Industri 4.0: Butuh 17 Juta Tenaga Kerja Melek Digital Hingga Unicorn Terbanyak di ASEAN

foto: doc Kemenperin

Pasardana.id - Industri 4.0 ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi dan semakin konvergensinya batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya melalui teknologi informasi dan komunikasi.  

Revolusi tersebut merupakan sebuah lompatan besar di sektor industri dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sepenuhnya tidak hanya dalam proses produksi, tetapi juga di seluruh rantai nilai guna mencapai efisiensi yang setinggi-tingginya untuk melahirkan model bisnis yang baru dan berbasis digital.

“Untuk melangkah ke sana, sektor industri nasional perlu banyak pembenahan terutama dalam aspek penguasaan teknologi yang menjadi kunci utama penentu daya saing di era Industri 4.0 dan tentunya konektivitas menjadi backbone digital infrastruktur seperti Palapa Ring yang telah memberikan penguatan konektivitas digital khususnya jaringan 4G,” tutur Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Senin (18/3/2019).

Making Indonesia 4.0 mendorong Indonesia untuk mencapai 10 besar ekonomi di tahun 2030, mengembalikan net export ke kisaran 10%, meningkatkan produktivitas kerja dua kali lipat, dan alokasi 2% dari PDB untuk aktivitas R&D teknologi dan inovasi.

Upaya ini berpeluang meningkatkan 1-2% pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tambahan lebih dari 10 juta tenaga kerja serta peningkatan kontribusi industri manufaktur pada perekonomian.

“Di era Industri 4.0, Indonesia membutuhkan 17 juta tenaga kerja melek digital, dengan komposisi 30% di industri manufaktur dan 70% di industri penunjang yang nantinya akan mendorong tambahan ekonomi sebesar US$150 Miliar,” imbuhnya.

Langkah awal pelibatan teknologi dalam ekonomi Indonesia telah melahirkan empat Unicorn, atau perusahaan startup dengan nilai valuasi mencapai US$1 Miliar, yaitu GoJek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak.

“Indonesia adalah negara dengan jumlah Unicorn terbanyak di ASEAN. Unicorn ini tidak hanya mendorong pemanfaatan teknologi yang makin luas namun juga mengangkat perekonomian masyarakat dengan memudahkan para pelaku ekonomi mikro mendapat akses pasar,” jelasnya.

Director & Chief Innovation and Regulatory Officer Indosat Ooredoo, Arief Musta’in menambahkan, tren dan percepatan teknologi akan memberikan perubahan pada kebutuhan, mulai dari sosial hingga perubahan cara pemerintah melayani masyarakat.

Karena itu, kata dia, Indosat Ooredoo memposisiskan sebagai mitra digital yang terpercaya, bagi perusahaan, pemerintah dan transformasi digital di posisinya masing-masing.

"Kami juga berpartisipasi dalam inisiatif Making Indonesia 4.0 yang dijalankan pemerintah dengan mengambil peran sebagai hub dan kolaborasi dalam menguatkan sistem yang menjadi fondasi dari Industri 4.0," imbuhnya.

Selain itu menurut Arief, Indosat Ooredoo Business menyediakan infrastruktur digital, yang salah satu komponen terpentingnya adalah Internet of Things. Komponen ini merupakan bagian besar dari bisnis masa depan dan mengubah interaksi masayarakat dan sosial.

"Internet of Things adalah bagian dari industri 4,0 yang merupakan proses besar yang membutuhkan keahilian khusus, karena itu kami menyadari IoT erat dengan tumbuhnya ide dan inovasi yang akan kita kembangkan bersama," tegasnya.