ANALIS MARKET (18/6/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi diperdagangan kemarin (17/6) masih berusaha untuk menguat, namun apa daya kekuatannya sudah tidak ada, sehingga fluktuasi harga terasa stagnan. “Ada kenaikkan, namun tidak banyak, sehingga kecenderungan pasar obligasi untuk mengalami pelemahan harga berpotensi besar terjadi hari ini, Selasa (18/6),” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (18/6/2019).
Lebih lanjut, riset Pilarmas menyebutkan, diperdagangan Selasa (18/6) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas.
Keterbatasan ini datang dari hadirnya lelang yang diadakan Pemerintah hari ini, yang didukung juga oleh kenaikkan imbal hasil global.
Sementara itu, sentimen pagi ini akan dimulai dari kunjungan Presiden China, Xi Jinping yang mengadakan perjalanan ke Korea Utara pada hari Kamis untuk bertemu dengan Kim Jong Un. Kunjungan kenegaraan tersebut akan berlangsung 2 hari, dari 20 – 21 Juni. Kunjungan ini merupakan peringatan 70 tahun pembentukan hubungan kedua Negara tersebut.
Xi Jinping akan menjadi Pemimpin China yang pertama dari pejabat China dalam kurun waktu 14 tahun berkunjung ke Korea Utara.
“Kami melihat kunjungan kenegaraan ini tidak hanya sebuah peringatan 70 tahun pembentukan ekonomi mereka, tapi juga didasari atas perang dagang antara Amerika dan China. Tidak menutup kemungkinan juga mereka akan bergosip mengenai Trump terhadap perkembangan baru baru ini yang kian memanas,” jelas analis Pilarmas.
“Kami juga melihat dimana Amerika juga berusaha mendekati Korea Utara, namun hingga hari ini hal tersebut tidak membuahkan hasil khususnya terkait dengan denuklirisasi,” lanjut analis Pilarmas.
Diharapkan juga melalui kunjungan China, Xi dapat berkontribusi untuk melakukan pembicaraan denuklirisasi yang sebelumnya tidak dapat terselesaikan.
Selanjutnya, dalam kurun waktu hampir 2 tahun, dan didukung oleh perang dagang yang tak kunjung usai, China terus memangkas kepemilikan obligasi US Treasury-nya.
Kepemilikkan tersebut turun sebesar $7.5 M pada bulan April lalu sehingga total kepemilikkan menjadi $1.1 T, yang diikuti dengan Jepang yang dimana juga ternyata menurunkan porsi kepemilikkan dari sebelumnya $1.08 T menjadi $ 1.06 T.
Meningkatnya tensi antara Trump dengan berbagai Negara bukan tidak mungkin merupakan salah satu factor menurunnya kepemilikkan tersebut.
Lebih lanjut riset juga menyebutkan, fokus pasar hari ini adalah menanti FOMC meeting yang akan selesai pada esok hari. Meskipun kami melihat tidak ada pemangkasan pada bulan ini, tapi apabila ternyata sikap mereka dovish dan mendukung pemangkasan lebih lanjut dalam statement yang akan disampaikan, hal ini sudah lebih dari cukup untuk menggerakan pasar, meskipun pemangkasan belum dilakukan.
Begitupun dengan Bank Indonesia. Disampaikan dihadapan anggota parlemen di Jakarta, Bank Indonesia akan terus mengambil kebijakan yang akomodatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan juga akan melonggarkan kebijakan makroprudensial dan memastikan kecukupan likuiditas.
Ketidakpastian akan pasar global diharapkan dapat mereda. Current Account Deficit juga terlihat akan berada di kisaran 2.5% - 3% dari GDP pada tahun 2020.
Tentu hal ini memberikan sisi keyakinan bahwa Bank Indonesia siap merespon situasi dan kondisi global khususnya terkait dengan pemotongan tingkat suku bunga BI 7 DRR. Fokus utamanya pekan ini adalah statement dari berbagai Bank Sentral yang akan menggerakan pasar dalam beberapa hari ke depan.
“Kami merekomendasikan wait and see hari ini dengan focus terhadap lelang,” jelas analis Pilarmas.

