ANALIS MARKET (04/11/2019) : IHSG Berpeluang Menguat dan Ditradingkan Pada Level 6.191 - 6.257

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jumat (01/11) lalu, IHSG ditutup melemah 21 poin atau sebesar 0,34% ke level 6.207. Sektor aneka industri, pertambangan, infrastruktur, properti, agrikultur, dan barang konsumsi menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar 215,3 miliar rupiah.

Adapun sentiment yang menjadi sorotan pelaku pasar di awal pekan ini, akan kita mulai dari;

1.China dan Amerika Memberikan Kode Kesepakatan Kian Nyata

China dan Amerika sama sama menginsyaratkan bahwa mereka semakin dekat dengan kesepakatan tahap pertama yang dimana kesepakatan ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan perang dagang yang selama ini terjadi. Liu He dan Steven Mnuchin telah berbicara melalui telepon dan keduanya merilis pernyataan bahwa pembicaraan yang berlangsung sangat konstruktif. Donald Trump mengatakan bahwa Amerika bergerak bersama China untuk membuat kesepakatan, dan China ingin membuat kesepakatan yang banyak dengan Amerika. Kementrian Perdagangan China mengatakan bahwa mereka telah mencapai konsesus pada prinsipnya, sementara dari pihak Amerika mengatakan bahwa mereka terus mengalami kemajuan dan negosiasi masih terus berlanjut. USTR mengatakan bahwa mereka terus membuat kemajuan diberbagai bidang dan saat ini Amerika dan China sedang dalam proses untuk menyelesaikan masalah yang leih besar. Hal ini pun diamini oleh Larry Kudlow yang mengatakan bahwa negosiator telah mendekati kesepakatan di segala bidang. Atas berita ini, sejumlah indeks pun mengalami kenaikkan. Kudlow mengatakan bahwa para negosiator hampir menyelesaikan rincian pakta tentang peningkatan pembelian China atas produk pertanian Amerika, stabilitas mata uang, dan pembukaan pasar jasa keuangan untuk Perusahaan Perusahaan Amerika. Amerika dan China juga telah membuat kemajuan yang luar biasa dalam masalah pencurian kekayaan intelektual. Namun disatu sisi China juga tengah berharap bahwa Trump dapat membatalkan tarif berikutnya yang akan dikenakkan pada tanggal 15 Desember 2019 nanti, karena barang yang dikenakkan adalah smartphone dan mainan. Kabar terakhir datang dari Wilbur Ross yang mengatakan bahwa dirinya optimis bahwa Amerika akan mencapai kesepakatan perdagangan fase pertama dengan China, dan begitu kesepakatan disetujui, lisensi sebanyak 260 permintaan akan segera keluar terkait dengan Perusahaan Amerika yang ingin menjual komponennya ke Huawei. Trump kemarin pada hari Minggu juga mengatakan di White House bahwa perjanjian perdagangan akan ditandatangani di suatu tempat di Amerika. Ross juga mengatakan bahwa Iowa, Alaska , Hawaii, atau juga China merupakan tempat yang tepat untuk Trump dan Xi Jinping untuk menandatangani kesepakatan.

2.China Memenangkan Kasus Sengketa Melalui WTO Dengan Nilai $3.6m Terhadap Amerika

China telah mendapatkan lampu hijau dari WTO untuk menjatuhkan sanksi senilai $3.6 miliar terhadap Amerika, dimana hal ini melibatkan perang dagang antara Amerika dan China. Sanksi yang diberikan adalah yang tertinggi ke 3 dalam sejarah WTO. Jumlah tersebut merupakan setengah dari apa yang diminta oleh China sebelumnya, yang dimana China sebelumnya mengatakan bahwa beberapa peraturan mengenai anti dumping di Amerika merupakan illegal. Disatu sisi, pengumuman ini merupakan sebuah pertanda bahwa China memiliki senjata baru untuk melawan Amerika, dan disisi yang lain, saat ini Amerika dan China tengah hampir mendapati bahwa mereka sudah hampir sepakat terkait dengan kesepakatan tahap pertama. Apabila China memilih untuk menggunakan sanksi tersebut, maka situasi dan kondisi semakin panas. Maka dari itu marilah kita berharap bahwa China menggunakan peluru baru tersebut dengan bijak. Setidaknya dapat digunakan pada kesepakatan tahap ke 2 nanti. Tidak hanya itu saja, China saat ini dapat meminta badan penyelesaian sengketa WTO untuk dapat mengesahkan tarif pembalasan atas barang barang Amerika, dan permintaan seperti itu biasanya dikabulkan. Langkah langkah yang harus dilakukan selanjutnya bagi Amerika adalah, mengubah cara mereka melakukan larangan anti dumping illegal pada produk China yang bersangkutan atau dapat menyelesaikan permasalahan secara langsung dengan China. Yang menjadi masalah dalam kasus ini adalah bea masuk anti dumping di Amerika terhadap 13 produk impor China termasuk di dalamnya ada mesin, elektronik, logam, dan menieral. Hal ini pertama kali dibawa oleh China pada 2013 dan WTO memutuskan untuk mendukung Beijing pada tahun 2016 lalu. Fokus utamanya adalah, cara metodologi Amerika untuk menghitung tarif anti dumping, yaitu dengan menggunakan metode kontroversial yaitu zeroing dalam perhitungan tersebut. Zeroing sendiri mengacu kepada praktik pemberian nilai nol untuk setiap harga ekspor yang dimana harga tersebut lebih tinggi dari harga domestic di China dalam hal ini kasus anti dumping yang dilakukan oleh Perusahaan Amerika. WTO telah berulang kali menentang keputusan Amerika untuk menggunakan metodoligi zeroing tersebut, namun karena tekanan dari industry local yang bergantung pada tarif antri dumping yang dimana hal ini untuk mencegah barang impor yang lebih murah dari China atau tempat lain untuk masuk, sehingga Amerika menentang keputusan tersebut.

3.Penurunan Kinerja Manufaktur Selama Oktober, Tekan IHSG ke zona Merah

Purchasing Manager Index Manufaktur Indonesia kembali turun pada Oktober 2019 menjadi 47.7 dari 49.1 penurunan tersebut menyentuh level terendah selama 4 tahun. Kami melihat adanya penurunan dari permintaan baru terhitung sejak tahun 2015 dimana realisasi dari ekspor juga mengalami penurunan. Kami melihat penurunan dari PMI Manufaktur dapat menurunkan kepercayaan diri pada sektor manufaktur di Indonesia, sehingga berdampak pada aliran investasi masuk. Kondisi tersebut dapat lebih buruk apabila inflasi meningkat tajam. Berdasarkan data inflasi Oktober yang dirilis oleh BPS, Inflasi mengalami kenaikan sebesar 0.02% atau berada di atas ekspektasi konsensus yang memperkirakan deflasi sebesar 0.15%. Namun sepanjang 2019, Inflasi berada pada 3.13% atau masih terkendali dimana pemerintah memproyesikan Inflasi untuk terjaga pada level 3.5%.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 6.191 - 6.257,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (04/11/2019).