ANALIS MARKET (26/7/2019) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, diperdagangan Jumat (26/7) pagi, pelaku pasar bakal mencermati sentimen yang datang dari Mario Draghi.
Dalam Pertemuan Bank Sentral Eropa yang berlangsung kemarin, Mario mengatakan bahwa Bank Sentral Eropa akan memberikan stimulus moneter pada bulan September nanti untuk memerangi perlambatan ekonomi yang kian memburuk di kawan Eropa.
Prospek ekonomi kian semakin buruk kata Mario di Frankfurt. Semakin buruk, semakin buruk, khususnya dibidang manufacture, dan terus semakin buruk khususnya bagi Negara yang sector manufakturnya sangat penting.
Pembuat kebijakan memiliki komitmen untuk melihat ulang sejumlah opsi termasuk pemotongan suku bunga dan pelonggaran kuantitatif yang telah diperbaharui.
Namun seperti biasa, kami melihat itu sebagai suatu janji manis yang tidak pernah dilakukan.
Kami melihat sudah beberapa kali ini, Mario hanya mengatakan hal yang sama namun dengan waktu yang berbeda.
Beberapa jam setelah pidato tersebut, beberapa data makro ekonomi Jerman juga menunjukkan hal yang pesimis dalam kurun 1 decade.
Namun point terpenting dari pertemuan Bank Sentral Eropa tersebut adalah bahwa ECB akan menyesuaikan janjinya pada tingkat suku bunga, dan memberikan sinyal bahwa tingkat suku bunga dapat di pangkas lebih dalam, namun dengan tetap memikirkan opsi yang lain.
Dari sisi inflasi, Mario tidak menyukai apa yang terlihat, padahal inflasi merupakan salah satu kunci yang sangat penting. Bank Sentral Eropa Bersama dengan Dewan Pemerintahan telah memberikan tugas kepada Komite Eurosystem untuk dapat memeriksa semua opsi, termasuk cara cara untuk memperkuat langkah kedepannya dalam berbagai tingkat kebijakan, mitigasi resiko, remunerasi cadangan, dan potensi untuk melakukan pembelian asset.
Pertemuan Bank Sentral Eropa telah mengawali rangkaian pertemuan Bank Sentral sebelum kepada acara puncak yaitu FOMC meeting.
Sehingga kami melihat bahwa besar kemungkinan The Fed akan memotong tingkat suku bunga pada bulan July nanti, yang akan diikuti dengan pemotongan ECB pada bulan September nanti.
Pertemuan Bank Sentral Eropa berikutnya pada bulan September nanti akan menjadi moment sebelum Mario turun dari Presiden Bank Sentral Eropa dan akan digantikan oleh Christine Lagarde.
Mario mengatakan bahwa Lagarde akan menjadi Presiden Bank Sentral yang berprestasi.
Beralih dari sana, Michael Pompeo mengatakan pintu akan selalu terbuka untuk diplomasi dengan Korea Utara meskipun mereka meluncurkan rudal jarak pendek pada hari kamis pagi dan Michael berharap bahwa pembicaraan antara keduanya dapat dimulai pada bulan depan.
Akibat peluncuran tesrebut, ketegangan antara Korea Utara dan Amerika semakin meningkat kembali.
Namun, sejak pertemuan terakhir Trump dan Kim yang bertemu di perbatasan Korea Utara dan Selatan, Michael mengatakan bahwa Amerika dan Korea Utara akan memulai pembicaraan pada sekitar July.
Dari pasar Asia, Perekonomian Korea Selatan pada kuartal II 2019 tumbuh 1.1%, melebihi ekspektasi para analis yang berada pada 0.9%.
Rebound investasi fasilitas dan peningkatan pengeluaran pemerintah memainkan peran penting dalam meningkatnya PDB Korsel.
Meskipun rebound pada kuartal kedua, ada beberapa hal yang menjadi perhatian kami di pertumbuhan ekonomi.
Pekan lalu Bank of Korea menurunkan suku bunga utamanya dan sekali lagi memangkas perkiraan pertumbuhan 2019 menjadi 2.2% dari 2.5% menyusul risiko seperti perang perdagangan Amerika - China dan meningkatnya ketegangan dengan Jepang.
Ekspor diperkirakan mengalami penurunan bulanan kedelapan berturut-turut pada bulan Juli, juga karena mesosotnya permintaan dan harga semikonduktor, pendorong utama pertumbuhan Korea Selatan.
Melemahnya perekonomian Korea Selatan menjadi hal yang perlu kami waspadai, terlebih Indonesia dan Korea Selatan adalah mitra strategi yang menyerap sebagian besar minyak nabati milik Indonesia.
Berdasarkan data dari Bloomberg, sepanjang kuartal I 2019 Indonesia melakukan ekspor ke Korea Selatan sebesar 4.777,84 juta USD dan Korea Selatan masih menjadi 10 negara teratas yang bermitra dengan Indonesia.
Dengan begitu, perlambatan permintaan dari Korea Selatan dapat berdampak pada kinerja ekspor Indonesia.
“Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan ditradingkan pada level 6.355 – 6.409,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (26/7/2019).

