ANALIS MARKET (15/6/2020) : IHSG Berpeluang Bergerak Bervariatif dengan Potensi Menguat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jumat 12/06/2020, IHSG ditutup menguat 25 poin atau 0,53% menjadi 4.880. Sektor keuangan, aneka industri, dan pertambangan menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 1,21 triliun rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari :

1.SEBUAH REKOR DARI JEPANG

Parlemen Jepang kemarin pada akhirnya mengeluarkan anggaran ekstra sebesar 31.9 triliun yen atau $298 miliar pada hari Jumat sebagai upaya lanjutan untuk menopang perekonomian ditengah wabah virus corona. Pengeluaran baru tersebut akan terfokus kepada pembiayaan perusahaan yang tengah mengalami kesulitan, ditambah lagi akan membantu menyediakan subsidi gaji dan bantuan untuk kesehatan. Anggaran tersebut akan membantu mendanai paket stimulus senilai 117 triliun yen yang diluncurkan pada bulan lalu yang dimana sebagai respon atas penyebaran virus corona yang semakin menekan perekonomian Jepang. Rekor anggaran kedua dari Jepang tersebut sudah dimulai sejak bulan April lalu sejak wabah virus corona menyebabkan krisis ekonomi di Jepang dalam beberapa decade terakhir, sehingga membuat jumlah utang public bertambah. Atas rekor anggaran tersebut pada akhirnya, S&P Global Ratings memangkas outlook peringkat obligasi Jepang pada minggu ini. Perlambatan ekonomi yang tajam dalam trend pertumbuhan ekonomi akan menjadi pemicu yang paling mungkin untuk menurunkan peringkat surat utang tersebut. Untuk mendanai tambah pengeluaran tersebut, Jepang akan meningkatkan penerbitan surat utangnya sebesar 59 triliun yen, dan dana yang terhimpun, sebagian akan digunakan untuk membiayaan program program lembaga pemerintah. 1/3 dari anggaran tersebut akan digunakan untuk membiayai bantuan bagi perusahaan dalam skala kecil. Sekitar 2 triliun yen akan digunakan untuk mensubsidi pembayaran sewa untuk perusahaan dan beberapa triliun yen akan digunakan untuk mendukung kesehatan. Tidak hanya itu saja, dengan kisaran 10 triliun yen akan disisihkan untuk dana cadangan wabah virus corona, karena dengan dana tersebut Pemerintah Jepang dapat bersiap untuk menghadapi gelombang kedua dari infeksi wabah virus corona. Paket stimulus Jepang hingga saat ini sudah berjumlah 234 triliun yen, atau sama dengan 40% dari GDP Jepang. Tentu hal ini semakin mengalami kenaikkan dalam jumlah persentase yang sebelumnya berada di kisaran 20%. Namun beberapa analisa lain mengungkapkan bahwa anggaran tambahan ke 3 atau ke 4, mungkin akan diperlukan untuk membantu meningkatkan permintaan dan menutup deficit antara pengeluaran dan penurunan penerimaan pajak. Anggota kabinet Jepang menyampaikan alasannya, mengapa anggaran tambahan tersebut diperlukan, karena saat ini prioritasnya adalah menjaga perusahaan dan rumah tangga agar dapat bertahan, sehingga dapat memulihkan kesehatan fiscal. Dan itu semua tidak mungkin dapat dilakukan tanpa dukungan ekonomi yang sehat. Perekonomian Jepang diperkirakan akan menyusut sebanyak 22% pada kuartal ini, dan ini merupakan penurunan yang cukup dalam sama seperti situasi dan kondisi pada tahun 1955.

2.ADA APA DENGAN MINGGU INI?

Minggu ini mungkin akan menjadi minggu yang cukup dinantikan setelah minggu lalu. Pertemuan Bank Indonesia mungkin akan mencuri perhatian pelaku pasar dan investor, namun yang harus diperhatikan adalah kami melihat belum ada urgensi yang cukup untuk membuat Bank Indonesia memangkas tingkat suku bunganya. Kami meyakini bahwa Bank Indonesia akan menyimpan amunisi berikutnya setelah situasi dan kondisi sudah mulai stabil. Dan ketika mulai stabil, pasar membutuhkan stimulus, barulah Bank Indonesia akan kembali beraksi. Sebelum pertemuan Bank Indonesia, tentu pelaku pasar dan investor akan menanti data trade balance terlebih dahulu. Ada proyeksi bahwa trade balance akan mengalami surplus, namun yaa kalau di Indonesia trade balance bagaikan mood mood an. Kadang positif, kadang negative. Setelah dari sana, tentu saja kita akan menantikan beberapa data dari amerika yang dimana data mengenai Empire Manufacturing dan Retail Sales akan menjadi salah satu data yang dinantikan. Dilanjutkan dengan data Industrial Production. Initial Jobless Claims dan Continuing Claims mungkin akan memberikan sedikit angin segar karena diproyeksikan mengalami penurunan yang dimana itu artinya pengangguran pun mulai mengalami penurunan yang dimana itu juga memberikan arti bahwa ekonomi mulai kembali berjalan. Sebagai penutup, Current Account Balance juga akan menjadi perhatian meskipun diproyeksikan membaik, namun tampaknya pelaku pasar juga akan mengabaikan data tersebut. Dari Eropa, ada 2 data penting yang akan dinantikan, yaitu Industrial Production dan Inflasi Eropa. Kami melihat khususnya data inflasi masih akan mengalami penurunan, begitupun Industrial Production. Tidak seperti Amerika, Eropa tampaknya masih akan mengalami tekanan dari wabah virus corona sehingga membuat perekonomiannya berjalan setengah hati. Sama seperti sebelumnya, dari China juga akan menunggu data mengenai Industrial Production dan Retail Sales, kedua data ekonomi ini mungkin akan menjadi pendorong pasar karena diperkirakan mengalami perbaikan. Sebagai penutup, dari Jepang juga akan menanti data yang sama, namun perhatian akan lebih tertuju kepada pertemuan Bank Sentral Jepang yang akan dilakukan pada hari Senin, 16 June 2020. Ditengah pertambahan stimulus anggaran untuk menopang perekonomian Jepang yang sudah 40% dari GDP, tentu ini akan menjadi perhatian utama dari wilayah Asia. Dengan data ekonomi di atas kertas memiliki proyeksi membaik, maka kami melihat dalam sepekan IHSG akan bergerak menguat, asalkan tidak turun lebih rendah dari 4.690. Tetap hati hati karena pasar berubah dengan sangat cepat. Apa yang ditutup hijau, mungkin akan berubah menjadi merah. Itulah yang terlihat dalam index futures hari ini. Volatilitas semakin tinggi yang diakibatkan masih adanya keraguan bahwa perekonomian belum akan pulih secara cepat, karena adanya potensi probabilitas gelombang kedua dari virus corona yang semakin besar.

3.MINYAK KENA PHP

Penurunan Harga minyak terlihat cukup signifikan sejak April 2020, hal ini seiring dengan kekhawatiran gelombang kedua Covid-19 yang dinilai menjadi penghambat perbaikan ekonomi yang lebih cepat. Kami melihat saat ini pelaku pasar pada bisnis minyak mulai memperhatikan persediaan minyak Amerika dan juga memperhatikan adanya permintaan yang belum pulih setelah penutupan aktifitas pada beberapa negara. Semula, permintaan diharapkan naik seiring dengan pembukaan kembali aktivitas perekonomian pasca kebijakan pelonggaran lockdown di berbagai negara. Namun, gelombang kedua penyebaran virus corona di berbagai negara berubah menjadi negative terhadap ekspektasi tersebut. Di sisi lain, klaim pengangguran yang tetap tinggi di AS menggarisbawahi tantangan ekonomi makro jangka panjang, tepat sehari setelah Gubernur The Federal Reserve memberikan pandangan suram terhadap prospek perekonomian. Sejauh ini, kenaikan dari harga minyak lebih didorong oleh pengurangan produksi oleh produsen. Terlebih, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya sepakat untuk memperpanjangan durasi pemangkasan produksi hingga akhir Juli 2020. Dari sisi pasokan, stok minyak mentah AS naik pada pekan lalu menjadi 538,1 juta barel. Angka itu merupakan level tertinggi, menurut data yang disusun Bloomberg sejak 1982.

4.RAMALAN

Bank Indonesia (BI) dalam surveynya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan Mei 2020 sebesar 77,8, lebih rendah dibandingkan dengan 84,8 pada April 2020. Hal ini mengindikasikan pelemahan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi masih berlanjut. BI mengungkapkan melemahnya optimisme konsumen terutama disebabkan oleh menurunnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan penurunan terdalam pada indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini. Sementara di sisi ekspektasi, konsumen masih relatif optimistis terhadap perkiraan kondisi ekonomi pada enam bulan mendatang meskipun tidak sekuat perkiraan bulan sebelumnya. Konsumen juga masih cukup optimistis dengan prakiraan ketersediaan lapangan kerja yang membaik dan penghasilan yang meningkat pada enam bulan mendatang, seiring dengan prakiraan meredanya pandemi COVID-19 di Indonesia.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak bervariatif dengan potensi menguat dan ditradingkan pada level 4.768-4.992,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (15/6/2020).