ANALIS MARKET (15/8/2019) : Pasar Obligasi Diproyeksi Bervariasi

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kemarin (14/8), berhasil berbalik arah menjadi penguatan, seperti yang sudah diprediksikan sebelumnya.

Sentimen positif yang hadir mampu memutarbalikkan arah pelemahan menjadi penguatan, karena seperti itulah pasar Emerging Market.

“Namun demikian kami melihat ini masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa ini merupakan pembalikkan arah, karena sebetulnya secara teknikal Analisa pasar obligasi masih berpotensi untuk mengalami penurunan, oleh sebab itu kehati hatian merupakan saat yang terpenting saat ini. Tetap waspadai dan cermati sentiment yang ada,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (15/8/2019).

Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, diperdagangan Kamis (15/8) pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan bergerak bervariasi dengan potensi naik dan turun dengan rentang 30 – 65 bps.

Seperti biasa, sentimen yang akan menjadi sorotan investor akan kita awali dari perekonomian China yang telah mengeluarkan data ekonominya kemarin, yang jauh dari yang diharapkan.

China mencatat pertumbuhan Industrial Production terlemah sejak 2002 yang diakibatkan oleh perlambatan siklus ekonomi dan ketegangan perdagangan antara Amerika dan China yang menambah tekanan terhadap perekonomian China.

Data ekonomi semakin menyedihkan lantaran Retail Sales China juga turun cukup dalam, meskipun secara Year to Date masih dalam batas toleransi.

Data ekonomi China yang keluar masih menunjukkan bahwa China masih berjuang untuk bisa beradaptasi dan stabil.

Seperti yang kami katakan sebelumnya, ini semua hanyalah bagian dari permainan. Semakin lama kesepakatan tidak terjadi, maka hanya akan menambah luka menjadi lebih lama, dan lebih dalam dari yang seharusnya.

Disatu sisi, keduanya juga hanya berdiskusi tanpa ada tujuan yang jelas.

Ditengah tengah situasi dan kondisi seperti saat ini, para pelaku pasar dan investor mengharapkan adanya stimulus untuk membantu menstabilkan perekonomian China, karena tentu implikasinya akan mengenai Indonesia juga.

Sejauh ini para pembuat kebijakan di China baru melakukan kombinasi pemotongan pajak untuk mendorong pengeluaran, dan menargetkan insentif moneter dari Bank untuk diberikan kepada pelaku bisnis.

Namun itu belum cukup untuk menahan perlambatan. Harus ada langkah langkah yang lebih agresif disana untuk bisa menghadapi meningkatnya utang dan resiko stabilitas keuangan yang berkelanjutan.

3 pendorong siklus ekonomi China yaitu ekspor, infrastruktur, dan property semuanya melambat.

Bank Sentral China sejauh ini telah mengubah metode dalam mengevaluasi pinjaman bank sehingga diharapkan dapat memotong jumlah yang harus disimpan di Bank sehingga akan lebih banyak kredit yang mengalir ke produsen dan perusahaan kecil.

Para pelaku pasar dan investor mengharapkan adanya pemotongan tingkat suku bunga oleh PBOC agar dapat memberikan ruang yeng lebih besar kepada perekonomian China untuk bisa bertahan.

Sejauh ini dari kabar terakhir, para pejabat China masih akan melakukan pertemuan dengan Amerika pada bulan September nanti.

Menurut Trump dari pembicaraan terakhir sangat produktif, meskipun kita selalu mendengar kata “kemajuan”,”produktif”, namun pada kenyataannya tidak ada yang produktif atau adanya kemajuan yang berarti.

Trump mengatakan bahwa China ingin mengakhiri kebuntuan, bukan pesimis, tapi selama apa yang diminta oleh Amerika, China juga tidak bisa memberikan semuanya akan sama saja.

Yaa meskipun sisi baiknya, mereka masih berkomunikasi, yang menandakan selalu ada harapan ditengah ketidakpastian. Perjalanan masih akan cukup panjang dan melelahkan, tapi segala sesuatu tidak akan ada yang sia sia selama tujuan pertemuan kedua Negara tersebut memiliki niat yang baik.

“Kami merekomendasikan wait and see hari ini, naik turun harga yang melebihi batas toleransi akan menjadi arah selanjutnya bagi pasar obligasi,” jelas analis Pilarmas.