ANALIS MARKET (28/12/2020) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Rabu, 23/12/2020 lalu, IHSG ditutup melemah 14 poin atau 0,24% menjadi 6,008. Sektor aneka industri, industry konsumsi, property, infrastruktur, keuangan, perdagangan bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar penurunan pada perdagangan IHSG kemarin. Investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar 371 miliar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.JEPANG TERLUKA, UNI EROPA BERUSAHA
Lagi lagi perekonomian Jepang mengalami tekanan, bahkan mungkin terluka lebih dalam dari sebelumnya. Luka ini mungkin memberikan gambaran bahwa kebangkitan ditengah penyebaran virus corona bukanlah hal yang mudah. Penjualan ritel di Jepang kembali mengalami penurunan dan Indek Harga Konsumen di Tokyo mengalami penurunan yang cukup dalam apabila kita mengukur dalam rentang 1 dekade. Penurunan penjualan ritel memperlihatkan bahwa para masyarakat terus mengurangi porsi belanja mereka seperti pakaian yang dimana itu artinya masyarakat kian semakin khawatir akan penyebaran virus corona yang membuat mereka mengurungkan niat belanja agar dapat melakukan saving ditengah situasi dan kondisi seperti sekarang ini. Ketika rasa aman tidak ada, maka konsumsi akan menjadi berkurang. Indeks Harga Konsumen di Tokyo memberikan gambaran bahwa penurunan merupakan yang terdalam sejak 2010 silam, bahkan penurunan tersebut tidak disangka juga oleh Bank Sentral Jepang. Sebagai informasi, Bank Sentral Jepang sebelumnya memberikan informasi untuk memberikan kebijakan lanjutan terkait dengan stimulus moneter agar dapat menopang perekonomian. Selalu ada kebaikkan di tengah keburukkan, hal itu yang disampaikan oleh data perekonomian Jepang yang keluar kemarin. Tingkat pengangguran berangsur mengalami perbaikan, yang dimana tentu ini memberikan signal yang positive bahwa perekonomian mulai kembali pulih. Namun demikian inflasi yang rendah di Jepang menjadi sebuah gambaran bahwa pemulihan ekonomi yang terjadi di Jepang mungkin tidak semudah yang dibayangkan meskipun stimulus Bank Sentral Jepang dan Pemerintah Jepang bersatu padu untuk menopang perekonomian. Satu hal yang pasti adalah apabila pengendalian wabah virus corona tidak bisa dilakukan dengan baik dan hanya mengandalkan stimulus, tidak hanya untuk Indonesia tapi untuk semua negara maka seperti apapun usaha yang dilakukan, akan memberikan hal yang positive untuk jangka pendek namun tidak untuk jangka menengah dan panjang. Dampak yang paling terlihat ketika pengendalian virus tidak berjalan dengan baik adalah, Perdana Menteri Yoshihide Suga pada akhirnya menangguhkan program insentif perjalan selama liburan tahun baru dan meminta masyarakat untuk selalu menggunakan masker meskipun di dalam rumah. Pemerintah Jepang juga melarang masuk turis asing hingga akhir January 2021 mendatang, kalaupun ada perjalanan bisnis harus mengikuti proses karantina selama 14 hari. Hal ini dilakukan sebagai upaya karena meningkatnya jumlah korban virus corona ditambah lagi dengan adanya strain baru dari virus corona yang telah menyebar di bagian tenggara Inggris yang dimana penyebarannya merambah ke ke German, France, Swiss, Ireland, serta Swedia. Hal ini yang membuat fase pemulihan kian sulit karena akan mempengaruhi prospek perekonomian kedepannya. Namun apakah harapan tersebut berakhir disini? Tentu tidak, karena Negara negara Uni Eropa mulai melakukan vaksinasi Covid 19 yang dimana saat ini Eropa tengah berjuang karena meningkatnya jumlah kematian dan korban yang terinfeksi virus corona. Meskipun pemberian vaksin membutuhkan waktu, namun kami melihat bahwa hal tersebut lebih baik daripada tidak sama sekali untuk memulai pemberian vaksin tersebut. Presiden Uni Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan bahwa setelah masyarakat diberikan vaksinasi, maka memberikan kesempatan kepada kita semua untuk mulai hidup normal dan bertemu dengan keluarga. Sebuah pernyataan yang menenangkan dan memberikan harapan kepada masyarakat Uni Eropa. Namun pemberian tersebut membutuhkan waktu sehingga harus dilakukan secara bertahap dan hati hati. Sejauh ini sudah lebih dari 600.000 masyarakat di Inggris sudah mendapatkan dan hampir 2 juta masyarakat Amerika sudah mendapatkan vaksin. Italia, Denmark, Swedia, dan Portugal sendiri sudah mulai melakukan penyuntikan terhadap tenaga kesehatan. Presiden Yunani, Aikaterini Sakellaropoulou dan Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis sudah mendapatkan vaksinasi pertama. Varian baru yang menyebar di German, Jepang, Australia, Singapore, hingga Italia menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi BioNTech dan para regulator farmasi untuk berusaha selangkah lebih maju dari jenis virus tersebut. Sejauh ini Uni Eropa telah memesan 200 juta dosis suntikan Pfizer – BioNTech untuk seluruh negara anggota, dan mendapatkan opsi hingga 100 juta lebih untuk memberikan vaksin tersebut.
2.SEBUAH TANTANGAN DAN HARAPAN
Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyampaikan lima tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam mengejar momentum pemulihan ekonomi pada 2021. Ia menilai kesehatan masih akan menjadi tantangan yang besar meski program vaksinasi akan dilakukan dalam waktu dekat dan telah direncanakan sekitar 180 juta masyarakat yang akan mendapatkan vaksin gratis. Oleh karena itu, dia menyampaikan protokol kesehatan harus tetap dijalankan secara disiplin, sekalipun vaksinasi telah dilakukan. Selain itu, ia juga menyebutkan daya beli masyarakat masih akan mengalami kondisi tertekan pada tahun depan. Upaya pemerintah dalam mendorong pemulihan di sektor pariwisata dan industri manufaktur diyakini dapat menumbuhkan sisi permintaan. Tahun 2021 dinilai harus menjadi tahun pemulihan ekonomi dan reformasi sosial, Ketiga sektor yang perlu mendapat fokus besar diantaranya industry manufaktur, pariwisata, dan investasi akan diperkuat pada unggulan masing-masing wilayah. Sehingga kami menilai hal tersebut dapat menumbuhkan pendapatan masyarakat di daerah pariwisata dan diharapkan dapat menjadi trigger membaiknya daya beli masyarakat. Namun ingat, bahwa ini semua membutuhkan waktu tidak serta merta semuanya itu bagaikan menjentikkan jari semata. Fase pemulihan yang diikuti dengan peningkatan korban yang terinfeksi virus corona tidak akan semudah kelihatannya. Jepang telah menjadi sebuah contoh bahwa hal tersebut tidak semudah kelihatannya. Kita harus belajar dari Jepang dan beberapa negara lainnya yang sudah menunjukkan gambaran besar pemulihan, bahwa ternyata pengendalian masih memegang peranan yang sangat penting saat ini.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 5,906 – 6,108. Namun tetap hati hati ya, karena perubahan masih sangat besar kemungkinan untuk terjadi,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (28/12/2020).

