Volume SBN Diperdagangan Kamis Kemarin Senilai Rp15,99 Triliun dari 43 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (03/1), menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu tercatat senilai Rp15,99 triliun dari 43 seri Surat Berharga Negara dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp10,19 triliun.

Hal ini didukung oleh pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara, dimana Pemerintah meraup dana senilai Rp28,25 triliun dari lelang penjualan Surat Utang Negara dimana total penawaran yang masuk pada lelang tersebut mencapai Rp55,27 triliun. Hasil yang dimenangkan dari lelang tersebut melebihi target penerbitan awal yang senilai Rp15,0 triliun.

Dalam riset yang dirilis Jumat (04/1/2019), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp4,763 triliun dari 72 transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp4,447 triliun dari 94 kali transaksi.

Adapun Sukuk Negara Ritel seri SR009 menjasi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp110,82 miliar dari 5 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS006 senilai Rp80,00 miliar dari 4 kali transaksi.

Disisi lain, volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan senilai Rp1,04 triliun dari 53 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi I AKR Corporindo Tahun 2012 Seri B (AKRA01B) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp124,0 miliar dari 4 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Indomobil Finance Tahap III Tahun 2018 Seri A (IMFI03ACN3) senilai Rp100,0 miliar dari 3 kali transaksi.

Adapun Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Astra Sedaya Finance Tahap I Tahun 2018 Seri A (SMASDF01ACN1) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp71,0 miliar dari 5 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan III Adira Finance Tahap II Tahun 2018 Seri A (SMADMF03ACN2) senilai Rp62,8 miliar dari 11 kali transaksi.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup menguat sebesar -41,00 pts (-0,28%) di level 14416,50 per Dollar Amerika.

Sempat dibuka menguat terbatas di awal perdagangan, pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin bergerak berfluktuasi dan mengalami pelemahan pada pertengahan perdagangan yang kemudian ditutup dengan mengalami penguatan menjelang berakhirnya sesi perdagangan pada kisaran 14416,00 hingga 14492,50 per Dollar Amerika.

Penguatan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah bervariasinya arah perubahan nilai tukar mata uang regional.

Mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 1,25% diikuti oleh penguatan mata uang Rupiah dan Baht Thailand (THB) sebesar 0,27%.

Adapun mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,77% yang diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,27% dan Peso Philippina (PHP) sebesar 0,26%.

Sementara itu, Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin (03/1) menunjukkan penurunan di dorong oleh meningkatnya permintaan aset yang lebih aman (safe haven asset) seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar saham global. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup dengan penurunan di level 2,55%, seiring dengan melemahnya data manufaktur di Amerika yang memperkuat sinyal akan adanya potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika sert koreksi di pasar saham Amerika yang cukup besar, dimana indeks saham utamanya mengalami penurunan hingga sebesar 3,04% (NASDAQ).

Adapun imbal hasil surat utang Inggris dan Jerman juga terlihat mengalami penurunan, masing - masing di level 1,197% dan 0,146% setelah pasar saham di kawasan Eropa juga mengalami penurunan.

Bahkan imbal hasil dari surat utang Jepang juga menunjukkan penurunan hingga ke level -0,038% didorong oleh koreksi besar yang terjadi di pasar sahamnya.