ANALIS MARKET (20/8/2019) : IHSG Berpeluang Bergerak Mixed Cenderung Menguat
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, sentiment yang menjadi sorotan pelaku pasar diperdagangan Selasa (20/8) pagi ini, dimulai dari Amerika yang akan memperpanjang serangkaian pengecualian terbatas selama 90 hari mengenai larangan berbisnis dengan Huawei, hal ini disampaikan oleh Wilbur Ross kemarin.
Permasalahannya adalah beberapa perusahaan telekomunikasi di Amerika sangat bergantung terhadap Huawei, sehingga menurut Ross penangguhan selama 90 hari dianggap sangatlah tepat.
Namun ternyata tindakan Amerika untuk memasukkan Perusahaan China ke dalam daftar hitam tidak berhenti sampai disitu saja, Amerika juga telah menambahkan lebih dari 40 afiliasi Huawei ke daftar hitam perdagangan.
Amerika memberikan waktu sedikit lebih banyak terhadap China untuk berfikir, sehingga tenggat waktu berikutnya adalah 19 November.
Dalam pengumuman tersebut tidak membahas masalah keamanan Nasional yang lebih luas tentang Huawei, dan sebetulnya tidak menjawab pertanyaan inti dari pengumuman tersebut yang dimana Apakah perusahaan chip Amerika dan supplier lainnya akan diizinkan untuk menjual spare part ke China atau tidak.
Huawei hanya menanggapi dengan “biasa” saja terkait dengan penangguhan tersebut.
Huawei mengatakan bahwa hal tersebut tidak mengubah fakta bahwa Huawei telah diperlakukan dengan tidak adil.
Keputusan Amerika kemarin, tidak akan berdampak besar pada bisnis Huawei.
Saat ini, sentiment tersebut sudah mulai masuk ke ranah tensi politik, sehingga permasalahan Huawei dulu di masukkan ke dalam daftar hitam sebagai ancaman keamanan nasional Amerika, “ternyata sudah tidak dibahas kembali oleh Amerika”.
Berarti itu semua kami menilai bahwa hanyalah sebuah alasan untuk memperlambat pertumbuhan dari Huawei sendiri seperti yang sudah disampaikan oleh Trump sebelumnya.
Penundaan untuk Huawei pun tidak akan mungkin diperpanjang oleh Trump untuk kesekian kalinya, namun kami melihat bahwa Huawei sendiri tampaknya sudah siap untuk berdiri di kedua kakinya sendiri tanpa harus bergantung terhadap Amerika.
Beralih dari sana, Bank Sentral China mengatakan akan mulai merilis tingkat referensi baru untuk pinjaman bank pada hari Selasa, hal ini kami melihat sebagai langkah lebih lanjut dari reformasi yang ditunggu selama ini untuk membawa suku bunga yang lebih rendah terhadap perekonomian China.
Reformasi ini merupakan salah satu cara China untuk membuka penyumbatan moneter, karena ekonomi China yang terus melemah selama perang dagang masih berlangsung.
Data output industri China yang keluar kemarin menunjukkan pelemahan terburuk sejak tahun 2002.
Hal ini tentu akan disambut baik oleh pasar, karena akan memberikan stimulus ekonomi yang lebih baik untuk China ditengah tengah perang dagang yang masih belum jelas juntrungannya.
Kembali ke Amerika, President The Fed untuk Boston, Eric Rosengren kembali mendorong The Fed untuk melakukan pemangkasan tingkat suku bunga lanjutan, karena dia sendiri tidak yakin bahwa hal itu akan mempengaruhi perlambatan perdagangan, dan pertumbuhan global yang dimana akan memberikan dampak terhadap perekonomian Amerika.
Trump juga terus mendorong untuk The Fed menurunkan tingkat suku bunganya sebesar 100 bps atau 1%, tentu hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa, karena akan menjadi booster apabila itu terjadi.
Hari ini tidak banyak yang dapat kita lihat, selain tentunya para pelaku pasar dan investor akan menantikan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan berlangsung pada hari Kamis nanti, yang dimana kami melihat meskipun Bank Indonesia memiliki ruang 25 bps untuk menurunkan tingkat suku bunganya, kami melihat mereka tidak akan melakukannya pada pertemuan bulan ini.
Mereka akan menahannya, dan berpotensi besar akan terjadi pada pertemuan yang selanjutnya seusai dari The Fed melakukan meeting terlebih dahulu pada bulan September 18 nanti.
Dari pasar komoditas, harga minyak mulai mengalami kenaikan dalam jangka pendek setelah berulang kali diterpa oleh sentimen negatif sehingga harga minyak jatuh dari level tertungginya pada tahun ini yang terjadi tanggal 22 April.
Kami melihat ketegangan di Timur Tengah tidak akan bergerak kemana – mana pada pekan ini, sehingga harga minyak berpeluang rebound ke US$ 57 – 58 per barel.
Kekhawatiran tentang resesi ekonomi dunia dinilai membebani harga minyak sehingga minyak ditekan untuk turun agar inflasi tidak tinggi.
Di tempat lain, OPEC memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada 2019 sebesar 40.000 barel per hari menjadi 1,10 juta barel per hari, kami melihat ada indikasi pasar akan sedikit surplus pada 2020.
Prospek bearish terjadi di tengah sengketa perdagangan Amerika - China dan Brexit.
Kami menilai situasi tersebut dapat menekan OPEC dan sekutu mereka termasuk Rusia untuk mempertahankan kebijakan pemangkasan produksi guna mendukung harga.
Kami melihat pasar minyak dunia masih berpotensi bearish hingga akhir tahun ini, mengingat pertumbuhan ekonomi dan perdagangan global yang saat ini sedang berlangsung, belum juga pulih.
“Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak mixed cenderung menguat. IHSG sendiri ditradingkan pada level 6.259 - 6.349,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (20/8/2019).

