ANALIS MARKET (11/6/2020) : IHSG Berpeluang Bergerak Melemah dan Ditradingkan Pada Level 4.806 - 5.094
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Rabu 10/06/2020, IHSG ditutup melemah 114 poin atau 2,27% menjadi 4.920. Sektor agrikultur, properti, industri dasar, keuangan, aneka industri, barang konsumsi, pertambangan, infrastruktur, dan perdagangan dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 515 miliar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari :
1.PESAN DAN KESAN
Powell mengirimkan pesan yang kuat kemarin dalam jumpa persnya setelah usai pertemuan Bank Sentral yang dimana dirinya mengatakan bahwa Bank Sentral akan terus memompa stimulus ekonomi kedalam perekonomian Amerika sampai pasar tenaga kerja yang mengalami penurunan kembali pulih dari tekanan wabah virus corona. Powell juga mengatakan bahwa dirinya bahkan tidak terpikir untuk memikirkan kenaikkan tingkat suku bunga dalam waktu dekat. Meskipun ada potensi untuk mengalami kenaikkan, namun mungkin akan terjadi pada kisaran tahun 2022. Bank Sentral akan berkomitmen kuat untuk menggunakan setiap tools dan kebijakan yang kami miliki untuk melakukan apa yang bisa kami lakukan selama itu diperlukan. Sejauh ini kami melihat bahwa The Fed ingin kita percaya bahwa bahwa Bank Sentral akan selalu ada di pasar, menjaga dan mendorong ekonomi hingga pulih. Tentu hal ini menunjukkan komitmen Powell yang belum berubah sedari awal, bahwa Bank Sentral akan melakukan apa yang harus dilakukan untuk menjaga pasar. Sejauh ini Bank Sentral juga akan meningkatkan kepemilikkan treasury dan efek yang mendukung hipotek dengan kecepatan pembelian saat ini untuk mempertahankan stabilitas pasar. The Fed juga mengatakan bahwa ekonomi Amerika tengah menghadapi resiko yang besar dalam jangka waktu menengah, sama seperti yang disampaikan ketika pada bulan April lalu. Proyeksi perekonomian Amerika mengenai tingkat pengganguran di Amerika akan mengalami penurunan menjadi 9.3% dalam kurun waktu 3 bulan terakhir, dari sebelumnya 13.3% pada bulan May lalu, dan akan kembali menurun hingga 6.5% pada tahun 2021. Tingkat pertumbuhan ekonomi Amerika akan mengalami kontraksi sebesar 6.5% tahun ini sebelum pada akhirnya mengalami kenaikkan sebesar 5% pada tahun depan. Dan mengenai inflasi, tentunya akan berada di bawah target The Fed yaitu 2% hingga 2022. Powell juga mengatkan bahwa FOMC sejauh ini telah mendapatkan pengarahan mengenai kontrol imbal hasil obligasi, sebuah strategi yang akan dilakukan untuk membatasi US Treasury hingga jatuh tempo dalam kurun waktu tertentu dan mengatakan kepada wartawan bahwa diskusi tersebut akan terus berlanjut pada pertemuan mendatang. The Fed juga akan menunggu bentuk pemulihan lebih lanjut sebelum memberikan kebijakan yang mungkin akan melibatkan beberapa pedoman ke depannya secara eksplisit. Sebagai penutup, Powell mengatakan bahwa bulan lalu Powell sempat memberikan alasan yang cukup kuat untuk mengeluarkan stimulus kebijakan fiskal yang lebih besar, namun kemarin dirinya hanya mengatakan meskipun stimulus kebijakan fiscal dibutuhkan, namun keputusan tetap ada ditangan mereka. Tentu saja kami berharap bahwa The Fed tidak bergerak sendiri, melainkan bersama sama agar bauran kebijakan moneter dan fiscal dapat bersatu padu. Sejauh ini atas hasil respon dari The Fed tampaknya pasar saham di Asia akan mengalami penurunan hari ini. Perkiraan pemulihan yang masih sangat lama, menjadi salah satu alasan pasar merespon negative. Fokus selanjutnya adalah Menteri Keuangan kawasan Eropa akan bertemu pada hari Kamis untuk membahas paket pemulihan Uni Eropa, tentu hal ini akan menjadi sesuatu yang dinantikan apakah paket tersebut jadi diluncurkan atau tidak setelah sebelumnya masih mendapatkan rintangan.
2.BERITA DUKA DARI OECD
OECD kembali memberikan peringatan akan wabah virus corona yang telah memecah perekonomian dunia. Hal ini pada akhirnya memberikan penilaian yang suram karena OECD sendiri memperkirakan akan adanya penurunan secara global sebanyak 6% pada tahun ini, perkiraan tersebut lebih dalam dari Bank Dunia yang disampaikan pada awal pekan ini. Kekhawatiran gelombang kedua pun juga memberikan tekanan yang cukup besar, sehingga membuat perekonomian dapat berkontraksi hingga 7.6%. Dalam pandangan OECD sendiri, mereka memperkirakan bahwa resiko yang besar masih tetap ada. Beberapa industry akan menghadapi kerusakan jangka panjang, setelah sebelumnya memberikan pengumuman akan memangkas beberapa pegawainya, sehingga memberikan potensi adanya peningkatan jumlah tenaga kerja yang tidak bekerja. OECD mengatakan bahwa mereka belum pernah melihat ketidakpastian seperti ini, dan yang paling sulit dari situasi dan kondisi saat ini adalah segala sesuatu berkembang dan berubah secara cepat dari waktu ke waktu. Pemerintah terus memberikan perhatian khusus kepada sector yang paling rentan. Dalam prospeknya, OECD mengatakan bahwa perekonomian Amerika ada kemungkinan akan mengalami penyusutan lebih dari 7% pada tahun 2020, sementara itu kawasan Eropa mungkin akan mengalami kontraksi sebesar 9%. Untuk Italia, France, dan Engand, semua akan mengalami penurunan hingga lebih dari 11%. Disaat ini seperti ini, para pembuat kebijakan harus terus melakukan penyelamatan yang luar biasa, dan harga yang harus dibayar tentu sangat mahal, agar situasi dan kondisi seperti ini tidak terjadi dalam jangka waktu yang lama.
3.ASIAN DEVELOPMENT BANK
Deputi Direktur Jenderal Asian Development Bank (ADB) memandang, pemerintah harus siap dengan kebijakan yang tepat. Menurutnya, pemerintah merupakan kekuatan utama dalam memasuki era new normal dan pemulihan ekonomi. ADB menyarankan agar kebijakan ekonomi yang digelontorkan pemerintah harus disesuaikan dengan kebutuhan perekonomian saat ini. Selain itu, besaran kebijakan juga harus diukur sehingga sesuai dengan dampak Covid-19 terhadap Indonesia. Dengan new normal akan meningkatkan mobilitas aktivitas masyarakat dan aktivitas perekonomian tentunya ini menjadi harapan kita semua. Sementara itu disaat melangkah new normal, Presiden Jokowi menyatakan dan menekankan pentingnya evaluasi secara rutin pelaksanaan normal baru dengan implementasi protokol kesehatan yang ketat. Selanjutnya Presiden mengatakan situasi dinamis dalam penanganan COVID-19, dan tatanan normal baru akan terus terjadi hingga vaksin corona ditemukan, serta efektif bisa digunakan. Penciptaan vaksin akan memakan waktu yang tidak sebentar, karena melalui tahapan yang kompleks dari uji klinis hingga produksi massal. Di saat itu pula, masyarakat diharapkan dapat beradaptasi dengan tatanan kebiasaan baru, yang mengedepankan protokol kesehatan dalam kegiatan sehari-hari.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah dan ditradingkan pada level 4.806 - 5.094,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (11/6/2020).

