ANALIS MARKET (03/2/2020) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Melemah

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jum’at 31/01/2020, IHSG ditutup melemah 117 poin atau 1.94% menjadi 5.940. Sektor aneka industri, industri dasar, pertambangan, properti, barang konsusmi, infrastruktur, keuangan, perdagangan, perkebunan bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 1.6 triliun rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;

1.BADAI CHINA

China akan menyiapkan injeksi dana sebesar $21.7 miliar ke pasar China pada hari ini untuk mencegah saham dan mata uang mengalami penurunan yang mungkin akan extreme pada hari ini. Hal ini disampaikan oleh Bank Sentral China dan regulator lainnya yang memberikan langkah untuk menopang kejatuhan pasar saham dan mata uang yang berpotensi besar untuk terjadi pada hari ini yang dimana hari ini pasar keuangan China akan dibuka kembali setelah liburan tahun baru Imlek. Bank Sentral mengatakan akan menggunakan perjanjian buyback untuk memasok 1.2 Triliun yuan untuk menjaga likuiditas dengan angka mencapai 150 miliar yuan atau $21.7 miliar. Dalam scenario melemahnya pasar keuangan China, hal ini dapat memberikan dampak terhadap melemahnya pertumbuhan ekonomi China secara kuartal pertama yang diperkirakan akan menjadi 4.5% YoY. Angka ini kembali turun dari sebelumnya 6% dan merupakan yang terendah sejak 1992 silam. Sampai dengan per 2 February kemarin, total infeksi bertambah menjadi 14.380 dengan 350 kematian, dan sampai saat ini sudah banyak Negara yang memblokir kedatangan warga negara dari China.

2.BADAI INDIA

Menteri Keuangan India pada akhirnya memangkas pajak untuk perorangan, membatalkan retribusi dividen serta memperluas target deficit anggaran untuk membantu mendorong perekonomian India yang tengah melambat. Namun ternyata hal itu semua tidak membuat para investor cukup terhibur. Pemerintah lagi lagi akan mengalami deficit untuk tahun ke 3 yang dimana deficit menjadi 3.8% dari sebelumnya tahun ini yang direncanakan sebesar 3.3%. Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman mengatakan bahwa target deficit untuk tahun mendatang adalah 3.5%. Sejauh ini penurunan tarif pajak pribadi tersebut dimaksudkan untuk mendorong konsumsi dalam ekonomi yang akan membuatnya tumbuh menjadi 5% tahun ini, namun merupakan yang terlemah dalam kurun waktu lebih dari satu decade. Sejauh ini respon pasar masih negative terkait dengan rencana tersebut, hal ini yang membuat indeks acuan S&P BSE Sensex turun sebanyak 2.4%, yang dimana penurunan tersebut merupakan yang terbesar dalam kurun waktu lebih dari 3 tahun. Pemerintah juga akan memberikan investor asing akses yang lebih besar untuk masuk dan berinvestasi pada Surat Utang Negara. Sejauh ini Pemerintah India akan mengalokasikan dana tersebut sebesar 1.7 T rupee untuk Infrastruktur transportasi, 3.6 T rupee untuk proyek air, dan 220 miliar rupee untuk energi terbarukan.

3.SAYONARA UNI EROPA

Inggris pada akhirnya pergi meninggalkan Uni Eropa pada Jumat malam kemarin setelah sebelumnya 47 tahun menjalani keanggotan bersama Uni Eropa. Brexit pada akhirnya usai setelah sebelumnya 3.5 tahun berjibaku terhadap gejolak yang telah menyebabkan kekacauan pada politik Inggris, ketidakpastian ekonomi dan meningkatnya ketegangan antara Inggris dan Uni Eropa. Selama masa transisi, Inggris tidak akan memiliki hak suara untuk permasalahan yang terjadi di Uni Eropa, namun Inggris masih akan terikat oleh peraturan Uni Eropa. Inggris sekarang akan tetap menjadi anggota pasar tunggal Uni Eropa hingga 2020, selama kurun waktu 1 tahun Inggris dan Uni Eropa akan mencoba mencapai kesepakatan perdagangan, meskipun timeline waktu yang singkat membuatnya tidak akan efektif. Sejauh ini yang pasti, yang selalu dikatakan oleh Uni Eropa adalah bahwa hubungan ekonomi dan politik akan berubah dan Inggris mungkin tidak akan menikmati perdagangan tanpa kemelut yang selama ini telah dinikmati oleh anggota Uni Eropa dan anggota pasar tunggal.

4.BADAI BPJS

Defisit neraca pembayaran BPJS Kesehatan memberikan satu kekhawatiran bagi pelaku industry. Masifnya ekspansi pada industry farmasi sejak tahun 2016 dinilai cukup menguatkan optimism industry kesehatan ke depannya agar lebih berkembang. Sejak tahun 2016, industry farmasi mulai meningkatkan kapasitas produksinya guna memenuhi kebutuhan dari JKN. Upaya pemerintah guna memperbaiki neraca pembayaran BPJS Kesehatan tentunya menjadi harapan bagi para pelaku industri dimana mereka mengharapkan adanya perputaran cash flow yang lancar. Selain itu kenaikan iuran dari BPJS Kesehatan diharapkan mampu mengurangi deficit, meskipun saat ini dinilai cukup memberatkan bagi para pengguna yang memang berasal dari kelas menengah bawah. Beberapa skema terkait kelas baiknya memang disesuaikan, agar tidak terjadi kembali upaya Fraud dimana kerugian sebagian berasal dari fasilitas pelayanan yang belum sesuai. Hal tersebut juga disampaikan oleh Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan, dimana mereka melihat adanya morahajat yang tidak sesuai dari sisi iuran biaya bagi penyakit yang diada-adakan oleh peserta. Hal ini, dianggap tidak sebanding dengan biaya pengeluaran yang dikeluatkan pihak BPJS dengan biaya yang dibayarkan oleh peserta BPJS.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah dan ditradingkan pada level 5.870 – 6.028,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (03/2/2020).