ANALIS MARKET (21/12/2020) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Melemah

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jumat, 18/12/2020 kemarin, IHSG ditutup melemah 9 poin atau 0.15% menjadi 6.104. Sektor keuangan, industri dasar bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar 2.63 triliun rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.SEBUAH AKSI DARI BANK SENTRAL JEPANG

Setelah sebelumnya The Fed dan Bank Indonesia beraksi, kali ini Bank Sentral Jepang unjuk gigi! Haruhiko Kuroda memberikan kejutan lain pada pertemuan terakhir Bank Sentral kemarin. Bank Sentral Jepang menjanjikan sebuah evaluasi kebijakan moneter dengan sangat mudah tanpa harus melakukan perubahan secara keseluruhan. Hal ini membuat spekulasi terkait dengan perubahan kebijakan moneter dalam kurun waktu 3 bulan menjadi sangat tinggi. Pejabat Bank Sentral Jepang mengatakan akan memperpanjang program dalam kurun waktu 6 bulan untuk mendukung usaha yang terkena dampak akibat virus Corona serta mempertahankan tingkat suku bunga untuk tidak berubah yang diikuti dengan jumlah pembelian asset yang sama seperti sebelumnya. Hal ini sebelumnya tentu sudah diprediksi oleh kami semua, karena di penghujung tahun ini tentu tidak banyak yang akan dilakukan oleh Bank Sentral di seluruh dunia. Berbeda dengan pada awal tahun depan yang dimana pijakan start akan menjadi sangat penting untuk menjaga proses pemulihan ekonomi. Evaluasi dalam membuat kebijakan yang tidak berkelanjutan merupakan sesuatu yang tidak terduga, namun ide tersebut muncul karena meningkatnya rasa khawatir bahwa target inflasi sebesar 2% tidak akan tercapai. Beberapa data ekonomi yang kemarin keluar justru menunjukkan bahwa inflasi bahkan lebih lemah daripada sebelumnya ditengah dorongan dari Kuroda untuk melonggarkan stimulus secara besar besaran. Dengan evaluasi tersebut, Kuroda menunjukkan bahwa dirinya siap untuk melakukan evaluasi yang berkelanjutan demi terciptanya tujuan sekalipun Bank Sentral Jepang mengubah haluan untuk mendorong sebuah perubahan. Bank Sentral Jepang akan mulai melakukan evaluasi pertamanya pada bulan Maret mendatang dimana ada kemungkinan terjadi perubahan stimulus secara kuartal dan menjaga penguatan Yen. Kuroda mengatakan akan melihat secara menyeluruh terkait dengan potensi pembelian asset kami yang nilainya bervariasi dan akan menjaga management control yield curve control yang kami miliki. Tujuan Bank Sentral Jepang saat ini adalah mempertahankan tingkat suku bunga serta kebijakan dalam jangka pendek dan panjang, apabila memungkinan bahkan dapat lebih rendah dari sebelumnya. Beberapa pengamat setuju terkait dengan Bank Sentral Jepang untuk melakukan penyesuaian terhadap kerangka Bank Sentral Jepang yang dimana diperlukan untuk mengurangi efek samping untuk mendorong inflasi mencapai 2%. Kuroda ingin memberikan penjelasan bahwa evaluasi tersebut bukanlah tentang pengurangan kebijakan moneter, namun Bank Sentral Jepang juga tidak bisa berdiam diri saja tatkala inflasi justru mengalami penurunan lebih dalam yang membuat target secara nilai jadi semakin lama. Kerangka Yield Curve Control akan memberikan Bank Sentral pendekatan yang berbeda untuk mengatasi kesulitan dalam mendukung perekonomian, harga, serta stabilitas pasar yang dimana hal tersebut membutuhkan pelonggaran kuantitatif secara langsung. Sejauh ini Yield Curve Control masih menjadi salah satu andalan dari Bank Sentral Jepang untuk menjaga perekonomiannya agar tetap dapat bertahan meskipun ditengah situasi dan kondisi saat ini. Bank Sentral Jepang tengah menunjukkan kepada dunia bahwa Bank Sentral Jepang tetap dalam keadaan siaga untuk menjaga perekonomiannya, karena apabila pemerintah terus berupaya melakukan kebijakan fiscal, tentu membutuhkan dukungan dari Bank Sentral Jepang. Semoga saja kali ini Jepang dapat bertahan agar tidak ketinggalan proses pemulihan dengan negara lainnya, karena biar bagaimanapun perekonomian Jepang merupakan salah satu perekonomian terpenting bagi Asia.

2.HADIAH NATAL DARI AMERIKA UNTUK CHINA

Seperti biasa, tidak seru tanpa cerita dari Trump. Ditengah gegap gempitanya berita akan kemenangan Biden dan vaksin, seakan tidak ingin di lupakan masyarakat dunia, Presiden Trump kali ini membuat kehebohan dengan menandatangani Undang Undang yang membuat perusahaan China dapat dikeluarkan dari Bursa Amerika kecuali regulator di Amerika dapat mendapatkan izin untuk meninjau dan mengaudit laporan keuangan mereka. Tentu saja, langkah Trump ini bagaikan karma bagi China yang tengah berjibaku dan mendorong hubungannya dengan Australia ke tahap kritis. Langkah Trump akan menjadi sebuah aksi baru dengan China. Undang Undang ini tentu akan mempengaruhi beberapa perusahaan besar seperti Alibaba Group Holding Ltd dan Baidu Inc. Presiden Trump terus melakukan aksi terkait dengan apa yang dilakukan oleh China terhadap Amerika yang menyebabkan deficit perdagangan antara Amerika dan China. Yaa, mungkin saja aksi Trump ini terkait dengan kekesalan lantaran kekalahannya dengan Biden beberapa waktu yang lalu. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, perusahaan China menggunakan pasar modal Amerika dan pasar keuangan yang menggunakan mata uang dollar sebagai pendanaan utama perusahaan China dalam mengembangkan bisnis perusahaan China. Undang Undang ini selain membuat perginya perusahaan China tentu akan membuat kerugian yang lebih dalam terhadap perusahaan China yang gagal memenuhi standar audit laporan keuangan. Kebijakan Amerika yang membiarkan perusahaan China bermain dengan aturannya sendiri juga membuat situasi dan kondisi saat ini juga tengah berbahaya. Juru bicara Kementrian Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan bahwa pengesahan Undang Undang tersebut politisasi terhadap peraturan Sekuritas dan mendorong kerjasama untuk melindungi para investor. Undang Undang tersebut berpotensi merusak kepercayaan investor global di pasar modal Amerika dan akan merusak posisi pasar modal Amerika dan merugikan kepentingan Amerika. Undang Undang tersebut membuat situasi dan kondisi Amerika terhadap China semakin memanas setelah sebelumnya Trump membatasi pemberian visa perjalanan terhadap 92 juta anggota Partai Komunis. Kementrian Keamanan dalam Negeri Amerika juga telah memberikan perintah terhadap petugas bea cukai di pelabuhan Amerika untuk menyita setiap pengiriman dari China yang menandung kapas dan produk kapas lainnya yang berasal dari Korps Produksi dan konstruksi Xinjiang yang dimana perusahaan tersebut ternyata memiliki afiliasi dengan Angkatan militer China yang dimana perusahaan tersebut justru yang terbesar di China. Pembatasan tersebut juga karena Amerika sudah melakukan pembatasan dengan perusahaan China yang memiliki afiliasi dengan militer China. Undang Undang ini akan menjadi moment penting karena sebelumnya Amerika terus berjibaku untuk menerapkan Undang Undang tersebut karena perusahaan China terus menolak untuk memberikan izin kepada Badan Pengawas Akutansi Perusahaan Publik untuk melakukan audit terhadap perusahaan yang melantai di Bursa Amerika. Hal ini dilakukan sebagai upaya dari Pemerintah Amerika untuk memeriksa apakah perusahaan China tersebut berada di bawah kendali pemerintahan China atau tidak. Tidak hanya itu saja, tujuan dari Undang Undang ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa setiap perusahaan yang melantai di Bursa Amerika memiliki aturan main yang sama dan menjaga kepentingan para investor agar tidak mengalami kerugian.

3.LAGI LAGI, SEBUAH PROYEKSI

Pergerakan IHSG yang begitu fluktuatif pada pekan lalu diwarnai berbagai sentiment meliputi vaksinasi, suku bunga dan kepastian dari pemerintah terkait aturan turunan UU Cipta Kerja yang rencananya akan berdampak pada tahun depan. Sentimen positif terkait membaiknya perekonomian tahun di akhir tahun 2020 membawa IHSG diperdagangkan konsisten di atas level 6.000 yang diikuti dengan kembalinya investor asing ke pasar modal Indonesia. Pada akhir pekan kemarin, World Bank Kembali menyatakan pandangannya terhadap perekonomian Indonesia di tahun 2020. World Bank memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini, yang awalnya diperkirakan akan mengalami kontraksi -1,6% menjadi -2,2%. Penurunan proyeksi tersebut menunjukkan pemulihan berjalan lebih lambat pada kuartal IV/2020 dan kuartal III/2020 sebelumnya. Hal ini dikarenakan masih berlanjutnya penerapan pembatasan sosial untuk menahan laju penyebaran Covid-19. World Bank juga menyebutkan dampak dari krisis masih terus terasa, hal ini tercermin dari permintaan dalam negeri yang masih lemah dibanding sebelum krisis, yang mana pada bulan September berada 2,8% atau berada di bawah tahun 2019. Sejalan dengan itu, angka pengangguran meningkat sebesar 1,8 poin menjadi 7,1% dan angka setengah pengangguran meningkat sebesar 3,8 poin menjadi 10,2% pada kuartal ketiga, dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, World Bank juga melihat kecepatan pemulihan yang tidak merata di semua sektor. Sektor - sektor yang membutuhkan kontak fisik secara intensif, misalnya transportasi, perhotelan, perdagangan grosir dan eceran, konstruksi, manufaktur dinilai mengalami tekanan yang cukup dalam dan hanya sebagian saja yang mulai pulih. Sementara sektor-sektor yang tidak membutuhkan kontak secara intensif, misalnya keuangan, pendidikan, komunikasi dan telekomunikasi, lebih kuat bertahan. Di samping itu, sector - sektor yang bergantung pada permintaan dari luar negeri, seperti pertambangan dan manufaktur, sebagian terlindungi oleh mulai pulihnya perdagangan dan harga beberapa komoditas yang mengalami penurunan pada pertengahan 2020. World Bank menilai tindakan moneter yang diambil untuk menghadapi krisis sudah cukup tepat. Program pembelian obligasi Bank Indonesia dalam mata uang lokal yang setara dengan 1,8% dari PDB, berhasil membantu mempertahankan stabilitas fiskal dan mendanai defisit fiskal. Tindakan ini juga telah berkontribusi kepada penurunan jangka panjang hasil penjualan obligasi pemerintah dalam mata uang lokal. Namun, program tersebut juga dinilai memiliki kelemahan dari segi makro-finansial yang perlu dikelola. Sementara itu, respon fiskal untuk menyelamatkan nyawa dan pekerjaan serta menstimulasi pemulihan ekonomi sudah berjalan dengan baik. Belanja publik yang meningkat dinilai mampu menopang perlambatan dari daya beli dan menahan kemampuan masyarakat serta perusahaan dalam bertahan di masa pandemic. Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia akan kembali bangkit ke level pertumbuhan 4,4% pada 2021 dan 4,8% pada 2022. Namun demikian, perekonomian Indonesia dan global masih berisiko tinggi mengalami penurunan, sehingga pertumbuhan diperkirakan mungkin akan turun ke angka 3,1% pada 2021 dan 3,8% pada tahun 2022 di bawah skenario.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah dan ditradingkan pada level 6.007 – 6.166. Namun kehadiran stimulus yang sudah disepakati bersama oleh para pemimpin congress mungkin akan menjadi bantalan penurunan agar dapat melemah terbatas. Kalaupun IHSG berbalik menguat pada hari ini, besar kemungkinan pun juga masih akan berada dalam rentang yang terbatas,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (21/12/2020).