ANALIS MARKET (28/2/2020) : IHSG Berpeluang Bergerak Melemah dan Ditradingkan Pada Level 5.425 – 5.637
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Kamis 27/02/2020 kemarin, IHSG ditutup melemah 153 poin atau 2,69% menjadi 5.535. Sektor keuangan, industri dasar, pertambangan, barang konsumsi, infrastruktur, agrikultur, aneka industri, properti, dan perdagangan bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 1.046 triliun rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;
1.US BERSIAP
Presiden Trump kemarin dalam jumpa persnya meyakinkan masyarakat Amerika bahwa mereka menghadapi sedikit resiko dari wabah virus korona, dan mereka berusaha untuk meredakan kekhawatiran public setelah anggota parlemen mengangkat kekhawatiran bahwa Amerika tidak siap untuk menghadapi wabah ini. Tapi karena sudah ada usaha dan upaya dari Amerika, maka resiko wabah tersebut terhadap Amerika masih sangat rendah. Sebagai informasi, bahwa pasar bursa Amerika terus mengalami penurunan yang signifikan dalam rentang waktu 5 hari berturut turut. Demokrat dan Republik menyerukan lebih banyak dana daripada yang diminta oleh Trump untuk memerangi wabah virus korona tersebut. Apapun yang terjadi, kami sepenuhnya telah siap imbuh Trump. Trump juga mengatakan bahwa ada kemungkinan itu bisa menjadi lebih buruk, dan ada kemungkinan itu bisa menjadi jauh lebih buruk, tetapi tidak ada satu pun yang bisa menghindarinya. Beberapa menit setelah Trump menyelesaikan pidatonya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengumumkan telah mengidentifikasi kasus virus corona yang pertama di Amerika dan tidak diketahui asalnya. Trump mengatakan bahwa dari 15 orang yang terinfeksi, 8 diantaranya telah kembali ke rumah, dan 1 masih dirawat dirumah sakit, namun 5 sudah kembali sembuh. Saat ini vaksin terbaik yang mungkin siap untuk diuji coba keamanannya akan hadir dalam waktu sekitar 2 bulan, namun untuk uji coba klinis baru bisa dilakukan setidaknya dalam kurun rentang waktu hingga 1 tahun. Sejauh ini Brazil juga telah mengkonfirmasi sebagai Negara Amerika latin yang pertama terkena virus korona tersebut. Sebagai informasi hingga hari ini, kematian global akibat wabah virus korona sudah melampui 2.800 dengan lebih dari 82.400 kasus yang terinfeksi.
2.BANK OF KOREA
Pada akhirnya Bank Sentral Korea Selatan resmi menahan tingkat suku bunganya. Para pembuat kebijakan cenderung menggunakan pendekatan alternative untuk menghadapi dampak yang dihasilkan dari wabah virus korona alih alih menahan tingkat suku bunga untuk membantu ekonomi yang sedang berjuang di pusat rantai pasokan teknologi global. Gubernur Bank Sentral Korea, Lee Ju Yeol mengatakan bahwa dukungan dari Bank Sentral akan ditargetkan untuk Perusahaan Perusahaan yang paling berpengaruh oleh wabah virus Corona tersebut. Selain itu Bank Sentral Korea juga telah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini dan mengakui bahwa wabah terseut dapat mendorong ekonomi dalam posisi yang kurang baik. Sejauh ini respon yang diberikan oleh Bank Sentral Korea masih terukur, sama dengan yang dilakukan oleh The Fed, Bank Sentral Eropa, dan Bank Sentral utama lainnya setelah sebelumnya menandai resiko yang meningkat terhadap pertumbuhan global jika epidemi terus meningkat. Sementara itu beberapa Bank Sentral di Asia justru sudah menurunkan tingkat suku bunganya terlebih dahulu. Lee menyampaikan bahwa saat ini dukungan terhadap perusahaan merupakan jalan yang paling efektif ketimbang menurunkan tingkat suku bunganya. Namun sejauh ini Lee masih membuka pintu bagi potensi untuk menurunkan tingkat suku bunga sebagai respons terhadap virus, namun saat ini Bank Sentral Korea masih enggan untuk menggunakan kebijakan tersebut. Lee juga mengatakan bahwa wabah virus korona tersebut menjadi batu sandungan bagi ekonomi Korea Selatan.
3.KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, dan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2020 tentang Fasilitas tentang Fasilitas dan Kemudahan di KEK. Kami melihat adanya, arah pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di luar pulau Jawa di berbagai sektor usaha memerlukan insentif khusus, fiskal ataupun nonfiskal. KEK dinilai dapat meningkatkan investasi, ekspor dan subtitusi impor. Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus memperkirakan investasi akumulasi yang terjaring hingga 2025 mencapai Rp95,3 triliun, sementara realisasi investasi per 2019 tercatat Rp21 triliun. Sejauh ini, pemerintah telah menyiapkan 19 KEK dengan core bisnis yang berbeda-beda. Dari 15 KEK, ada 12 KEK yang berada di luar Jawa. Dengan tersebarnya Kawasan industry khusus ini diharapkan dapat meratakan pendapatan perkapita, sehingga pusat industry lebih merata dan tidak fokus pada satu wilayah. Kali ini dampak dari realisasi investasi asing perlu menjadi focus, agar upaya pemerintah guna meningkatkan investor asing dengan memangkas beberapa kebijakan yang dinilai tidak optimal dapat benar – benar memiliki dampak nyata. Sehingga upaya kali ini dapat memperbaiki kepercayaan investor dalam berinvestasi di Indonesia.
4.FITCH
Fitch Solutions Group dalam laporan riset terbaru,mengatakan memprediksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melebar pada tahun ini, yaitu mencapai 2,5% terhadap produk domestik bruto (PDB). Dalam risetnya, melebarnya deficit tersebut di prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya pada level 5,1% atau jauh lebih rendah dari asumsi pemerintah yaitu 5,3%, risiko penurunan (downside risks) makin besar akibat epidemi Covid-19 yang berkembang,berikutnya proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah itu, Fitch pesimis pemerintah Indonesia mampu memperluas basis penerimaan negara sepanjang tahun ini. Lembaga ini meragukan prospek penerimaan yang bersumber dari royalti dari industri sektor komoditas alam yang memegang porsi 13% dari total penerimaan dan Fitch juga memandang pemerintah Indonesia memiliki catatan buruk dalam hal memperluas basis pajaknya dan meningkatkan kepatuhan pajak. Sejatinya, lemahnya kemampuan pemerintah mengumpulkan pajak inilah yang menjadi alasan terutama mengapa Fitch meyakini defisit APBN akan makin melebar tahun ini dan pemerintah juga sudah mengumumkan akan melakukan frontloading belanja pada semester I-2020 yang membuat pertumbuhan belanja pemerintah menguat di periode tersebut. Namun, Fitch meragukan adanya ekspansi fiskal yang berarti pada APBN 2020 sehiggga pemerintah pasti akan kembali memotong belanja untuk dapat memenuhi aturan batas defisit 3% PDB seperti yang sejauh ini selalu dilakukan,
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah dan ditradingkan pada level 5.425 – 5.637. Memang benar ada potensi untuk mengalami rebound, namun kami melihat bahwa potensi tersebut masih sangat minim. Dan ada kemungkinan besar, aksi jual akan kembali terjadi pada hari ini ditengah kekhawatiran penyebaran virus corona dapat memukul pertumbuhan global. S&P kembali mengalami penurunan lebih dari 4% ditengah tengah berita dari California yang mengatakan tengah memantau 8.400 orang dalam menjaga wabah virus korona tersebut. Sejauh ini, US Treasury, dan Australia 10y telah berada mencapai rekor terendah kembali, sedangkan minyak turun lebih jauh,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (28/2/2020).

