Volume SUN Diperdagangan Selasa Kemarin Senilai Rp5,96 Triliun dari 38 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities yang dirilis Rabu (20/2/2019) menyebutkan, volume perdagangan Obligasi Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari Selasa, tanggal 19 Februari 2019 kemarin, mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya (18/2), yaitu senilai Rp5,96 triliun dari 38 seri Obligasi Negara yang diperdagangkan.

Adapun Obligasi Negara pada seri FR0077 menjadi Obligasi Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,36 triliun dari 23 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp753,54 dari 35 kali transaksi.

Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp1,12 triliun dari 22 kali transaksi kemudian diiringi oleh Project Based Sukuk seri  PBS019 dengan volume sebesar Rp333,00 miliar untuk 16 kali transaksi.

Disisi lain, volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan meningkat  daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,37 triliun dari 46 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.

Adapun untuk Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) menjadi obligasi koporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp200,00 miliar dari 2 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap II Tahun 2019 Seri A (EXCL01ACN2) senilai Rp190,00 miliar dari 5 kali perdagangan.

Selanjutnya, untuk obligasi korporasi dengan volume Rp159,00 miliar dari 13 kali transaksi didapati pada perdagangan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap II Tahun 2019 Seri A (SIEXCL02ACN2).

Sementara itu, nilai tukar Rupiah mengalami penguatan terbatas sebesar 4 pts (0,03%) di level 14103.

Adapun pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika terjadi pada kisaran 14101 hingga 14130.

Penguatan tersebut terjadi saat akhir sesi perdagangan setelah di awal perdagangan terpantau melemah.

Rupiah mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika ini ini diikuti oleh penguatan nilai tukar mata uang regional.

Sedangkan penguatan nilai tukar mata uang tertinggi, didapati pada mata uang Peso Dollar (PHP) sebesar 0,25% yang diikuti oleh mata uang Ringgit Malaysia (MYR) dan Rupiah Indonesia (IDR) masing-masing sebesar 0,28% dan 0,18%.

Adapun mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada nilai tukar mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,24% dan selanjutnya juga dialami oleh mata uang Yen Jepang sebesar 0,14%.

Sementara itu, imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan terutama pada surat utang dari negara - negara maju yang dianggap sebagai safe haven asset di tengah koreksi yang terjadi di pasar saham global.

Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan penurunan masing - masing di level 2,63% dan 2,98%.

Imbal hasil dari surat utang Jerman untuk tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami kenaikan masing-masing di level 0,106% dan 0,738%.

Sedangkan surat utang Inggris (Bund) dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan di level 1,171% sedangkan untuk surat utang Inggirs bertenor 30 tahun mengalami kenaikan di level 1,69%.