ANALIS MARKET (11/12/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Alami Kenaikan Imbal Hasil

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi mulai kembali berada dalam posisi konsolidasi.

Rentang pergerakan harga tetap masih berada dalam area 40 – 50 bps, sehingga sejauh ini kami melihat bahwa inkonsistensi ini bisa mulai mempengaruhi trend pasar obligasi secara jangka menengah.

Karena seperti yang sudah disampaikan beberapa waktu lalu, pasar obligasi jangka pendek, tampaknya sudah memiliki trend kecenderungan untuk mengalami kenaikkan imbal hasil.

Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, diperdagangan Rabu (11/12) pagi ini, pasar obligasi kembali diperkirakan akan dibuka bervariasi dengan potensi pergerakan harga berada di 40 – 60 bps. Lebih dari itu tentu akan menjadi arah selanjutnya bagi pasar obligasi.

Beberapa penantian pekan ini juga membuat pasar obligasi dalam Negeri cenderung mengalami wait and see, sampai dengan berita tersebut keluar.

Oleh sebab itu kami melihat pergerakan hari ini pun juga tidak akan berpengaruh banyak, sentiment yang paling dekat adalah FOMC dan pertemuan Bank Sentral Eropa yang akan dihelat esok hari.

Sembari menunggu, yuk kita awali berita hari ini;

1.CHINA BERHARAP, US AKAN MENUNDA TARIF

Bukan sebuah keyakinan, tapi hanya sebuah harapan dari China bahwa Trump akan menunda kenaikkan tarif terhadap China untuk memberikan lebih banyak waktu untuk menegosiasikan kesepakatan perdagangan tahap pertama yang dimana negosiasi tersebut sudah membuahkan hasil meskipun ada batas waktu yang terlewati. Amerika dan China sejauh ini terus berhubungan bahkan hampir setiap hari. Kedua belah pihak juga terus menyelesaikan beberapa point pokok permasalahan yang ada, focus utamanya adalah mengurangi atau menghapus tarif yang sudah ada sebelumnya. Amerika sebelumnya telah menambahkan bea 25% untuk sekitar $250 miliar produk China, dan 15% merupakan retribusi atas $110 miliar impornya selama perang dagang dalam kurun waktu 20 bulan. Fokus utamanya saat ini adalah pengurangan tarif tersebut sebanyak setengahnya. Tentu hal ini akan menjadi ujian bagi kredibilitas Trump itu sendiri, apakah Trump tetap akan menaikkan atau tidak. Karena menurut kami, disatu sisi China juga sudah cukup banyak mengalah terkait dengan Undang Undang yang dibuat oleh Amerika untuk Hongkong. Di satu sisi, Trump juga harus memegang teguh komitmennya. Sejauh ini kami menyakini bahwa kalau sampai China berharap demikian, berarti apa yang disampaikan oleh Trump beberapa waktu lalu benar adanya. China yang lebih menginginkan kesepakatan. Tentu lagi lagi hal ini akan membuat daya tawar Trump mengalami kenaikkan, sehingga Trump untuk kesekian kalinya berada diatas angin, meskipun China yang terus menerus terseok seok. Trump dijadwalkan akan bertemu dengan tim perdagangannya pada hari Kamis nanti, terkait dengan diskusi mengenai potensi penundaan tersebut. China melihat bahwa apabila Amerika mampu menunda kenaikkan tarif tersebut, maka pembicaraan terkait dengan kesepakatan perdagangan tahap pertama mungkin akan dilanjutkan kembali. Sejauh ini Wilbur Ross mengatakan bahwa mendapatkan kesepakatan yang benar, tentu lebih penting ketimbang deadline 15 December atau tidak sama sekali. Namun Larry Kudlow mengatakan bahwa kenaikkan tarif pada tanggal 15 December masih akan berlaku untuk saat ini hingga ada keputusan lebih lanjut dari Trump. Sejauh ini kesepakatan fase pertama diharapkan akan difokuskan terhadap peningkatan sejumlah hal khususnya dalam pembelian produk pertanian dari Amerika oleh China. Di sisi yang lain, China diminta untuk memiliki komitment untuk menghentikan pencurian kekayaan intelektual dan kesepakatan oleh kedua belah pihak untuk tidak memanipulasi mata uang mereka. Amerika sejauh ini menginginkan komitmen China untuk melakukan pembelian produk pertanian dengan tengat waktu yang lebih pasti. Jangan lagi seperti kejadian yang sebelumnya, hanya sebuah ucapan namun tidak dilakukan. Sejauh ini kami melihat bahwa China selalu mengalah terhadap Amerika, bahkan ketika Amerika sewang wenang terhadap China, namun China tetap bertahan dengan kesabaran. Namun apabila ternyata Amerika tidak memberikan toleransi terhadap China terkait dengan penundaan tanggal 15 December, maka China melihat bahwa Amerika juga tidak memiliki etikad yang baik terhadap China, sehingga kedepannya negosiasi semakin sulit untuk dilakukan. Oleh sebab itu kini bola panas tersebut berada di Amerika, yang dimana mereka saat ini sedang berada di atas angin, namun sedikit toleransi akan membantu. Bukan hanya bagi China, namun bagi Amerika, dan bukan hanya bagi Amerika namun bagi dunia.

“Kami merekomendasikan wait and see hari ini, pergerakan harga yang melebihi rentang 45 – 50 bps, akan menjadi arah selanjutnya bagi pasar obligasi,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (11/12/2019).