ANALIS MARKET (18/9/2019) : IHSG Berpeluang Bergerak Melemah Terbatas dan Ditradingkan Pada Level 6.200 – 6.260

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, sentiment yang menjadi sorotan pelaku pasar diperdagangan hari ini, Rabu (18/9/2019), di awali dengan sebuah cerita yang dimulai dari Ketua DPR Amerika, Nancy Pelosi.

Nancy mengatakan bahwa Trump harus menantang praktik perdagangan China. “Saya yakin dia mengambil jalan yang benar, namun hanya saja cara yang dilakukannya salah”, jelas Nancy.

Dia juga menambahkan, seharusnya apa yang Trump lakukan terhadap China, jangan sampai memberikan impact juga terhadap orang Amerika, jangan sampai melukai petani dan konsumen yang ada di Amerika.

Komentar Trump terakhir kali pada hari Selasa mengatakan bahwa, mungkin akan ada kesepakatan bersama dengan China dalam waktu dekat, atau mungkin juga sebelum pemilihan November 2020, atau justru 1 hari setelah pemilihan usai.

Namun Trump mengingatkan bahwa, apabila kesepakatan tersebut terjadi bersamaan dengan pemilihan, maka hal itu akan menjadi kesepakatan terberat yang pernah dibuat siapa pun dari sudut pandang China, dan mereka tahu itu.

Sebetulnya apa yang disampaikan Nancy merupakan suatu kebenaran yang mungkin Trump pungkiri.

Karena menurut survey yang dilakukan oleh Merrill Lynch Bank of America pada bulan September lalu memperkirakan sekitar 38% Fund Manager Asset Management mengatakan akan terjadi resesi pada tahun depan.

Angka ini naik dari sebelumnya pada bulan August lalu yang dimana saat itu sebesar 34%.

Angka 38% merupakan angka tertinggi sejak October 2011. Namun para Fund Manager ini juga melihat bahwa akan ada potensi bullish untuk asset yang beresiko dengan adanya stimulus fiscal dari Jerman, pemotongan tingkat suku bunga 50 bps dari The Fed, dan belanja infrastructure dari China.

Ke 3 hal ini yang akan menjadi booster mungkin selama 6 bulan ke depan untuk menjaga minat para pelaku pasar dan investor untuk tetap berinvestasi di asset beresiko. Berbicara mengenai potensi bullish, tidak adil rasanya kalau kita tidak membahas dari sisi resikonya.

Resiko yang dikhawatirkan oleh para pelaku pasar dan investor adalah, 40% dari perang dagang yang masih menjadi perhatian utama.

Selain itu, ada impotensi kebijakan moneter, dan bubble di pasar obligasi. Dan yang terakhir yang menjadi perhatian adalah perlambatan ekonomi China yang terus menerus menunjukkan data ekonomi yang memprihatinkan.

Kita beralih dari gossip gossip hangat sebelum The Fed melakukan pertemuannya. The Fed diperkirakan akan memangkas tingkat suku bunga pinjamannya pada pertemuan yang berlangsung hari ini.

Potensi pemangkasan tersebut sebesar 25 bps. Namun tampaknya para pelaku pasar apabila The Fed melakukan pemotongan sebesar 25 bps, masih akan menginginkan kembali pemotongan sebesar 25 bps lagi pada bulan December nanti.

Saat ini, kami melihat bahwa pemotongan sebesar 25 bps masih cukup bagus untuk menjaga pertumbuhan fase ekspansi di Amerika.

Karena focus utamanya sudah jelas, yaitu mendorong dan menjaga pasar ketenagakerjaan dan stabilitas harga. Sebelum kita akhiri Research kita hari ini, ada berita baik dari dari Aramco Perusahaan minyak yang berbasis di Arab Saudi.

Aramco akan kembali online pada akhir September, atas berita ini harga minyak langsung turun lebih dari 6% dalam sehari. 50% pemotongan yang telah dilakukan dari pemotongan produksi minyak mentah terakhir bahkan telah dipulihkan dalam 2 hari.

Saat ini, Aramco sedang melakukan proses penyulingan minyak ke dalam kapasitas penuh.

IPO Aramco pun akan berjalan dengan sesuai rencana. IPO adalah komitmen pemegang saham, Pemerintah Arab Saudi, dan hal ini akan terus berjalan.

Sebagai informasi, Aramco akan mendaftarkan 1% di Bursa Saham Lokal sebelum akhir tahun ini, dan 1% lainnya pada tahun 2020. Hal ini merupakan sebagai bagian dalam rencana penjualan Aramco untuk public yang akan diperkirakan akan melepas 5% dari perusahaan.

Pasca rilis data neraca keuangan cenderung bergerak terbatas yang juga menggambarkan adanya antisipasi terkait stabilitas perekonomian dalam negeri.

Defisit neraca berjalan yang melebar menjadi fokus bagi para pelaku pasar di tengah tekanan dari eksternal saat ini.

Investor asing telah mencatatkan penjualan bersih sebesar 213 juta USD selama satu bulan terakhir.

Sektor non-migas yang saat ini menjadi fokus prioritas guna menopang pendapatan negara dari ekspor, namun yang jadi perhatian adalah, hingga Agustus realisasi ekspor dari non-migas baru mencapai 101.48 miliar USD atau 57% dari target yang telah ditetapkan dalam APBN.

Dengan sisa 4 bulan menjelang penutupan tahun 2019, ekspor non-migas membutuhkan 18 miliar USD per bulan agar mencapai target tersebut.

Kami menilai penyesuaian tarif dari beberapa mitra dagang dan persaingan dari produk pesaing masih menjadi pekerjaan rumah untuk dapat diselesaikan.

“Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah terbatas dan ditradingkan pada level 6.200 – 6.260,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (18/9/2019).