Sepi Peminat, Volume SUN Diperdagangan Selasa Kemarin Senilai Rp12,13 Triliun dari 40 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities yang dirilis Rabu (29/5/2019) mengungkapkan, Volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (28/5), tercatat lebih besar daripada perdagangan sebelumnya (27/5), yaitu tercatat senilai Rp12,13 triliun dari 40 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp4,78 triliun.

Adapun Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,33 triliun dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 103,62% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp1,05 triliun dari 50 kali transaksi di harga rata - rata 103,23%.

Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Surat Berharga Syariah Negara terbesar yaitu sebesar Rp2,89 triliun dari 35 kali transaksi dan diikuti oleh volume seri PBS019 sebesar Rp142,73 miliar dari 13 kali transaksi dan volume seri PBS016 sebesar Rp100,98 miliar untuk 2 kali perdagangan.

Disisi lain, dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan menurun dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya senilai Rp1,27 triliun dari 44 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap IV Tahun 2019 Seri A (WSKT03ACN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp210,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga 100,03% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III PNM Tahap I Tahun 2019 Seri A (PNMP03ACN1) senilai Rp200,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 99,99% yang kemudian diiringi dengan Obligasi Berkelanjutan I PP Properti Tahap II Tahun 2019 (PPRO01ACN2) sebesar Rp160,00 miliar untuk 12 kali transaksi di harga 100,04%. 

Adapun nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin (28/5), ditutup menguat terbatas sebesar 4,00 pts (0,02%) di posisi 14377,00 per dollar Amerika setelah bergerak cukup berfluktuatif dengan mengalami penguatan di awal sesi perdagangan namun, di tengah sesi perdagangan berbalik melemah dan menguat kembali hingga akhir sesi perdagangan.

Nilai tukar Rupiah tersebut bergerak pada kisaran 14363,00 hingga 14390,00 per dollar Amerika.

Apresiasi nilai tukar rupiah tersebut terjadi ditengah sebagian besar depresiasi nilai mata uang regional.

Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,15% yang kemudian diikuti oleh mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,02% dan Dollar Hongkong (HKD) sebesar 0,01%.

Sedangkan mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,25% dan diikuti oleh Renminbi China (CNY) yang melemah sebesar 0,19%.

Selanjutnya, mata uang Dollar Singapura (SGD) dan mata uang Peso Filipina (PHP) masing-masing melemah sebesar 0,18% dan 0,15% terhadap Dollar Amerika.

Sementara itu, dari eksternal, imbal hasil dari US Treasury ditutup dengan penurunan yang terbatas. Tingkat imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup menurun di level 2,267% seiring dengan tenor 30 tahun yang juga ikut ditutup turun pada level 2,706%.

Penurunan tingkat imbal hasil US Treasury tersebut terjadi ditengah penurunan saham utamanya, dimana untuk indeks NASDAQ terpantau turun sebesar 39 bps di level 7607,35 dan indeks DJIA turun sebesar 93 bps di level 25347,77.

Adapun untuk imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan pada level 0,927% sejalan dengan surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 30 tahun yang naik di level 1,513%.

Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) bertenor 10 tahun ditutup turun di level –0,161% dan yang bertenor 30 tahun berada di level 0,488%.