Volume SUN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp8,102 Triliun dari 44 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset MNC Securities yang dirilis Senin (18/2/2019) mengungkapkan, volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan hari Jumat (15/2) lalu, mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu tercatat senilai Rp8,102 triliun dari 44 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan.

Adapun Surat Utang Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,58 triliun dari 37 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp2,01 triliun dari 82 kali transaksi.

Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp1,44 triliun dari 16 kali transaksi dan diiringi dengan volume Sukuk Negara Ritel seri SR008 sebesar Rp532,00 miliar untuk 13 kali transaksi.

Disisi lain, volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp284,82 miliar dari 31 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan.

Adapun untuk Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap II Tahun 2019 Seri B (EXCL01BCN2) menjadi obligasi koporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp75,00 miliar dari 3 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap I Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN1) senilai Rp60,00 miliar dari 8 kali perdagangan.

Selanjunya, untuk obligasi korporasi dengan volume Rp36,00 miliar dari 3 kali transaksi didapati pada perdagangan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri A (SIEXCL02ACN1)

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami pelemahan sebesar 59 pts (0,42%) di level 14149,00 per Dollar Amerika.

Pergerakan nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14093,00 hingga 14158,00 per Dollar Amerika.

Adapun Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan seiring dengan nilai tukar mata uang regional yang melemah terhadap mata uang Dollar Amerika.

Mata uang regional yang mengalami penguatan paling tinggi didapati pada mata uang Baht Thailand (THB)sebesar 0,28% diikuti oleh mata uang Yen Jepang (JPY) yang mengalami penguatan sebesar 0,06% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) yang melemah sebesar 0,42% diiringi dengan pelemahan mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,31% dan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) yang melemah sebesar 0,27% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Sementara itu, Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami penguatan terbatas sebesar 0,5 bps bps pada level 2,66%. Namun, hal ini tidak terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang mengalami penurunan sebesar 1,5 bps sehingga berada pada level 2,99%.

Pelemahan imbal hasil US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang ditutup dengan mengalami penguatan, dimana indeks NASDAQ ditutup menguat sebesar 61 bps sehingga berada pada level 7472,41 sedangkan untuk indeks DJIA juga turut mengalami kenaikan sebesar 174 bps sehingga berada pada level 25883,25.

Sementara itu, untuk obligasi Inggris (Gilt) mengalami kenaikan di semua tenornya, baik pada tenor 5, 10 dan 30 tahun, masing-masing sebesar 0,81%, 1,16%, dan 1,68%.

Sedangkan untuk obligasi Jerman (Bund) mengalami penurunan untuk semua tenornya baik itu bertenor 10, 20, dan 30 tahun masing-masing sebesar 0,09%, 0,44%, 0,72%.