ANALIS MARKET (15/11/2019) : IHSG Berpeluang Bergerak Melemah Terbatas Hari Ini

Foto : Ilustrasi (ist)
Pasardana.id - Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Kamis 14/11/2019 IHSG ditutup melemah 43 poin atau sebesar 0.71% ke level 6.098. Sektor pertambangan, infrastruktur, aneka industry, industry dasar, perdagangan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing mencatatkan penjualan sebesar 221 miliar rupiah. 
Adapun sentimen yang menjadi sorotan pelaku pasar hari ini adalah;
1.CHINA MENGATAKAN BAHWA TARIF HARUS DITURUNKAN!!
China masih meminta Amerika untuk menurunkan tarif sebagai bagian dari perjanjian kesepakatan fase pertama, karena negosiasi perdagangan antara Amerika dan China masih berlarut larut, bahkan menurut kami sudah tidak ada lagi yang bisa ditawarkan di atas meja. Semua penawaran saat ini sudah berada di atas meja, hanya tinggal bagaimana ego kedua belah pihak mau mengalah untuk satu tujuan yang sama. China menyampaikan bahwa, perang dagang yang dimulai dengan menaikkan tarif, tentu juga harus diakhiri dengan membatalkan tarif tambahan. Ini adalah kondisi yang sangat penting bagi kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan. Jika kedua belah pihak mencapai kesepakatan fase pertama, tingkat pengembalian tarif tentu sepenuhnya akan mencerminkan pentingnya perjanjian fase pertama, hal ini disampaikan oleh Gao Feng dalam diskusi mengenai perdagangan. Gao Feng tidak secara khusus menanggapi komentar dari Trump yang mengatakan bahwa Trump tidak setuju untuk menghapus tarif pada produk produk China. Waktu itu Juru Bicara China juga tidak menyampaikan dan berkomentar secara langsung mengenai keengganan atau ketidakmauan China untuk memasukkan jumlah pembelian produk pertanian dari Amerika secara tertulis. Dari sisi Perusahaan Amerika, kami melihat bahwa mereka mulai mengalihkan produksi atau sumber impor merupakan pilihan yang sudah mereka lakukan. Terlihat tampaknya ada peningkatan ekspor ke Amerika dari Vietnam dan Taiwan, lagi lagi Indonesia tidak mampu mengambil kesempatan dari perang dagang ini. Secara umum kami melihat, bahwa fase pertama ini memang penting karena mencakup 60% dari perjanjian perdagangan yang akan terjadi. Namun secara khusus, kami melihat bahwa fase pertama ini bukan hanya sekedar kesepakatan kecil, namun lebih kepada bagaimana China dan Amerika dapat menunjukkan kedewasaan dalam bernegara, untuk mencapai tujuan yang sama, keuntungan yang sama, dan nilai yang sama. Dan nampaknya hal ini tetap saja terasa mustahil.
2.GERMAN TERHINDAR DARI RESESI! JAPAN LOYO! CHINA LUNGLAI!
Pada akhirnya, kami juga berysukur bahwa data GDP Germany yang keluar kemarin memberikan kejutan dengan adanya pertumbuhan, sehingga dapat terhindar resesi yang pertama dalam kurun waktu 6 tahun, sehingga hal ini kami melihat dapat meredam langkah langkah Pemerintah German untuk memberikan stimulus dalam waktu dekat. Namun sejauh ini kami melihat kenaikkan GDP tersebut bukan berarti serta merta German terhindar dari krisis. Ini hanyalah lompatan kecil, karena German masih sedang berada dalam batas yang tidak aman. Sejauh ini kami melihat bahwa perang dagang, melemahnya permintaan dunia, dan gejolak di sector otomotif yang menyebabkan menurunnya industry manufacture terendah dalam kurun waktu 1 decade, sehingga hal ini memberikan sebuah perhatian khusus kepada German yang dimana perekonomiannya merupakan salah satu yang terkuat dari Eropa. Peningkatan GDP German dipimpin oleh belanja konsumen dan Pemerintah. Sektor konstruksi dan ekspor juga meningkat, namun investasi mesin dan peralatan mengalami penurunan. Kekhawatiran tentang perekonomian German mulai mendorong imbal hasil German untuk berada di bawah nol, yang dimana berarti dapat memberikan potensi terhadap Pemerintah German untuk dapat membantu perekonomian dengan melepaskan stimulus fiscal. Namun sejauh ini Pemerintah German mengatakan bahwa hal itu belum diperlukan. Menteri Ekonomi German, Peter Altmaier, mengatakan bahwa pertumbuhan di German masih ada, meskipun masih lemah. Ada trend kenaikkan, namun berjalan dengan sangat lambat. Dari German kita beralih sebentar ke Japan yang dimana ternyata GDP mereka turun jauh dari perkiraan kami sebelumnya. Hal ini yang membuat perhatian saat ini tertuju kepada Japan. Memburuknya GDP Japan didorong oleh meningkatnya impor ditengah persiapan front loading untuk tahun depan. Data China juga tidak terlalu menggembirakan. Industrial Production secara YoY memburuk lebih cepat dari yang kami perkirakan sebelumnya, dan hal ini mungkin akan menjadi mimpi buruk bagi China dan perekonomian secara global. Sejauh ini suka atau tidak suka, China memang membutuhkan perjanjian fase satu ini, karena ternyata perekonomian China melambat lebih cepat dari yang kita duga. Bahkan ditengah ekonomi China yang mulai kehilangan tenaga, Pemerintah dan Bank Sentral China masih terus menahan diri dari pemberian stimulus kedalam ekonomi, dan lebih memilih untuk melakukan penyesuaian beberapa hal kecil dan terus mencoba untuk meningkatkan pertumbuhan tanpa melakukan ekspansi secara besar besaran. Well, kita berharap semoga China tidak terus terusan berdarah.
3.PENANTIAN DATA TRADE BALANCE INDONESIA
Melemahnya pasar saham Asia pada hari Kamis kemarin salah satunya dimotori oleh perlambatan kinerja dari riil sektor yang berada di bawah ekspektasi. Perlambatan tersebut berjalan seiringan dengan perlambatan ekonomi dunia di tengah menurunnya permintaan. Kinerja ekonomi Indonesia pada kuartal IV menjadi harapan bagi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2019, dimana pertumbuhan GDP diharapkan dapat tumbuh berada di atas 5% secara tahunan. Pada bulan September BPS melaporkan penurunan kinerja ekspor sebesar 5.74% YoY sedangkan impor turun 2.41% YoY, sehingga ini membuat neraca perdagangan defisit 160 juta USD. Kinerja harga komoditas yang tidak terlalu baik pada bulan Oktober dinilai masih memberikan tekanan terhadap kualitas ekspor Indonesia. Dimana saat ini produk komoditas masih memberikan kontribusi bagi pendapatan ekspor. WTO memproyeksikan kinerja perdagangan global juga masih melambat dan berada pada level 1.2%, negara emerging diharapkan mampu menjadi penopang bagi pertumbuhan ekonomi dunia. Namun perkembangan dari konflik dagang yang terjadi pada beberapa bulan belakangan ini nyatanya masih berdampak pada kinerja pertumbuhan ekonomi negara emerging
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah terbatas dan ditradingkan pada level 6.050 – 6.140,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (15/11/2019).