Harga SUN Diperdagangan Selasa Kemarin Bergerak Turun Akibat Melemahnya Rupiah

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Harga Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan hari Selasa, tanggal 23 Juli 2019 kemarin, bergerak mengalami penurunan akibat melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan aksi ambil untung para pelaku pasar.

Dalam riset yang dirilis Rabu (24/7/2019), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan kemarin (23/7), didorong oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.

Koreksi harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin (23/7), juga terjadi ditengah para pelaku pasar yang mengambil aksi untung setelah harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan selama beberapa hari terakhir.

“Namun, kami menilai bahwa penurunan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin hanya bersifat sementara karena para pelaku pasar semakin yakin terhadap ekspektasi penurunan suku bunga acuan global,” jelas I Made.

Sementara itu, Bank Indonesia juga mencatatkan angka portofolio asing sampai tanggal 18 Juli 2019 mencapai Rp192,5 triliun dimana terdiri dari Rp118,1 triliun Surat Berharga Negara dan Rp74 triliun berasal dari saham.

Selain itu, para pelaku pasar nampaknya lebih menahan diri ditengah diselenggarakannya lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada hari ini, hal ini terindikasi dari menurunnya volume pada perdagangan kemarin (23/7).

Baca juga : Volume SUN Diperdagangan Selasa Kemarin Senilai Rp13,14 Triliun dari 43 Seri

Pada kuartal III tahun 2019 pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Berharga Negara melalui lelang senilai Rp185 triliun dari 7 kali lelang Surat Utang Negara dan 6 kali lelang Sukuk Negara.

Pada lelang Sukuk Negara kemarin, pemerintah meraup dana senilai Rp8,00 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp 16,45 triliun.

Lebih rinci diungkapkan, kenaikan tingkat imbal hasil berkisar antara 1—9 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 4 bps dimana kenaikan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara.

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 0,3 - 6 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga hingga sebesar 15 bps.

Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yang berkisar antara 1 - 7 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga hingga 30 bps.

Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) terlihat mengalami kenaikan hingga sebesar 9 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga yang berkisar antara 7—74 bps.

Secara keseluruhan, aksi jual oleh investor pada perdagangan kemarin telah mendorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan sebesar 7 bps untuk tenor 5 tahun di level 6,628%; 7 bps untuk tenor 10 tahun di level 7,244%; 5,8 bps untuk tenor 15 tahun di level 7,564%; dan 5 bps untuk tenor 20 tahun di level 7,760%.

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya masih ditutup dengan mengalami penurunan yang terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara di tengah tren kenaikan imbal hasil dari surat utang global.

Imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 0,6 bps di level 2,849% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 2,5 bps.

Sedangkan imbal hasil INDO29 dan INDO44 masing - masing mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 3,203% dan 4,250%.

Adapun imbal hasil dari INDO49 mengalami penurunan sebesar 1,1 bps di level 4,123% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 22 bps.

Disisi lain, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 2,085% dan imbal hasil US Treasury 30 tahun juga mengalami kenaikan di level 2,619%.

Adapun imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama mengalami kenaikan di level -0,348% sedangkan imbal hasil Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun terlihat mengalami penurunan, di level 0,688%.

“Pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan tersebut kami perkirakan akan masih memberikan tekanan terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika,” tandas I Made.