Harga Gas Mahal, Luhut Targetkan Awal Maret 2020 Turun Jadi US$6
Pasardana.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan menyatakan, jajaran kabinet diminta untuk bisa menyelesaikan persoalan mahalnya harga gas dalam kurun waktu singkat oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam rapat terbatas hari Senin (6/1/2020) di Istana Kepresiden, Jokowi merasa kesal dengan melambungnya harga gas industri.
Terkait hal tersebut, Luhut menjelaskan, bahwa mahalnya harga gas nasional tak lepas dari harga bahan baku gas di hulu yang sudah mahal.
Luhut bilang, ada banyak ongkos yang harus dikeluarkan dalam memproduksi gas sehingga harga jualnya menjadi mahal.
Oleh sebab itu, pihaknya akan berupaya menyederhanakan ongkos tersebut guna mendukung arahan Jokowi. Meski pilihannya bukanlah dengan memberikan subsidi.
"Jadi challange awal Maret 2020 kami sudah bisa selesaikan, mau harga gas di USD6 per mmbtu. Karena memang terlalu banyak redundant cost atau cost yang tumpang tindih," kata dia di, Jakarta, Senin (6/1/2020).
Menurutnya, proyek pembangunan jaringan gas (jargas) di rumah tangga bakal jadi salah satu solusi untuk menekan harga gas.
"Sehingga tabung 3 kg dan 12 kg tidak perlu ada, kalau enggak ada maka cost kami yang sangat besar sekali jadi terkurangi," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin mengakui harga gas di hulu sudah cukup tinggi, yakni US$5-US$7 per MMBTU. Karenanya, harga gas industri ketika sampai di PT Perusahaan Gas Negara (Persero) atau PGN sudah jauh lebih tinggi.
"Nah itu yang harus dipikirkan bagaimana caranya bisa mendapatkan sumber gas dengan harga yang murah," tuturnya.
Idealnya, lanjut dia, harga gas industri dalam negeri tidak terpaut jauh dengan harga di pasar internasional. Pasalnya, penentuan harga gas industri mengikuti permintaan dan pasokan di pasar.
Di sisi lain, meski permintaan banyak namun, ia bilang pasokan gas industri dalam negeri cukup banyak.
Namun demikian, ia tidak menyarankan subsidi gas industri sebagai solusi. Menurutnya, salah satu solusi tepat adalah mencari sumber gas industri dengan harga yang lebih miring.
"Saya rasa sayang sampai subsidi harga gas, harusnya cari sumber lain saja yang lebih baik, yang harganya bisa turun," paparnya.

