ANALIS MARKET (02/3/2020) : IHSG Berpeluang Bergerak Variatif Cenderung Melemah Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jumat, 28/02/2020, IHSG ditutup melemah 82 poin atau 1,50 % menjadi 5.452. Sektor aneka industri, agrikultur, barang konsumsi, pertambangan, industri dasar, properti, infrastruktur, dan perdagangan bergerak melemah dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjaualan bersih sebesar 17,2 triliun rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;

1.TRUMP VS THE FED

Presiden Trump mengatakan bahwa mungkin sudah waktunya The Fed akan bertindak layaknya seorang pemimpin dan menurunkan tingkat suku bunganya, entah penurunan tersebut terkait dengan penurunan pasar saham atau justru terkait dengan virus corona. Trump mengatakan jika mereka melihat The Fed saat ini, tentu hal ini akan memberikan dampak yang sangat besar, meskipun diantaranya bersifat psikologis namun banyak juga diantaranya merupakan fakta yang tidak bisa kita pungkiri. Hal ini disampaikan oleh Trump dalam Confrence Press di White House terkait dengan tanggapan Pemerintah Amerika terhadap Virus Corona. Ketua The Fed pada hari Jumat lalu mulai membuka pintu untuk penurunan tingkat suku bunga, hal ini disebabkan oleh adanya resiko yang berkembang yang dapat memberikan implikasi terhadap perekonomian Amerika. Powell juga mengatakan bahwa fundamental ekonomi Amerika sangat kuat. Namun corona virus dapat menimbulkan resiko yang dapat berevolusi terhadap kegiatan ekonomi. The Fed selalu memantau dengan cermat perkembangan dan implikasinya terhadap prospek ekonomi. The Fed akan menggunakan alat yang sudah disiapkan dan akan bertindak sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung perekonomian Amerika. Meskipun kami menilai, dukungan yang dapat diberikan oleh The Fed tidak hanya bersifat menurunkan tingkat suku bunga, namun tentu saja hal itu yang diharapkan oleh pasar. Keinginan pasar untuk memangkas tingkat suku bunga juga sebetulnya merupakan keinginan lama dari Trump yang ingin The Fed memangkas tingkat suku bunga. Trump menambahkan bahwa ini adalah sesuatu yang menurut saya (Trump) harus The Fed lakukan lebih dari sebelumnya. Trump mengatakan bahwa, kita harus memiliki tingkat suku bunga terendah, namun pada kenyataannya kami tidak memiliki tingkat suku bunga terendah. Trump juga memuji tingkat suku bunga negative di Negara Negara terentu, meskipun langkah drastis telah dilakukan oleh Bank Sentral Swiss, Jepang dan lainnya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi yang sangat lemah. Namun yang terpenting adalah keyakinan Trump ketika dia mengatakan bahwa dirinya yakin bahwa pasar saham di Amerika akan bangkit meskipun Trump melihat kerugian terbesar dalam indeks S&P 500 sejak 2008. Trump mengatakan bahwa, semua pasar akan kembali bangkit, pasar sangat kuat. Hal ini juga yang membuat kami yakin bahwa inipun akan berlalu. Cepat atau lambat, hari ini atau nanti, pasar akan pulih, dan kita akan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mungkin sudah saatnya kita harus lebih percaya terhadap pasar kita, Perusahaan Perusahaan yang ada di Indonesia, bahwa mereka cukup kuat untuk melewati ini semua.

2.APAKAH THE FED MEMBUKA PINTU HATINYA?

Melanjutkan pembahasan diatas, biar tidak menjadi gantung seperti sebuah hubungan, The Fed telah memberikan sinyal bahwa Bank Sentral Amerika siap untuk memangkas tingkat suku bunga jika memang itu diperlukan untuk mempertahankan fase ekspansi yang dimana fase tersebut merupakan fase terpanjang di Amerika. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Powell sebelum pasar keuangan tutup, karena penurunan tersebut merupakan yang ke 7 hari nya berturut turut. The Fed mengatakan akan mengurangi tingkat suku bunga pada pertemuan bulan depan, atau mungkin saja bisa lebih cepat. Keinginan The Fed untuk memangkas tingkat suku bunganya juga tidak terlepas dari penurunan imbal hasil obligasi US Treasury, yang dimana merupakan salah satu asset yang teraman di dunia yang terus menerus mengalami penurunan imbal hasil terendah sepanjang sejarah. Hal ini memberikan arti bahwa virus tersebut berpotensi untuk merusak pertumbuhan ekonomi Amerika dan global. Fundamental ekonomi Amerika tetap kuat, hal ini yang selalu disampaikan oleh Powell untuk menenangkan pasar. Virus Corona tersebut pada kenyataannya dapat menyebabkan perubahan ekonomi di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa virus tersebut telah merugikan ekonomi China dan saat ini telah mengancam untuk merusak rantai pasokan, permintaan, pariwisata, dan perdagangan. Saat ini S&P telah merugi 11.5% dalam kurun waktu seminggu dimana hal ini merupakan penurunan terbesar sejak 2008 lalu. Kami melihat ada potensi untuk penurunan tingkat suku bunga The Fed pada pertemuan FOMC meeting pada tanggal 17 – 18 Maret nanti. Namun probabilitas terbesar penurunan tersebut berada di April. Namun apabila ternyata dalam waktu dekat ini virus corona semakin menekan perekonomian Amerika, tentu saja The Fed akan bertindak secara cepat dan menurunkan tingkat suku bunga pada bulan Maret nanti. Tentu saja kami juga berharap bahwa The Fed tidak akan keras kepala saat ini, karena yang dibutuhkan oleh pasar saat ini adalah keyakinan untuk bisa tenang di dalam sebuah ketidakpastian. Goldman Sachs Group mengatakan bahwa mereka mengharapkan The Fed untuk memangkas sekitar 75 bps selama paruh pertama tahun ini. Well, marilah kita berdoa bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunganya. Presiden Fed Chicago, Charles Evans, mengatakan pada hari Kamis bahwa itu akan menjadi premature apabila kami mengambil dan membuat keputusan tanpa menunggu data dan informasi. Untuk memikirkan kebijakan moneter, maka kami harus menunggu data dan informasi yang masuk agar keputusan tersebut merupakan keputusan yan tepat. Begitupun juga dengan St. Louis Fed James Bullard, yang dimana dia akan mendukung keputusan untuk menurunkan tingkat suku bunga jika virus tersebut menjadi pandemic global, namun masih terlalu awal untuk mengatakan itu. Kontrak Fed Fund Futures memberikan infikasi bahwa pemotongan mungkin akan berkisar mungkin antara 50 bps – 75 bps.

3.DATA EKONOMI

Data ekonomi China kemarin telah keluar dan hal tersebut akan menjadi tekanan global pada pekan ini. Data ekonomi yang keluar adalah, Manufacturing dan Non Manufacturing PMI. Dan sebagai informasi, angka data manufacturing ini merupakan data terendah sepanjang masa sejak dari tahun 2005 silam. Tentu hal ini merupakan pukulan yang cukup besar bagi China terkait dengan data ekonomi tersebut, yang memberikan gambaran bahwa ternyata dampak dari virus corona semakin serius terhadap perekonomian China. Dan tidak hanya itu saja, data Non – Manufacturing China juga merupakan yang terendah sejak 2007 silam, tentu kedua data ini merupakan salah satu hal yang diperhatikan oleh para pelaku pasar dan investor. Oleh sebab itu, kami melihat kemungkinan besar China untuk memenuhi target perekonomiannya pada tahun ini juga tercancam gagal. Data ekonomi akan keluar juga diberbagai belahan dunia lainnya, sehingga pekan ini akan menjadi pekan yang sangat dinantikan, khususnya terkait dengan dampak yang diberikan oleh virus corona tersebut.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak variatif cenderung melemah terbatas dan ditradingkan pada level 5.342 – 5.510. Ada potensi untuk mengalami rebound, namun jangan terlalu diharapkan,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (02/3/2020).