Volume SUN Diperdagangan Rabu Kemarin Senilai Rp4,60 Triliun dari 36 Seri
Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities yang dirilis Kamis (23/5/2019) menyebutkan, volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (22/5), menurun dibandingkan perdagangan sebelumnya, yaitu tercatat senilai Rp4,60 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,52 triliun.
Adapun Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp999,15 miliar dari 27 kali transaksi di harga rata - rata 101,25% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp600,65 miliar dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 102,03%.
Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS011 dan seri PBS019 menjadi Surat Berharga Syariah Negara terbesar yaitu sebesar Rp50,00 miliar masing-masing dari 1 kali ndan 5 kali transaksi. Selanjutnya, untuk Project Based Sukuk seri PBS016 didapati volume sebesar Rp7,00 miliar dari 2 kali transaksi.
Disisi lain, dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan menurun dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya senilai Rp788,9 miliar dari 32 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap V Tahun 2019 Seri B (ADMF04BCN5) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp210,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga 99,88% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Bank NTT Tahap I Tahun 2018 Seri A (BNTT01ACN1) senilai Rp200,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,01% yang kemudian diiringi dengan Obligasi Berkelanjutan I Sinar Mas Multifinance Tahap II Tahun 2019 Seri A (SMMF01ACN2) sebesar Rp60,00 miliar untuk 1 kali transaksi di harga 100,02%.
Dari faktor eksternal, imbal hasil dari US Treasury ditutup dengan penurunan terbatas.
Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup menurun di level 2,384% seiring dengan tenor 30 tahun yang ikut ditutup turun pada level 2,809%.
Penurunan imbal hasil US Treasury pada perdagangan kemarin terjadi ditengah melemahnya saham utamanya yaitu untuk indeks NASDAQ melemah sebesar 45 bps di level 7750,84 dan untuk indeks DJIA melemah sebesar 39 bps sehingga berada di level 25776,61.
Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun juga mengalami penurunan pada level 1,008%.
Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) juga ditutup turun di level –0,089%.
Sementara itu, pada perdagangan kemarin (22/5), nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan sebesar 45,00 pts (0,31%) di posisi 14525,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami penguatan diawal sesi perdagangan namun berbalik arah melemah hingga akhir sesi perdagangan pada kisaran 14470,00 hingga 14528,00 per dollar Amerika.
Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut terjadi ditengah perubahan nilai mata uang regional yang bergerak bervariasi.
Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,10% yang kemudian diikuti oleh mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,05% dan Rupee India (INR) sebesar 0,04%.
Sedangkan mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,31% dan diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD) yang melemah sebesar 0,23%.
Selanjutnya, mata uang Dollar Singapura (SGD) dan mata uang Peso Filipina (PHP) yang keduanya melemah sebesar 0,09% terhadap Dollar Amerika.

