Volume SBN Diperdagangan Rabu Kemarin Senilai Rp17,44 Triliun dari 36 Seri
Pasardana.id – Riset harian MNC Securities yang dirilis Kamis (14/2/2019), mengungkapkan, volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (13/2), mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya (12/2), yaitu tercatat senilai Rp17,44 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang ditransaksikan.
Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,06 triliun dari 89 kali transaksi di harga rata - rata 102,63% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp2,32 triliun dari 61 kali transaksi di harga rata - rata 101,08%.
Adapun untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp1,04 triliun dari 9 kali transaksi dan diiringi dengan volume Project Based Sukuk seri PBS014 sebesar Rp550,00 miliar untuk 6 kali transaksi.
Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih besar daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,70 dari 46 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap II Tahun 2019 Seri B (EXCL01BCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp239,00 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100,03% dan diikuti oleh Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) senilai Rp220,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,10%.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin hari Rabu, tanggal 13 Februari 2019 mengalami penguatan sebesar 11 pts (0,08%) di level 14058,00 per Dollar Amerika.
Pergerakan nilai tukar Rupiah mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14014,00 hingga 14058,00 per Dollar Amerika.
Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami penguatan seiring dengan pergerakan nilai tukar mata uang regional yang bergerak bervariatif terhadap mata uang Dollar Amerika.
Adapun mata uang Ringgit Malaysia (MYR) mengalami penguatan tertinggi sebesar 0,25% diiringi dengan mata uang Won Korea Selatan (KRW) yang juga mengalami penguatan sebesar 0,19%.
Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,20% kemudian diikuti dengan nilai tukar mata uang Rupee India (INR) yang mengalami koreksi sebesar 0,14%.
Selanjutnya, mata uang yang mengalami pelemahan yaitu mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,06% terhadap Dollar Amerika.
Sementara itu, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami penguatan sebesar 54 bps pada level 2,70%.
Hal ini seiring dengan yang terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang mengalami penguatan sebesar 21 bps sehingga berada pada level 3,03%.
Penguatan imbal hasil US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang ditutup dengan mengalami penguatan, dimana indeks NASDAQ ditutup menguat terbatas sebesar 8 bps sehingga berada pada level 7420,38 sejalan dengan indeks DJIA yang juga mengalami penguatan sebesar 46 bps sehingga berada pada level 25543,27.
Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan tenor 30 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan masing-masing di level 1,185% dan 1,692%.
Adapun untuk obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun dan 30 tahun juga ikut mengalami kenaikan terbatas masing-masing di level 0,124% dan 0,746%.

