ANALIS MARKET (05/9/2019) : Pergerakan Harga Obligasi Diproyeksi Masih Bervariasi

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kemarin (04/9), mengalami pergerakan yang terbatas, sebuah pergerakan yang sebelumnya sudah kami perkirakan.

Namun demikian, ketidakpastian akan pertemuan antara Amerika dan China yang terjadi pada hari Kamis esok, menjadi sebuah tanda tanya besar, apakah pertemuan tersebut jadi dilakukan, atau akan menjadi angin yang segera berlalu?

Ditengah ketidakpastian antara Amerika dan China yang semakin tinggi, proses Brexit sendiri juga masih berlarut larut.

Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, diperdagangan Kamis (05/9) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan masih akan dibuka bervariatif, dengan rentang pergerakan harga 25 – 60 bps.

Selama pergerakan obligasi masih dalam rentang tersebut, pasar obligasi tidak akan bergerak kemana mana, sampai ada salah satu pemantik yang memicu pergerakan harga obligasi.

Kita awali research kita dari China. Kabinet China telah memberikan isyarat bahwa pengurangan Giro Wajib Minimum sedang dalam perjalanan, hal ini dilakukan sebagai salah satu langkah untuk memberikan stimulus ke dalam ekonomi yang sedang melambat.

Dewan Negara China menyerukan untuk menggunakan alat yang tepat, termasuk pemotongan rasio cadangan dan di targetkan untuk mendukung perekonomian. Uniknya, Bank Sentral China selalu mengikuti permintaan dari Dewan Negara China, hal ini kami melihat bertolak belakang dengan yang terjadi antara Amerika dengan The Fed yang boleh dikatakan memiliki prinsip yang berbeda.

Terakhir kalinya, Bank Sentral China memangkas Giro Wajib minimum pada bulan January, setelah pengumuman yang sama dilakukan oleh Dewan Negara pada bulan Desember.

Tindakan Bank Sentral ini muncul setelah semakin banyak para ekonom dan analis yang memangkas proyeksi tingkat pertumbuhan China pada tahun 2020 menjadi dibawah 6% sebagai akibat dari meningkatnya perang dagang antara Amerika dan China yang tidak kunjung usai.

Selain langkah pemangkasan tersebut, Kabinet juga menyerukan untuk melakukan percepatan terhadap proses obligasi daerah atau municipal bond.

Hal ini mendorong daerah untuk dapat membayar pengeluaran infrastruktur dan akan memberikan dukungan ekonomi dari dalam untuk menghadapi tekanan dari eksternal.

Dana dari municipal bond tersebut akan di investasikan di sector sector transportasi, energi, pertanian, dan kehutanan, Pendidikan, dan perawatan medis.

Setelah jalan jalan ke China, mari kita beralih ke Hongkong. Pada akhirnya setelah masa protes selama 3 bulan yang dilakukan oleh pengunjuk rasa, pada akhirnya Chief Executive Office Hongkong, Carrie Lam mengatakan bahwa secara resmi mencabut RUU yang memungkinkan ekstradisi ke China yang dimana atas hal ini diharapkan tidak ada ada demo lagi.

Namun, pengunjuk rasa menginginkan lebih banyak, dan pengunjuk rasa siap untuk bertarung untuk mendapatkannya. Para pengunjuk rasa telah memberikan 5 tuntutan, dan tampaknya pengunjuk rasa tersebut tidak akan diam saja, kalau hanya 1 yang dikabulkan oleh Carrie Lam.

Kami melihat hal ini mungkin sebagai pengalihan issue saja, melihat bahwa sebentar lagi pada tanggal 1 October China untuk merayakan 70 tahun Pemerintahan Partai Komunis yang ada di China.

5 tuntutan tersebut adalah; 1. Menarik Undang Undang Extradisi. 2. Menarik kembali setiap karakterisasi Gerakan sebagai sebuah kerusuhan. 3. Melepaskan semua tuduhan terhadap pengunjuk rasa anti ekstradisi. 4. Membentuk komite independent untuk menyelidiki penggunaan kekuatan polisi Hongkong. 5. Hal memilih dalam pemilihan kepala eksekutif dan legislative pada tahun 2020 nanti.

5 Point ini yang dituntut oleh pengunjuk rasa, meskipun point utamanya sudah selesai, namun tampaknya pengunjuk rasa masih akan terus mencoba sampai ke 4 point selanjutnya dikabulkan.

Setelah dari Hongkong, kita jalan jalan ke Inggris. Boris Johnson gagal dalam upayanya untuk menyerukan pemilihan umum cepat pada hari Rabu, setelah sebelumnya anggota parlemen memegang kendali Parlement minggu ini dan memberikan suara melalui Rancangan Undang Undang yang bertujuan untuk menghentikan Brexit yang tidak ada kesepakatan.

Baik Partai oposisi Partai Buruh, Partai nasional Skotlandia, dan Demokrat, mereka semua tidak akan mendukung rencana Johnson bahkan sebelum pemungutan suara dimulai. Jonhson akan mencoba opsi lain untuk memaksa pemilihan.

Kisruh Inggris akan memicu ketidakpastian baru terhadap stabilitas politik antara Uni Eropa dan Inggris, oleh sebab itu perkembangannya juga harus di amati. Setelah jalan jalan ke luar Negeri, kita kembali ke Indonesia.

Deputi Gubernur Bank Indonesia mengatakan bahwa Bank Indonesia melihat bahwa ruang untuk melakukan penurunan tingkat suku bunga kembali terbuka. Pemotongan ini dilakukan dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan di sector sector utama ekonomi, terutama manufaktur.

Indonesia terus berusaha mengejar tingkat pertumbuhan menjadi 6% tanpa ada stabilitas moneter yang terhambat.

Tidak hanya disitu saja komitmen Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan, Bank Sentral juga akan membuat penyesuaian lebih lanjut terkait dengan kebijakan makroprudensial untuk meningkatkan likuiditas sehingga bank dapat memberikan pinjaman.

“Kami merekomendasikan wait and see hari ini,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (05/9/2019).