ANALIS MARKET (31/7/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali mengalami pelemahan ditengah hadirnya lelang kemarin (30/7). Kemungkinan besar, dengan kenaikkan imbal hasil di pasar sekunder, diharapkan dapat menjadi tolok ukur bagi para pelaku pasar dan investor untuk meminta imbal hasil yang lebih tinggi pada saat lelang kemarin.
“Seperti yang sudah kami sampaikan bahwa Fr 81 dan Fr 82 menjadi primadona baru dalam pemilihan seri lelang yang kemarin. Meskipun kuponnya kecil, namun kami melihat obligasi ini memiliki potensi untuk menjadi obligasi benchmark tahun depan, sehingga tentu animonya sangat besar sekali. Dengan total yang dimenangkan sebesar Rp 21.45 T tentu ini merupakan sesuatu yang sangat baik, karena kepercayaan investor terhadap pasar obligasi dalam Negeri terjaga dengan baik,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (31/7/2019).
Lebih lanjut, analis Pilarmas menyebutkan, diperdagangan Rabu (31/7) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas.
Pelemahan ini sudah mulai memasuki garis support, yang dimana apabila pasar obligasi menembus garis support, maka berpotensi untuk melanjutkan penurunan kembali.
Adapun sentiment yang menjadi sorotan para pelaku pasar, di awali dari pertemuan Bank of Japan kemarin yang mengatakan bahwa mereka melihat hal yang lebih positif mengenai stimulus moneter karena mereka melihat ada kemungkinan The Fed akan memangkas tingkat suku bunganya sejak 2008.
Kuroda menjaga kebijakan untuk tidak berubah pada hari Selasa meskipun ada pemangkasan target inflasi, namun Kuroda juga menyampaikan bahwa Bank of Japan tidak akan pernah ragu untuk melakukan lebih banyak jika itu memang diperlukan.
Kuroda mengatakan hal ini sebagai bagian dari kesedian dari Bank of Japan untuk bertindak jika momentum target inflasi masih di bawah 2% atau justru malah tidak tercapai.
Kuroda juga menjelaskan bahwa saat ini risiko sedang meningkat, terutama ekonomi di luar Negeri. Hal itu tentu akan berdampak terhadap ekonomi yang ada di Jepang.
Kuroda mengatakan sikap Bank of Japan yang lebih positif bukan berarti mereka akan segera bertindak, meskipun Kuroda menegaskan kembali Bank Sentral masih memiliki banyak pilihan stimulus yang tersisa.
Kuroda mengatakan perlunya memperhatikan perkembangan di luar negeri, termasuk kebijakan The Fed dan Bank Sentral Eropa yang mengakibatkan meningkatnya proteksionisme.
Resiko kerugian terbesar bagi Ekonomi Jepang terutama karena kondisi dari ekonomi luar Negeri.
Dalam laporan kuartalannya, Bank of Japan mengatakan resiko inflasi dan aktivitas ekonomi mengalami penurunan yang disebabkan oleh perkembangan ekonomi luar Negeri termasuk didalamnya aksi proteksionisme.
Dalam laporan proyeksinya, Bank of Japan mengatakan bahwa target inflasi sebesar 2% tetap tidak terlihat, namun inflasi inti diproyeksikan akan berada pada 1.6% pada tahun 2022.
Bank of Japan juga akan mempertahankan pengaturan pada program pengendalian kurva imbal hasil dan pembelian asset, atas dasar hal ini lah Bank of Japan kemungkinan besar tidak akan mengubah tingkat suku bunganya hingga musim semi 2020.
Beralih dari sana, tampaknya hubungan antara Amerika dan China tidak akan kunjung membaik dalam waktu dekat. Trump kemarin mengecam China karena China masih belum membeli produk pertanian Amerika hingga saat ini.
China melakukannya dengan sangat buruk, bahkan sangat buruk dalam 27 tahun terakhir. Mereka masih belum membeli produk pertanian kami hingga saat ini.
Trump juga mengatakan bahwa kita akan membuat banyak kesepakatan atau tidak ada kesepakatan sama sekali.
Trump juga menyampaikan bahwa baru baru ini Trump telah berkomunikasi dengan Xi Jinping, namun tidak menguraikan kapan atau hal apa yang telah didiskusikan.
Trump menyampaikan bahwa China bersedia untuk membuat konsesi dalam pembicaraan perdagangan, tetapi Trump tidak yakin apakah Dia akan menerima kesepakatan tersebut.
Trump mengingatkan bahwa Dia memiliki semua kartu, dan ketika Trump terpilih pada tahun 2020 nanti, China akan menghadapi pembicaraan mengenai kesepakatan yang jauh lebih sulit.
Pada akhirnya, kata Trump, mereka selalu mengubah kesepakatan yang pada akhirnya menguntungkan mereka.
Saat ini, Steven dan Robert telah tiba di Shanghai untuk memulai diskusi kembali mengenai pembicaraan dengan delegasi China.
“Meskipun kami melihat bahwa masih jauh sekali kemungkinan untuk Amerika dan China untuk bisa mencapai kata sepakat. Untuk apa yang telah dilakukan Amerika terhadap China sebelumnya, tentu dapat kita maklumi apabila China merasa tersakiti. Kami merekomendasikan jual hari ini dengan bersiap untuk membeli,” ungkap analis Pilarmas.

