ANALIS MARKET (12/3/2020) : IHSG Berpeluang Bergerak Melemah dan Ditradingkan Pada Level 5.089 – 5.241
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Rabu 11/03/2020, IHSG ditutup melemah 66 poin atau 1,28% menjadi 5.154. Sektor properti, infrastruktur, agrikultur, pertambangan, industri dasar, perdagangan, keuangan, aneka industri bergerak melemah dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar 172.1 milyar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;
1.PANDEMI DUNIA
Wabah virus corona saat ini sudah sah menjadi musuh dunia, hal ini sudah disampaikan oleh WHO kemarin, dan mendesak Pemerintah untuk meningkatkan upaya untuk mengurangi dan menahan karena jumlah kasus sudah terjadi di seluruh dunia dan mencapai 120.000 dan kematian yang melebihi 4.300. Saat ini infeksi telah menyebar di benua Eropa dan Amerika. WHO mengatakan bahwa semua Negara masih dalam mengubah arah dari Pandemi yang terjadi saat ini. Virus corona merupakan pandemi pertama sejak 2009 lamanya, ketika virus influenza menyebar keseluruh dunia dan menginfeksi jutaan orang. Kepala Program Darurat WHO mengatakan bahwa Eropa barat harus melihat dan membuat program untuk mengontrol virus corona dan menilai apakah yang dilakukan sudah cukup atau belum untuk menekan penularan virus tersebut. Iran dan Italia merupakan Negara yang terinfeksi paling banyak diluar China, dan hal ini akan menjadi perhatian bersama.
2.STIMULUS CHINA
Kabinet di China menyerukan untuk melakukan pengurangan lebih lanjut dalam jumlah uang tunai yang harus di berikan oleh beberapa kreditur di Bank Sentral, hal ini dilakukan agar Pemerintah dapat memberikan pelonggaran moneter untuk mendukung ekonomi di tengah dampak virus corona tersebut. Pertemuan Dewan Negara yang dipimpin oleh Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan untuk memotong rasio persyaratan cadangan bagi perusahaan kecil dan menengah. Dalam pertemuan tersebut, Li Keqiang juga mendesak untuk dilakukannya pemotongan tambahan tingkat suku bunga China. Kedua langkah ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan ekonomi dan menurunkan cost pembiayaan, terutama untuk perusahaan kecil yang terkena impact virus corona. Li juga menyerukan beberapa hal lainnya yaitu, pengurangan daftar negatif yang menandai beberapa daerah yang tidak boleh di masuki oleh perusahaan asing. Selain itu China juga akan memperkuat kerja sama internasional untuk memfasilitasi kelancaran rantai pasokan global yang sebelumnya mulai terhenti dan terhambat, termasuk menambah penerbangan kargo internasional. Hal ini ditujukan agar perusahaan asing yang telah berinvestasi di China tidak keluar dari Negara tersebut. Oleh sebab itu kami melihat hal ini merupakan sebuah stimulus yang dapat memacu kinerja China agar tidak sampai ketinggalan mengejar target pertumbuhan ekonomi dan tentunya ini seuai dengan arah Presiden Xi.
3.BAGAIMANA DENGAN EROPA?
Christine Lagarde, Presiden Bank Sentral Eropa mengatakan bahwa Eropa saat ini beresiko menghadapi goncangan ekonomi terbesar yang mulai menggemakan krisis keuangan global, kecuali para pemimpin bertindak secepatnya terhadap wabah virus corona dan memberikan perintah kepada lembaga lembaga yang bersangkutan untuk mengambil langkah secepatnya. Lagarde juga mengatakan kepada para pemimpin Uni Eropa dalam confrence press kemarin bahwa tanpa tindakan yang terkoordinasi di Eropa, maka kita akan melihat skenario yang akan mengingatkan kita mengenai krisis keuangan pada tahun 2008. Lagarde mengatakan para pejabatnya saat ini mencari semua tools yang mereka miliki untuk membuat keputusan yang akan dilakukan pada hari Kamis ini, terutama untuk memberikan dana “super murah” dan memastikan likuiditas dan kredit tidak mengering. Namun demikian, Lagarde juga menekankan bahwa langkah yang diambil oleh bank Sentral hanya bisa bekerja jika Pemerintah melepaskan permasalah mereka di belakang, dan memastikan bahwa bank memberikan pinjaman kepada bisnis di daerah daerah yang terkena dampak dari virus corona tersebut. Kami melihat pilihan Bank Sentral Eropa untuk memberikan kebijakan moneter merupakan salah satu program yang sudah ada sebelumnya yang dimana menawarkan pinjaman jangka panjang namun dengan potensi tingkat suku bunga yang negatif, yang dalam artian sebenarnya bahwa Bank di paksa untuk memberikan pinjaman. Jika Bank memberikan pinjaman uang tunai kepada Perusahaan dan rumah tangga, tentu hal ini dapat mendorong pinjaman kepada usaha kecil dan menengah jika lilkuiditas mereka mengering karena virus corona yang menggangu rantai pasokan, perjalanan, dan pengeluaran. Atau bisa juga Bank Sentral meningkatkan program pembelian assetnya. Investor terus meminta Bank Sentral Eropa untuk menurunkan tingkat suku bunganya meskipun sudah minus 0.5%. Hal ini yang dilakukan oleh Bank Sentral Canada yang pada akhirnya menurunkan tingkat suku bunganya sebanyak 50 bps. Dari sebelumnya 0.75% menjadi 0.25%. Beberapa analyst juga sudah mengatakan bahwa ditengah situasi dan kondisi saat ini, Eropa mungkin akan terkena resesi. Sejauh ini Menteri Keuangan Italia juga sudah menaikkan jumlah yang direncanakan untuk meredam efek akibat virus corona menjadi 25 miliar euro atau $28.3 miliar.
4.BANK INDONESIA JUGA TAK MAU KETINGGALAN
Penyebaran virus corona makin meluas ke berbagai negara, memberikan kekhawatiran akan terjadi perlambatan ekonomi dampak penyebaran virus corona di dalam negeri, Bank Indonesia kembali melakukan kalkulasi pertumbuhan ekonomi tahun 2020 setelah virus semakin merebak dan masuk ke negara-negara maju. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini berpotensi lebih rendah. Sebelumnya, BI memprediksi perekonomian Indonesia bisa mencapai 5,1%. Ini bercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2019 yang masih mencapai 4,97% meski terpapar dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang tahun 2019 sebesar 5,02% yoy. Dengan kondisi tersebut membuat Bank Indonesia mengkalkulasi kembali pertumbuhan ekonomi Indonesia dan diharapkan sumber perekonomian harus diperkuat agar virus corona tak mengganggu fundamental perekonomian. Dalam menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri dampak wabah virus corona, Bank Indonesia mengukapkan tidak dapat dilakukan sendiri, dan dibutuhkan kordinasi antar lembaga terkait. Dalam keterangannya, Bank Indonesia memerlukan tiga jenis kebijakan dalam meningkatkan kapasitas ekonomi melalui transformasi ekonomi agar dapat membangun pondasi yang lebih kuat, antara lain reformasi struktural harus berupaya untuk mencapai pertumbuhan tinggi melalui produktivitas modal, tenaga kerja, dan teknologi; kebijakan fiskal bertugas untuk menjaga stabilitas makroekonomi melalui defisit fiskal; percepatan proses impor untuk 500 importir, efisiensi proses logistik, penghapusan sementara PPh Badan dan UMKM, relaksasi bea masuk, penurunan tarif PPN, dan subsidi pajak. BI mengatakan bank sentral, pemerintah, dan OJK harus terus bergerak dalam satu sinergi agar dapat menemukan berbagai solusi dan stimulus lainnya. Sinergi tersebut juga bertujuan untuk menemukan sumber-sumber baru yang dapat dijadikan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi tanah air ketika sedang tertekan akibat wabah virus corona.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah dan ditradingkan pada level 5.089 – 5.241,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (12/3/2020).

