Volume SUN Diperdagangan Kamis Kemarin Senilai Rp17,251 Triliun dari 54 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Riset harian MNC Securities yang dirilis Jumat (08/2/2019) mengungkapkan, volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (07/2) mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya (06/2) yakni senilai Rp17,251 triliun dari 54 seri Surat Utang Negara.

Adapun untuk volume perdagangan Surat Utang Negara dengan volume tertinggi pada perdagangan kemarin (07/2) didapati pada seri FR0078 sebesar Rp2,441 triliun dari 63 kali transaksi dan kemudian diiringi dengan Surat Utang Negara dengan seri FR0070 dan FR0077 masing-masing sebesar Rp1,988 triliun dari 17 kali perdagangan dan 1,432 triliun dari 36 kali transaksi.

Adapun untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk terbesar didapati pada seri PBS014 dan seri PBS022 masing-masing senilai Rp785 miliar dari 14 kali transaksi dan Rp350 miliar dari 9 kali perdagangan.

Sementara itu, volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan lebih kecil dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp700 miliar dari 54 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan terbesar didapati pada seri Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank III Tahap V Tahun 2017 Seri C (BEXI03CCN5) senilai Rp100,00 miliar dari 10 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan surat utang korporasi seri Obligasi Berkelanjutan III Summarecon Agung Tahap I Tahun 2018 (SMRA03CN1) dan seri Obligasi Berkelanjutan I Maybank Finance Tahap IV Tahun 2017 Seri A (BIIF01ACN4) masing-masing senilai Rp58,00 miliar dari 4 kali transaksi dan Rp48,00 miliar untuk 2 kali transaksi.

Adapun, volume perdagangan yang lebih kecil juga didapati dari seri Obligasi I Pelindo IV Tahun 2018 Seri C (PIKI01C) dengan volume perdagangan tercatat sebesar Rp45,00 miliar dari 9 kali perdagangan.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami koreksi sebesar 53,00 pts (0,38%) di level 13973,00 per Dollar Amerika.

Bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan di kisaran 13930,00 hingga 13988,00 per Dollar Amerika.

Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan ditengah nilai tukar mata uang regional yang bergerak dengan arah beragam terhadap mata uang Dollar Amerika.

Adapun yang mengalami penguatan tertinggi didapati pada mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,53% dan diikuti dengan mata uang Rupee India (INR) dan mata uang Yen Jepang (JPY) yang keduanya mengalami penguatan masing-masing sebesar 0,22% dan 0,12%.

Sedangkan, untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan terkuat didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,45% yang diiringi dengan pelemahan nilai tukar mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan mata uang Baht Thailand (THB) masing-masing sebesar 0,38% dan 0,11% terhadap Dollar Amerika.

Sementara itu, pada perdagangan kemarin (07/2), imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup mengalami pelemahan sebesar 139 bps yang berada pada level 2,66%, hal yang sama juga terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun mengalami pelemahan sebesar 126 bps yang berada pada level 2,99% ditengah kondisi pasar saham Amerika yang bergerak melemah.

Indeks DJIA ditutup melemah sebesar 87 bps sehingga berada pada level 25169,53 dan indeks NASDAQ juga ditutup dengan mengalami pelemahan sebesar 118 bps sehingga berada pada level 7288,35.

Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dan obligasi Jerman bertenor 10 tahun keduanya mengalami koreksi sehingga masing-masing berada pada level 1,181% dan 0,107%.

Adapun untuk obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 30 tahun mengalami kenaikan sehingga berada di level 1,702% dan untuk obligasi Jerman bertenor 30 tahun mengalami koreksi sehingga berada pada level 0,728%.