ANALIS MARKET (11/6/2020) : Rentang Pergerakan Pasar Obligasi Diproyeksi Dikisaran 35 Bps – 65 Bps

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi akhirnya kembali mengalami penguatan meskipun hanya sedikit.

Ditengah kekhawatiran akan wabah virus corona yang kian merebak dan menimbulkan goyahnya keyakinan pemulihan ekonomi kita, pelaku pasar melepas asset yang memiliki resiko tinggi seperti saham, dan beralih kepada obligasi.

Tentu memang kita juga harus sadari bahwa ini tidak mudah, seperti yang sudah kita sampaikan sebelumnya bahwa probabilitasnya pun masih kecil sedari awal untuk ekonomi dan kesehatan dapat berdampingan.

Namun apabila kesadaran kita tinggi dan menerapkan displin diri, tentu ini akan menjadi kunci bagi kesehatan ekonomi untuk dapat berjalan beriringan.

Tapi marilah kita tetap berusaha, mencoba, dan berdoa agar kita bisa tetap menjalankan roda perekonomian diiringi dengan melandainya kurva wabah virus corona.

Selain corona, pelaku pasar juga masih menantikan dari pertemuan The Fed, yang dimana banyak gosip yang mengatakan The Fed tidak akan memberikan stimulus kembali.

Berkaca terhadap pernyataan Powell beberapa waktu lalu, dirinya mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa The Fed akan melakukan segalanya yang dibutuhkan untuk menjaga perekonomian Amerika, dengan dukungan amunisi dan kebijakan yang tidak terbatas dari The Fed, tentu hal ini memberikan kita ketenangan. Semoga saja hati seorang Powell tidak berubah hingga saat ini.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Kamis (11/6) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariasi dengan potensi menguat apabila ternyata pelaku pasar dan investor merespon pidato Powell dengan negative terkait dengan prospek ekonomi kedepannya.

“Sejauh ini pelaku pasar dan investor masih mencari pijakan dan pegangan untuk dapat menahan kecemasan terkait dengan prospek ekonomi kedepannya yang diprediksi semakin mengalami penurunan,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (11/6/2020).

Adapun menjelang akhir pekan, cerita akan kita awali dari;

1.PESAN DAN KESAN

Powell mengirimkan pesan yang kuat kemarin dalam jumpa persnya setelah usai pertemuan Bank Sentral yang dimana dirinya mengatakan bahwa Bank Sentral akan terus memompa stimulus ekonomi kedalam perekonomian Amerika sampai pasar tenaga kerja yang mengalami penurunan kembali pulih dari tekanan wabah virus corona. Powell juga mengatakan bahwa dirinya bahkan tidak terpikir untuk memikirkan kenaikkan tingkat suku bunga dalam waktu dekat. Meskipun ada potensi untuk mengalami kenaikkan, namun mungkin akan terjadi pada kisaran tahun 2022. Bank Sentral akan berkomitmen kuat untuk menggunakan setiap tools dan kebijakan yang kami miliki untuk melakukan apa yang bisa kami lakukan selama itu diperlukan. Sejauh ini kami melihat bahwa The Fed ingin kita percaya bahwa bahwa Bank Sentral akan selalu ada di pasar, menjaga dan mendorong ekonomi hingga pulih. Tentu hal ini menunjukkan komitmen Powell yang belum berubah sedari awal, bahwa Bank Sentral akan melakukan apa yang harus dilakukan untuk menjaga pasar. Sejauh ini Bank Sentral juga akan meningkatkan kepemilikkan treasury dan efek yang mendukung hipotek dengan kecepatan pembelian saat ini untuk mempertahankan stabilitas pasar. The Fed juga mengatakan bahwa ekonomi Amerika tengah menghadapi resiko yang besar dalam jangka waktu menengah, sama seperti yang disampaikan ketika pada bulan April lalu. Proyeksi perekonomian Amerika mengenai tingkat pengganguran di Amerika akan mengalami penurunan menjadi 9.3% dalam kurun waktu 3 bulan terakhir, dari sebelumnya 13.3% pada bulan May lalu, dan akan kembali menurun hingga 6.5% pada tahun 2021. Tingkat pertumbuhan ekonomi Amerika akan mengalami kontraksi sebesar 6.5% tahun ini sebelum pada akhirnya mengalami kenaikkan sebesar 5% pada tahun depan. Dan mengenai inflasi, tentunya akan berada di bawah target The Fed yaitu 2% hingga 2022. Powell juga mengatkan bahwa FOMC sejauh ini telah mendapatkan pengarahan mengenai kontrol imbal hasil obligasi, sebuah strategi yang akan dilakukan untuk membatasi US Treasury hingga jatuh tempo dalam kurun waktu tertentu dan mengatakan kepada wartawan bahwa diskusi tersebut akan terus berlanjut pada pertemuan mendatang. The Fed juga akan menunggu bentuk pemulihan lebih lanjut sebelum memberikan kebijakan yang mungkin akan melibatkan beberapa pedoman ke depannya secara eksplisit. Sebagai penutup, Powell mengatakan bahwa bulan lalu Powell sempat memberikan alasan yang cukup kuat untuk mengeluarkan stimulus kebijakan fiskal yang lebih besar, namun kemarin dirinya hanya mengatakan meskipun stimulus kebijakan fiscal dibutuhkan, namun keputusan tetap ada ditangan mereka. Tentu saja kami berharap bahwa The Fed tidak bergerak sendiri, melainkan bersama sama agar bauran kebijakan moneter dan fiscal dapat bersatu padu. Sejauh ini atas hasil respon dari The Fed tampaknya pasar saham di Asia akan mengalami penurunan hari ini. Perkiraan pemulihan yang masih sangat lama, menjadi salah satu alasan pasar merespon negative. Fokus selanjutnya adalah Menteri Keuangan kawasan Eropa akan bertemu pada hari Kamis untuk membahas paket pemulihan Uni Eropa, tentu hal ini akan menjadi sesuatu yang dinantikan apakah paket tersebut jadi diluncurkan atau tidak setelah sebelumnya masih mendapatkan rintangan.

2.BERITA DUKA DARI OECD

OECD kembali memberikan peringatan akan wabah virus corona yang telah memecah perekonomian dunia. Hal ini pada akhirnya memberikan penilaian yang suram karena OECD sendiri memperkirakan akan adanya penurunan secara global sebanyak 6% pada tahun ini, perkiraan tersebut lebih dalam dari Bank Dunia yang disampaikan pada awal pekan ini. Kekhawatiran gelombang kedua pun juga memberikan tekanan yang cukup besar, sehingga membuat perekonomian dapat berkontraksi hingga 7.6%. Dalam pandangan OECD sendiri, mereka memperkirakan bahwa resiko yang besar masih tetap ada. Beberapa industry akan menghadapi kerusakan jangka panjang, setelah sebelumnya memberikan pengumuman akan memangkas beberapa pegawainya, sehingga memberikan potensi adanya peningkatan jumlah tenaga kerja yang tidak bekerja. OECD mengatakan bahwa mereka belum pernah melihat ketidakpastian seperti ini, dan yang paling sulit dari situasi dan kondisi saat ini adalah segala sesuatu berkembang dan berubah secara cepat dari waktu ke waktu. Pemerintah terus memberikan perhatian khusus kepada sector yang paling rentan. Dalam prospeknya, OECD mengatakan bahwa perekonomian Amerika ada kemungkinan akan mengalami penyusutan lebih dari 7% pada tahun 2020, sementara itu kawasan Eropa mungkin akan mengalami kontraksi sebesar 9%. Untuk Italia, France, dan Engand, semua akan mengalami penurunan hingga lebih dari 11%. Disaat ini seperti ini, para pembuat kebijakan harus terus melakukan penyelamatan yang luar biasa, dan harga yang harus dibayar tentu sangat mahal, agar situasi dan kondisi seperti ini tidak terjadi dalam jangka waktu yang lama.

“Kami merekomendasikan wait and see hari ini. Rentang pergerakan akan bermain di 35 bps – 65 bps, lebih dari itu akan menjadi arah pasar selanjutnya,” jelas analis Pilarmas.