Tiga Prestasi Ini Jadikan BEI Bursa Paling Likuid di ASEAN

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Sepanjang tahun 2020, pasar modal Indonesia dihadapkan oleh berbagai tantangan dalam kondisi Pandemi COVID-19.

Kendati demikian, regulator pasar modal mampu beradaptasi secara dinamis dan terus berupaya menjawab kebutuhan pasar, serta kembali mencatatkan sejumlah pencapaian yang mendukung kemajuan Pasar Modal Indonesia, antara lain;

1.Aktivitas perdagangan BEI pada tahun 2020 mengalami peningkatan yang tercermin dari kenaikan rata-rata frekuensi perdagangan yang tumbuh 32 persen menjadi 619 ribu kali per hari di bulan November 2020 dan menjadikan likuiditas perdagangan saham BEI lebih tinggi diantara Bursa-bursa lainnya di kawasan Asia Tenggara. Pada periode yang sama, Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) berangsur-angsur pulih dan mencapai nilai Rp9,18 triliun.

2.Sepanjang tahun 2020, jumlah investor di Pasar Modal Indonesia yang terdiri atas investor saham, obligasi, maupun reksadana, mengalami peningkatan sebesar 56 persen mencapai 3,87 juta Single Investor Identification (SID) sampai dengan 29 Desember 2020. Kenaikan investor ini 4 kali lipat lebih tinggi sejak 4 tahun terakhir dari 894 ribu investor pada tahun 2016. Selain itu, investor saham juga naik sebesar 53 persen menjadi sejumlah 1,68 juta SID. Kemudian, jika dilihat dari jumlah investor aktif harian, hingga 29 Desember 2020 terdapat 94 ribu investor atau naik 73 persen dibandingkan akhir tahun lalu. Peningkatan jumlah investor serta aktivitas transaksi investor harian tentu merupakan hasil upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Self-Regulatory Organization (SRO) dalam mengedepankan sosialisasi dan edukasi terkait investasi di pasar modal kepada masyarakat. Seiring dengan meningkatnya partisipasi investor ritel domestik, rekor transaksi perdagangan baru berhasil dicapai pada tahun 2020 ini, yaitu frekuensi transaksi harian saham tertinggi pada 22 Desember 2020 sebanyak 1.697.537 transaksi

3.Di tengah Pandemi COVID-19, minat perusahaan untuk masuk ke pasar modal tidak surut. Hingga 30 Desember 2020, telah terdapat 51 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) dan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga, sampai dengan saat ini terdapat 713 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI. Indonesia pun masih menjadi Bursa dengan jumlah IPO terbanyak di ASEAN.

Menanggapi hal ini, Direktur Utama BEI, Inarno Djayadi dalam konferensi pers tutup tahun 2020 menjelaskan, jumlah IPO tahun 2020 yang mencapai 51 emiten menjadi terbanyak di kawasan ASEAN, tapi dari sisi nilai masih dibawah bursa Thailand dan Malaysia.

“Nilai IPO per 18 Desember 2020, kita (BEI) nomor 3 sebesar USD0,03 miliar, sedangkan bursa Malaysia lebih besar sedikit USD0,48 miliar,” ujar dia, Rabu (30/12).

Namun tahun depan, lanjut Inarno, BEI mengharapkan dapat menggaet 30 emiten baru. Tapi dengan total pengalangan dana lebih besar.

“Tahun depan akan ada nilai IPO yang besar-besar,” tandas dia.

Seperti diketahui, salah salah calon pendatang baru di papan perdagangan BEI itu adalah wahana perdagangan digital dengan merek dagang Tokopedia yang digadang-gadang mengincar dana Rp14 triliun dari IPO.