ANALIS MARKET (14/5/2019) : Imbas Perang Dagang, IHSG Masih Berpotensi Bergerak Melemah
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, berita panas pagi ini diawali dengan pembalasan tarif dari China terhadap Amerika. 2 Jam setelah tweet Trump, yang mengatakan bahwa “China seharusnya tidak membalas, atau hanya akan membuat keadaan bertambah buruk!”.
China mengumumkan bahwa mereka akan menaikkan tarif yang dikenakan atas barang barang Amerika sekitar $60 miliar sebagai bentuk balasan terhadap Trump. Tarif tersebut akan berlaku pada 1 Juni nanti. Tingkat tarif China akan dikenakan terhadap; A. 25% untuk 2.493 item dari sebelumnya 10%. B. 20% untuk 1.078 item dari sebelumnya 10%. C. Tarif 10% untuk 974 item dari 5%. D. Tarif 5% dikenakan terhadap 595 item.
Kementrian Keuangan China mengatakan, China berharap bahwa Amerika akan kembali ke jalur yang benar untuk pembicaraan perdagangan bilateral, bekerja sama dengan China dan bertemu di titik tengah untuk mencapai kesepakatan yang yang saling menguntungkan yang didasari sikap saling menghormati.
Sikap China ini kemudian kembali di balas oleh Amerika kemarin yang dimana Kantor Perwakilan Dagang Amerika merilis daftar sekitar $300 miliar barang barang China yang nantinya akan dikenakan tarif hingga 25%. USTR akan mengadakan jajak dengar pendapat pada 17 June nanti.
Dalam daftar yang dirilis tersebut, disana ada bahan pokok seperti ponsel dan mainan.
Sebelum merilis daftar tersebut, Trump mengatakan bahwa dia akan bertemu dengan Xi pada pertemuan KTT G20 pada tanggal 28 – 29 June di Osaka, Jepang. Trump juga memperingatkan China untuk tidak bertindak terlalu jauh dalam menanggapi tindakan perdagangan Amerika.
Akibat perseteruan ini, Indeks S&P 500 turun terbanyak dalam kurun waktu 4 bulan, dan Nasdaq Composite justru mengalami penurunan terparah tahun ini. “Kami melihat hal ini akan berimbas khususnya kepada Emerging Market hari ini. Sah-sah saja China membalas tarif tersebut, karena Amerika juga menaikkan tarif tersebut ditengah perundingan akan kesepakatan. Hal ini membuat situasi dan kondisi perang dagang mencapai titik dimana ada rasa pesimis yang lebih besar ketimbang optimisnya seperti beberapa minggu lalu dalam pertemuan yang terjadi antara China dan Amerika. Semua akan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat ini, dan tentu imbasnya adalah pertumbuhan ekonomi global yang semakin bias,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (14/5/2019).
Sementara itu, ditengah perang dagang antara China dan amerika, Uni Eropa juga sedang berusaha untuk menyelesaikan daftar barang Amerika yang akan dikenakan apabila Trump memberlakukan pungutan terhadap impor mobil dari Uni Eropa. Situasi akan bertambah panas, karena tidak hanya China saja yang beraksi.
Adapun pasar dalam negeri mencermati pergerakan rupiah yang terus melemah selama 2 minggu terakhir.
Kekhawatiran pasar kali ini terkait pelemahan rupiah yang dinilai dapat berdampak pada perekonomian riil sektor, terlebih perusahaan yang masih bergantung pada bahan baku impor.
Namun hal yang berbeda kali ini adalah neraca perdagangan pada Q1 2019 yang masih membukukan surplus, hal yang berbeda dari momentum pada tahun lalu dimana terdepresiasinya rupiah diikuti dengan defisitnya neraca perdagangan.
Hal tersebut tentunya memberikan kecemasan terhadap iklim investasi dalam negeri.
Selain itu, momentum pembagian dividen dan pemberian kupon obligasi dinilai mempengaruhi stabilitas pergerakan rupiah dimana saat ini iklim politik dalam negeri dan luar negeri juga sedang dalam tekanan. Sehingga momentum tersebut memacu aksi investor untuk melindungi nilai investasinya.
“Tampaknya para pelaku pasar dan investor saat ini juga memilih untuk wait and ditengah gejolak yang masih cukup besar, baik gejolak dari global maupun local. Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG masih berpotensi bergerak melemah dalam jangka waktu pendek dan ditradingkan pada level 6.090 – 6.145,” jelas analis Pilarmas.

