ANALIS MARKET (29/4/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas Hingga Rebound
Pasardana.id - Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi tampaknya diintervensi untuk menjaga penurunan lebih dalam. Hal ini terlihat pasar obligasi dijaga dibatas support bawah, agar tidak terjadi penurunan lebih lanjut.
“Meskipun menurut kami, sekalipun harga obligasi turun, imbal hasil obligasi 10y, masih dibawah 8%, yang dimana hal ini masih dikatakan cukup rendah,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (29/4/2019).
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas hingga rebound. Ditengah tengah tingginya tekanan akan IHSG dan Obligasi yang berada dalam arus capital outflow, hal ini akan mendorong turunnya obligasi ke batas terendahnya.
Sementara itu, fokusnya pagi ini adalah GDP Amerika yang secara QoQ naik cukup tinggi yang membuat prediksi sebelumnya bahwa Amerika mendekati resesi tampaknya menjadi angin lalu. Namun, data Core PCE QoQ kembali turun.
Tentu hal ini seiring sejalan dengan PCE Price Index yang dirilis juga turun, yang berarti akan terus memperkecil kenaikkan tingkat suku bunga The Fed tahun ini. Bahkan beberapa investor di Amerika mulai menggaungkan bahwa ada potensi bahwa The Fed akan menurunkan tingkat suku bunganya.
Spekulasi pelonggaran Bank Sentral meningkat mungkin akibat komentar para pembuat kebijakan akhir akhir ini, salah satunya adalah Charles Evans, Presiden Fed Chicago dan Robert Kaplan dari Dallas.
Penantian berikutnya adalah FOMC meeting mengenai keputusan kebijakan dan konfrensi pers The Fed pada hari Rabu nanti yang diikuti dengan konfrensi dari Pejabat The Fed pada tanggal 3 May.
Fokus berikutnya adalah pertemuan antara Trump dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang tengah membahas bagaimana memperdalam hubungan perdagangan dan ekonomi mengenai energi, konektivitas digital, dan infrastruktur. Amerika sedang berusaha untuk mengurangi deficit perdagangan dengan Jepang dan mendapatkan akses yang lebih dalam ke pasar pertanian negara Asia. Sedangkan dari sisi Jepang, sedang mencari perjanjian konkret mengenai tarif Amerika terhadap impor mobil, setelah sebelumnya Jepang mendapatkan pembebasan pajak mengenai baja dan aluminium.
Trump dan Abe bertemu setelah Menteri Ekonomi Jepang Toshimitsu Motegi bertemu dengan Robert Lightizer di Washington pada hari Kamis. Ditempat yang terpisah, Menteri Keuangan Jepang, Taro Aso juga mengadakan diskusi dengan Menteri keuangan Steven Mnuchin. Dalam pembicaraan itu, Jepang menentang usaha Amerika untuk mengaitkan kebijakan perdagangan dengan mata uang. Trump dan Abe akan membahas prioritas pertemuan G20 akhir tahun ini yang diadakan di Osaka.
Sementara Bursa China tampaknya akan terus tertekan khususnya minggu ini. Nilai saham dan obligasi terus mengalami penurunan. Indeks Saham Shanghai sendiri telah turun 5.6% sejak October tahun lalu. Ditengah tekanan yang tengah dihadapi oleh China, para pelaku pasar dan investor berharap ada pembicaraan lanjutan mengenai perang dagang tersebut, yang konon telah diprediksi akan disepakati pada akhir minggu di bulan April.
Hal yang dinantikan pula adalah laporan emiten yang akan keluar pekan ini. Ditengah turunnya Bursa China, Presiden Xi Jinping juga menjadi tuan rumah sekitar 5.000 delegasi dari seluruh dunia yang menghadiri forum Belt and Road di Beijing, untuk membahas proyek infrastruktur.
Sejauh ini sudah ada 8 kepala negara yang berniat untuk ikut ambil bagian dalam proyek ini.
“Kami melihat China sedang membangun visi jangka Panjang. Kami merekomendasikan jual hari ini,” jelas analis Pilarmas.

