ANALIS MARKET (11/12/2019) : IHSG Berpeluang Bergerak Melemah dan Ditradingkan Pada Level 6.146-6.195
Pasardana.id - Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Selasa 10/12/2019, IHSG ditutup melemah 10 poin atau 0,17% menjadi 6.183. Sektor industri agrikultur dan barang konsumsi bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 305 miliar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.CHINA BERHARAP, US AKAN MENUNDA TARIF
Bukan sebuah keyakinan, tapi hanya sebuah harapan dari China bahwa Trump akan menunda kenaikkan tarif terhadap China untuk memberikan lebih banyak waktu untuk menegosiasikan kesepakatan perdagangan tahap pertama yang dimana negosiasi tersebut sudah membuahkan hasil meskipun ada batas waktu yang terlewati. Amerika dan China sejauh ini terus berhubungan bahkan hampir setiap hari. Kedua belah pihak juga terus menyelesaikan beberapa point pokok permasalahan yang ada, focus utamanya adalah mengurangi atau menghapus tarif yang sudah ada sebelumnya. Amerika sebelumnya telah menambahkan bea 25% untuk sekitar $250 miliar produk China, dan 15% merupakan retribusi atas $110 miliar impornya selama perang dagang dalam kurun waktu 20 bulan. Fokus utamanya saat ini adalah pengurangan tarif tersebut sebanyak setengahnya. Tentu hal ini akan menjadi ujian bagi kredibilitas Trump itu sendiri, apakah Trump tetap akan menaikkan atau tidak. Karena menurut kami, disatu sisi China juga sudah cukup banyak mengalah terkait dengan Undang Undang yang dibuat oleh Amerika untuk Hongkong. Disatu sisi, Trump juga harus memegang teguh komitmennya. Sejauh ini kami menyakini bahwa kalau sampai China berharap demikian, berarti apa yang disampaikan oleh Trump beberapa waktu lalu benar adanya. China yang lebih menginginkan kesepakatan. Tentu lagi lagi hal ini akan membuat daya tawar Trump mengalami kenaikkan, sehingga Trump untuk kesekian kalinya berada diatas angin, meskipun China yang terus menerus terseok seok. Trump dijadwalkan akan bertemu dengan tim perdagangannya pada hari Kamis nanti, terkait dengan diskusi mengenai potensi penundaan tersebut. China melihat bahwa apabila Amerika mampu menunda kenaikkan tarif tersebut, maka pembicaraan terkait dengan kesepakatan perdagangan tahap pertama mungkin akan dilanjutkan kembali. Sejauh ini Wilbur Ross mengatakan bahwa mendapatkan kesepakatan yang benar, tentu lebih penting ketimbang deadline 15 December atau tidak sama sekali. Namun Larry Kudlow mengatakan bahwa kenaikkan tarif pada tanggal 15 December masih akan berlaku untuk saat ini hingga ada keputusan lebih lanjut dari Trump. Sejauh ini kesepakatan fase pertama diharapkan akan difokuskan terhadap peningkatan sejumlah hal khususnya dalam pembelian produk pertanian dari Amerika oleh China. Di sisi yang lain, China diminta untuk memiliki komitment untuk menghentikan pencurian kekayaan intelektual dan kesepakatan oleh kedua belah pihak untuk tidak memanipulasi mata uang mereka. Amerika sejauh ini menginginkan komitmen China untuk melakukan pembelian produk pertanian dengan tengat waktu yang lebih pasti. Jangan lagi seperti kejadian yang sebelumnya, hanya sebuah ucapan namun tidak dilakukan. Sejauh ini kami melihat bahwa China selalu mengalah terhadap Amerika, bahkan ketika Amerika sewang wenang terhadap China, namun China tetap bertahan dengan kesabaran. Namun apabila ternyata Amerika tidak memberikan toleransi terhadap China terkait dengan penundaan tanggal 15 December, maka China melihat bahwa Amerika juga tidak memiliki etikad yang baik terhadap China, sehingga kedepannya negosiasi semakin sulit untuk dilakukan. Oleh sebab itu kini bola panas tersebut berada di Amerika, yang dimana mereka saat ini sedang berada di atas angin, namun sedikit toleransi akan membantu. Bukan hanya bagi China, namun bagi Amerika, dan bukan hanya bagi Amerika namun bagi dunia.
2.SOLUSI DEFICIT PERDAGANGAN ALA BI
Bank Indonesia menilai percepatan dari hilirisasi B20 ke B30 dapat menyelesaikan masalah deficit neraca perdagangan. Pelaksanaan B20 sepanjang tahun 2019 dinilai dapat menekan deficit dari transaksi neraca berjalan dimana impor terhadap minyak mentah menurun. B30 rencananya akan dijalankan pada awal tahun 2020 yang diharapkan dapat menyerap lebih banyak produksi dari emiten kelapa sawit nasional dan lebih banyak menggantikan peran minyak mentah pada konsumsi minyak dalam negeri. Selain itu dorongan dari produksi baterai untuk mobil listrik juga mulai digencarkan oleh pemerintah dinilai dapat mendukung permintaan pada emiten produsen Nikel. Kehadiran produk baterai listrik untuk menunjang industry mobil listrik global dinilai dapat meningkatkan daya saing produk dalam negeri di pasar global. Dengan fokus pemerintah dalam membenahi kualitas produk dari komoditas unggulan Indonesia seperti Nikel, Kelapa Sawit dan Batu Bara diharapkan dapat mendorong kinerja emiten terkait.
3.PROYEKSI APINDO
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 di sekitar 4,85% hingga 5,1%. Hal ini dengan mempertimbangkan faktor yaitu eksternal dan internal. Eksternal, kelesuan perekonomian global dan perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China menjadikan aliran portofolio dana investor ke Indonesia menjadi terhambat sehingga hal ini menciptakan tekanan terhadap berbagai mata uang global termasuk rupiah. Internal dipengaruhi oleh tingkat investasi yang belum beranjak jauh dari kondisi tahun 2019 yang masih menghadapi macam tantangan terkait cost of doing business seperti perizinan ussha, ketenagakerjaan, logistik, perpajakan, akses lahan, biaya permodalan, energi, serta lemahnya daya beli.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang untuk bergerak melemah dan ditradingkan pada level 6.146-6.195,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (11/12/2019).

