ANALIS MARKET (03/9/2019) : Harga Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, sesuai dengan perkiraan kami, pasar obligasi kembali mengalami penguatan kemarin (02/9).

Meskipun penguatan tersebut terbatas, namun kami melihat ada potensi yang besar untuk mempertahankan imbal hasil yang rendah dalam jangka pendek maupun menengah.

Ditengah uncertainty dan volatilitas yang tinggi, kami melihat hal ini sebagai sesuatu yang baik karena menjadi tolok ukur bahwa imbal hasil Indonesia bisa bertahan di level rendah.

Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (03/9) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas. Volatilitas semakin tinggi menjelang pertemuan antara Amerika dan China yang berlangsung pada hari Kamis pekan ini.

Adapun sentiment yang menjadi sorotan pelaku pasar, di awali dari Argentina. Pemerintah Argentina telah memberlakukan control mata uang dalam upaya untuk menstabilkan pasar keuangan, ditengah tengah krisis ekonomi yang semakin dalam.

Langkah langkah sementara telah diumumkan pada hari Minggu kemarin, yang dimana memberikan kesempatan kepada Pemerintah untuk membatasi pembelian mata uang asing setelah penurunan Peso yang sangat tajam dan sensitive.

Semua Perusahaan sekarang harus meminta izin dari Bank Sentral Argentina untuk menjual Peso, membeli mata uang asing, untuk melakukan transfer ke luar Negeri.

Kontrol mata uang dilakukan untuk menjaga dan memastikan fungsi perekonomian Argentina tersebut.

Pada akhirnya, Argentina akan berusaha untuk menunda pembayaran utangnya senilai $100 miliar, yang dimana penundaan utang tersebut membuat S&P menurunkan peringkat utang Argentina menjadi default.

Dari Argentina, mari kita jalan jalan ke Inggris. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan pada hari Senin kemarin, bahwa peluang untuk mencapai kesepakatan untuk Inggris meninggalkan Uni Eropa telah meningkat, karena Johnson tidak ingin Inggris menunda kembali proses keluarnya Inggris dari Eropa.

Dalam sebuah pernyataan menyusul pertemuan darurat dengan kabinetnya, Johnson mendesak para anggotanya untuk tidak memilih undang undang untuk memblokir Brexit minggu ini yang dimana Brexit tersebut tidak ada kesepakatannya.

Johnson tetap meminta Inggris untuk keluar pada tanggal 31 October nanti dari blok Eropa.

Johnson sendiri tidak ingin ada pemilihan kembali, karena Johnson ingin penyesaian yang cepat untuk proses Brexit itu sendiri.

Masuk ke sajian utama, seperti biasa, berita akan datang dari Amerika dan China. Para pejabat China tengah berjuang untuk menyetujui pertemuan yang direncanakan bulan ini untuk melanjutkan pembicaraan perdagangan setelah sebelumnya Amerika menolak permintaan China untuk menunda tarif yang tengah berlaku.

Hal ini menunjukkan indikasi bahwa China tampaknya mulai tercipta krisis kepercayaan yang timbul terhadap Amerika.

Tanggal kunjungan China ke Amerika pun belum ditentukan, meskipun Trump mengatakan bahwa pertemuan tersebut akan berlangsung pada hari Kamis pekan ini.

Atas hal ini, media Pemerintah China bereaksi dengan memberikan signal bahwa Pemerintah China siap untuk menghadapi gejolak ekonomi.

China sekali lagi akan mengajukan keluhan kepada Organisasi Perdagangan Dunia terkait dengan tarif Amerika yang diberikan terhadap China.

Ditengah tengah tingginya gejolak antara Amerika dan China saat ini, Trump berusaha untuk selalu menenangkan pasar. Pernyataan terakhir Trump adalah bahwa China sedang bergerak maju, dan hubungan Amerika dan China sedang baik baik saja.

Kami telah berbicara dengan China dan pertemuan tersebut masih berlangsung dan akan terjadi pada bulan September. Itu belum berubah, China belum merubahnya serta Amerika juga belum merubahnya.

Kita akan lihat apa yang terjadi nanti, namun kita tidak bisa membiarkan China merobek kita lagi sebagai sebuah Negara.

Namun semakin lama, tampaknya Trump semakin frustasi karena pertemuan tidak pernah berujung terhadap kesepakatan.

Trump mengancam bahwa apabila tidak ada kesepakatan yang lebih baik untuk ekonomi Amerika dan China, maka jangan melakukan bisnis bersama.

Geng Shuang juru bicara kementrian Luar Negeri China mengatakan pada hari Senin bahwa hal yang paling penting saat ini adalah untuk menciptakan kondisi yang diperlukan untuk melanjutkan pembicaraan mengenai perdagangan antara China dan Amerika.

Lebih lanjut, Pemerintah China juga tampaknya telah mengabaikan Amerika terkait dengan peningkatan eskalasi terbaru terkait dengan perang tarif. Pemerintah China semakin siap untuk menghadapi gejolak ekonomi karena menurut mereka tidak ada kemajuan untuk menyelesaikan permasalah perdagangan ini.

Bahkan Dewan Negara siap dan berjanji untuk meningkatkan dukungan ekonomi jika diperlukan.

Tekad China untuk memerangi perang ekonomi dengan Amerika telah tumbuh menjadi lebih kuat, dan penanggulangannya lebih tegas, terukur dan ditargetkan.

Situasi semakin memanas, karena China semakin tidak takut untuk melawan Amerika dalam perang yang berkepanjangan.

Pertanyaan selanjutnya, adalah apakah Amerika siap, untuk menjaga customer, dan para pengusaha di Amerika untuk bisa bertahan ditengah tengah kebijakan perang dagang.

Ego semata Trump untuk mengejar Pemilu 2020? Atau memang demi kepentingan Amerika?

“Kami merekomendasikan beli dengan volume terbatas,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (03/9/2019).