ANALIS MARKET (24/1/2020) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Melemah Terbatas dan Ditradingkan Pada Level 6.218 - 6.270

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Kamis 23/01/2020, IHSG ditutup menguat 15 poin atau 0.25% menjadi 6.249. Sektor industri dasar, aneka industri, dan infrastruktur bergerak positif dan menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 297 miliar rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari:

1.ECB IN ACTION!

Pada akhirnya Bank Sentral Eropa setuju untuk meninjau ulang strategi yang mereka lakukan untuk pertama kalinya sejak 2003 setelah bertahun tahun lamanya stimulus moneter radikal berusaha untuk memenuhi target inflasi yang kelihatanya masih sangat sulit untuk dicapai. Lagarde berusaha untuk lebih memajukan Bank Sentral Eropa termasuk memberikan indikasi untuk mengatur ulang tujuan inflasi agar bisa terus mendekati 2% atau setidaknya mendekati 2%. Tidak hanya itu saja, Lagarde juga akan berusaha untuk mempelajari langkah langkah alternative pertumbuhan harga, dan menilai setiap alat yang digunakan untuk dijadikan kebijakannya. Sehingga hal itu memberikan kemungkinan kepada para pembuat kebijakan untuk focus pada tinjauan masalah yang akan berlangsung sepanjang tahun, termasuk stabilitas keuangan, perubahan iklim dan komunikasi. Bank Sentral Eropa terus mempertanyakan bagaimana metodenya sebagai bagian dari globalisasi, digitalisasi, dan perubahan demografis untuk menentang teori lama mengenai inflasi yang akan meningkat jika ECB memberikan uang yang cukup padanya. Sejauh mata memandang, suku bunga negative dan pembelian asset senilai Rp 2.6 T Euro atau $2.9 T memberikan implikasi pertumbuhan harga konsumen hampir diatas 1%. Pembuat kebijakan di Bank Sentral Eropa juga mengatakan bahwa mereka berjanji bahwa biaya pinjaman akan tetap pada tingkat saat ini atau lebih rendah sampai prospek inflasi tercapai dan konsisten dengan tujuan Bank Sentral Eropa. Tidak hanya itu saja, pelonggaran kuantitatif akan berjalan selama diperlukan. Sejauh ini Bank Sentral Eropa menilai bahwa prospek ekonomi terus membaik belakangan ini. Trade War yang mulai mereda yang diikuti dengan tandatangan antara Amerika dan China menjadi salah satu sentiment yang positif, meskipun Trump kemarin mengatakan akan mengancam untuk memberikan tarif mobil kepada Uni Eropa namun demikian, kepercayaan di kalangan bisnis dan investor terus mengalami peningkatan. Tentu hal ini akan menjadi salah satu modal yang sangat baik bagi pertumbuhan perekonomian Eropa kedepannya.

2.BANK INDONESIA

Hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kemarin memutuskan untuk menahan suku Bunga BI 7 Days RR di level 5%. Dalam siaran persnya, Gubernur BI mengungkapkan kebijakan tersebut telah disesuaikan dengan kondisi ekonomi global dan domestik. Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran, stabilitas eksternal yang terjaga, serta upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik. Selanjutnya Gubernur BI menjelaskan strategi operasi moneter terus ditujukan untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif. Sementara itu, kebijakan makroprudensial yang akomodatif ditempuh untuk mendorong pembiayaan ekonomi sejalan dengan siklus finansial yang di bawah optimal dengan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian. Sejauh mata memandang khususnya tahun ini, kami masih melihat adanya potensi bagi Bank Indonesia untuk menurunkan tingkat suku bunganya, apabila situasi dan kondisi mendukung. Setidaknya 1x pemangkasan sebesar 25 bps bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan. Well, maka marilah kita berdoa bahwa setidaknya Bank Indonesia dapat memangkas tingkat suku bunganya agar mampu memberikan stimulus terhadap perekonomian melalui pemberian kredit.

3.PERBAIKAN, APA IYA?

Sejumlah ekonomi memprediksi adanya perbaikan ekonomi pada tahun 2020 dimana daya beli masyarakat diproyeksikan akan lebih baik dari tahun 2019. Kebijakan makroprudensial dari Bank Indonesia diharapkan dapat menjadi penopang dari kenaikan daya beli tersebut, dimana sector property pada hal ini mendapatkan keuntungan dari penurunan suku bunga dan pelonggaran kredit. Berdasarkan data survey perbankan pada kuartal IV 2019, pertumbuhan kredit meningkat dari sebelumnya, hal tersebut tergambarkan dari Saldo Bersih Tertimbang yang naik 70.6% YoY lebih tinggi dari periode sebelumnya 68.3% YoY. Peningkatan tersebut terjadi akibat pertumbuhan kredit konsumsi pada akhir tahun 2019 dimana KPR dan KPA, KKB serta Kredit Multiguna mengalami tren kenaikan yang cukup signifikan. Kami melihat hal tersebut dapat berlanjut hingga pertengahan tahun 2020 mengingat saat ini juga upaya pemerintah guna menstabilkan pertumbuhan ekonomi lewat infrastruktur yang dinilai berdampak pada sector property, baik itu residensial maupun kawasan industry khusus. Selain itu Sektor properti dalam 3 tahun terakhir memang tak banyak mencatatkan pertumbuhan. Apalagi, pada 2019 terjadi Pemilu yang justru membuat investor cenderung wait and see. Oleh sebab itu, relaksasi LTV yang dilakukan Bank Indonesia pada 2019 lalu memberi sentimen positif agar sektor properti kembali bergairah. Kami memperkirakan keefektifan dari kebijakan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia, khususnya terkait LTV, bisa memperbaiki kinerja sektor properti antara 5% sampai 8%.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah terbatas ditradingkan pada level 6.218 - 6.270,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (24/1/2020).