Imbal Hasil SUN Diperdagangan Akhir Pekan Lalu Cenderung Naik Seiring Pelemahan Rupiah
Pasardana.id - Pada perdagangan akhir pekan kemarin, Jumat, tanggal 8 Maret 2019, perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
Dalam riset yang dirilis Senin (11/3/2019), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara masih didorong oleh pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
“Hal ini disebabkan kekhawatiran para pelaku pasar yang muncul akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global setelah Bank Sentral Eropa menurunkan perkiraan ekonomi globalnya serta memperpanjang stimulus moneternya yang bersifat dovish, akibatnya mata uang Euro melemah dan membuat mata uang Dollar Amerika semakin kuat,” jelas I Made.
Sementara itu, data perdagangan ekspor China pada bulan Februari turun lebih dari 20% dari tahun sebelumnya serta berlanjutnya ketidakpastian perang dagang antara Amerika dan China dimana China memangkas tujuan ekspansi ekonominya di beberapa negara berkembang.
Adapun dari faktor domestik memiliki sentimen yang baik. Hal ini terindikasi dari inflasi yang rendah, masuknya modal asing yang terus berjalan serta cadangan devisa yang meningkat dari bulan sebelumnya.
“Dari adanya beberapa sentimen diatas, kami melihat bahwa pelaku pasar cenderung menahan diri (wait and see) untuk melakukan transaksi di pasar sekunder dimana koreksi harga pada perdagangan kemarin tidak diikuti oleh volume perdagangan yang besar, volume perdagangan cenderung turun dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya,” ungkap I Made.
Lebih rinci diungkapkan, kenaikan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan akhir pekan mencapai 12,2 bps dengan rata-rata kenaikan sebesar 5,5 bps.
Hal ini didorong oleh turunnya harga Obligasi Negara rata-rata sebesar 38 bps. Adapun untuk Obligasi Negara seri acuan semua serinya mengalami kenaikan imbal hasil hingga sebesar 11 bps yang diakibatkan oleh turunnya harga Obligasi Negara hingga sebesar 93 bps.
Adapun kenaikan imbal hasil terbesar didapati pada Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun sebesar 11 bps di level 8,321% yang didorong oleh koreksi harga obligasi sebesar 93 bps dan dilanjutkan pada Surat Utang Negara bertenor 20 tahun yang ditutup dengan mengalami kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 8,1 bps dilevel 8,391% yang diakibatkan oleh turunya harga sebesar 80 bps.
Sementara itu, untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 5 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 7,8 bps di level 7,939% dan 5,8 bps di level 7,516% yang disebabkan oleh terjadinya penurunan harga sebesar 55 bps dan 25 bps.
Disisi lain, dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, tingkat imbal hasil masih terlihat mengalami kenaikan pada sebagian besar serinya.
Hal ini terjadi ditengah penurunan imbal hasil surat utang global. Adapun seri INDO29 mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 0,7 bps sehingga berada di level 4,192% yang didorong oleh turunnya harga sebesar 6,1 bps yang diikuti oleh seri INDO44 dan INDO49 yang didapati mengalami kenaikan imbal hasil masing-masing sebesar 0,5 bps di level 5,021% dan 0,2 bps di level 4,917% yang berdampak setelah turunnya harga sebesar 8,7 bps dan 4,4 bps.
Sedangkan untuk seri INDO24 mengalami kenaikan harga sebesar 6,8 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 1,5 bps di level 3,756%.

