Penguatan Rupiah Dorong Kenaikan Harga SUN Diperdagangan Rabu Kemarin
Pasardana.id - Harga Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan hari Rabu, tanggal 19 Juni 2019 kemarin, bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang didorong oleh penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat adanya sentimen domestik dan global.
Dalam riset yang dirilis Kamis (20/6/2019), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, pada perdagangan kemarin (19/6), pergerakan harga Surat Utang Negara (SUN) bergerak dengan mengalami kenaikan pada sebagian besar serinya, yang kembali didorong oleh faktor nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dimana perubahan nilai tukar tersebut akan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal dibandingkan dengan faktor domestik.
Dari faktor domestik pergerakan harga Surat Utang Negara dipengaruhi oleh prediksi Bank Indonesia yang akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 6,00%.
“Hanya saja, apabila mempertimbangkan inflasi yang rendah serta pertumbuhan ekonomi maka ada kemungkinan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuannya,” jelas I Made.
Sementara itu, dari faktor eksternal datang dari sentimen perang dagang antara Amerika dan China serta jelang disampaikannya hasil FOMC Meeting.
Sentimen tersebut berdampak pada aksi para investor dimana mereka cenderung wait and see terhadap kondisi pasar saat ini.
Hal ini terindikasi dari akumulasi volume perdagangan SUN pekan ini yang mengalami penurunan dibandingkan dengan akumulasi volume perdagangan pekan sebelumnya, walaupun sebenarnya pelaku pasar memprediksi bahwa The Fed akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya dilevel 2,25% hingga 2,50%.
Lebih rinci diungkapkan, pada perdagangan kemarin (19/6), perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 11–33 bps dimana Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan tenor menengah terlihat mengalami penurunan imbal hasil yang terbatas, sementara itu pada tenor panjang cenderung mengalami kenaikan.
Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan imbal hasil yang berkisar antara 0,5 - 6 bps dengan didorong oleh adanya rata-rata perubahan harga sebesar 9 bps.
Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan sebesar 3 - 11 bps yang didorong oleh adanya kenaikan harga yang bergerak pada kisaran 13 bps hingga 47 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang bergerak naik hingga sebesar 32 bps dengan didorong oleh adanya rata-rata penurunan harga sebesar 5 bps.
Sementara itu, berlanjutnya kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin (19/6), juga berdampak terhadap perubahan imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan.
Imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun ditutup dengan penurunan masing - masing sebesar 11,4 bps di level 6,978% dan 7,531%.
Adapun untuk tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 9 bps pada level 7,909% dan untuk tenor 20 tahun mengalami perubahan sebesar 5 bps di level 8,088%.
Sedangkan dari perdagangan Surat Berharga Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya ditutup dengan arah perubahan yang mengalami penurunan pada semua serinya.
Perubahan harga dari Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika cenderung didapati tren naik sehingga berpengaruh terhadap perubahan tingkat imbal hasilnya.
Tren kenaikan harga tersebut dipengaruhi setelah adanya kenaikan peringkat surat utang Indonesia yang disampaikan oleh S&P yang semula “BBB-” menjadi “BBB”.
Adapun imbal hasil dari INDO24 ditutup pada level 3,063% dan INDO29 pada level 3,432% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 30 bps. Adapun imbal hasil dari INDO49 ditutup pada level 4,241% dengan mengalami penurunan sebesar 5,4 bps.

