyak, tentu daya beli juga pasti akan mengalami penurunan yang ujung ujungnya akan menghambat geliat ekonomi. Fokus utamanya adalah tetap berusaha agar kesehatan dan perekonomian dan berjalan beriringan. Karena kalau tidak, hal tersebut tentu akan sia sia. Sejauh ini beberapa investor masih khawatir tentang kebangkitan virus corona yang dapat menyebabkan sebuah negara akan melakukan pengetatan kembali untuk mencegah penyebaran, sehingga tentunya akan menghentikan kegiatan perekonomian kembali.
2.AMERIKA MENARIK DIRI
Pada akhirnya Amerika memberikan kejutan kepada Eropa dengan menarik diri dari perundingan atas pajak digital international dan tentu saja mengancam akan membalas apabila Eropa maju dengan rencananya sendiri. Langkah yang diambil oleh Amerika dianggap sebagai bentuk provokasi oleh Menteri Keuangan France. Bruno Le Maire mengatakan bahwa dirinya telah menerima sepucuk surat dari Menteri Keuangan Amerika, Steve Mnuchin, bahwa Mnuchin mengatakan bahwa situasi sudah mencapai jalan buntu dan tidak ada ruang untuk mendapatkan kesepakatan meskipun hanya untuk sementara. Mnuchin juga mengirimkan surat cinta tersebut kepada Menteri Keuangan Inggris, Italia, dan Spanyol. Amerika dan Eropa sebelumnya telah berselisih mengenai pajak digital mengenai teknologi. Pada awal tahun 2019, Eropa gagal menerapkan pajak digital untuk Uni Eropa dan membawa negosiasi tersebut kepada Organization for Economic Cooperation and Development untuk mencari pendekatan secara International. Sementara menunggu hal tersebut, beberapa negara Eropa sudah memutuskan untuk menerapkan retribusi digital, dan France menjadi negara pertama yang melakukannya. Namun keputusan France tersebut telah memicu ketegangan dengan Amerika, Perwakilan Dagang Amerika, Robert berpendapat bahwa penerapan pajak tersebut tidak adil bagi perusahaan perusahaan Amerika. Dan sebagai balasan, Amerika mengenakkan tarif kepada barang barang dari France. Pada akhirnya kedua negara telah sepakat pada bulan January lalu untuk melanjutkan pembicaraan di tingkat OECD level dan mengusulkan tarif pedagangan dan pajak digital yang sebelumnya ditunda. Sementara itu Inggris, Italia, dan Spayol telah mengembangkan proposal mengenai pajak digital apabila pembicaraan ditingkat OECD gagal, sehingga mereka bisa mengajukan proposal tersebut pada akhir tahun ini. Terlepas dari negosiasi ditingkat OECD tersebut, Amerika telah mengumumkan pada awal bulan ini bahwa mereka akan menyelidiki Austria, Brazil, Rep. Ceko, Uni Eropa, India, Indonesia, Italia, Spanyol, Turki dan Inggris untuk menerapkan dan mengusulkan pajak baru terhadap perusahaan digital.
3.HASILNYA?
Hasil rapat Gubernur Bank Indonesia, akhir memangkas suku bunga acuan BI 7 days repo rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,25%. Sebelumnya BI telah menahan suku bunga acuan dari bulan April dan Mei tahun ini. Pemangkasan suku bunga acuan terakhir kali BI menurunkan bunga acuan pada Maret 2020 lalu. BI menyampaikan bahwa penurunan suku bunga tersebut ini dilakukan demi mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik. Seperti diketahui saat ini pemerintah mulai menerapkan new normal jelang berakhirnya masa PSBB di sejumlah daerah. Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga stabilitas perekonomian dan mendorong pemulihan ekonomi nasional pada era COVID-19. Selanjutnya BI juga akan memperkuat bauran kebijakan dan bersinergi sangat erat dan mengambil langkah kebijakan lanjutan secara terkoordinasi dengan pemerintah dan KSSK untuk jaga stabilitas makro ekonomi dan dorong pemulihan ekonomi nasional. Tentu kami cukup menggapresiasi pemangkasan tingkat suku bunga Bank Indonesia, namun tentu kami juga boleh berharap bahwa adanya penurunan tingkat suku bunga kredit agar dapat memberikan stimulus terhadap perekonomian. Tidak hanya itu saja, tampaknya pasar juga berharap bahwa Bank Indonesia memberikan kebijakan kebijakan yang lebih aggresif untuk dapat mendorong perekonomian Indonesia, namun pasar tampaknya masih bereaksi flat karena hanya ada pemangkasan tingkat suku bunga saja.
“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, kami merekomendasikan wait and see hari ini, rentang pergerakan akan berada diantara 35 – 65 bps, lebih dari itu harus diikuti dengan volume yang kuat untuk mendapatkan arah selanjutnya,” sebut analis Pilarmas.

