DBS Group Research Sebut Suku Bunga Acuan BI Akan Naik Lagi 25 Bps di Kuartal IV
Pasardana.id - DBS Group Research merilis riset mengenai kenaikan suku bunga pada hari Rabu minggu lalu kemungkinan bukanlah akhir dari siklus kenaikan suku bunga. Riset tertanda Economist DBS Group Research Radhika Rao dan Strategist DBS Group Research Duncan Tan, Jumat (24/8/2018) ini menyampaikan, pihaknya telah menyampaikan kenaikan 50bps untuk semester II 2018.
“Dengan 25bps yang telah dilakukan pada hari Rabu, sisanya diperkirakan akan terjadi dalam kuartal IV,” tulis riset itu.
Oleh karena itu, kemungkinan akan kenaikan suku bunga Amerika lebih lanjut, keteguhan US$ serta masih adanya kekhawatiran atas perang dagang Amerika dan China, tanpa mengesampingkan resolusi untuk krisis Turki, menunjukkan bahwa pintu tetap terbuka untuk kenaikan suku bunga lebih jauh pada sisa tahun ini.
Dengan demikian, langkah yang diambil pada Rabu lalu diperkirakan akan membawa dukungan tentatif untuk mata uang namun pembuat kebijakan harus tetap berjaga-jaga sehubungan dengan perkembangan global. Reformasi subsidi atau liberalisasi harga bbm cenderung tak akan terjadi sebelum pemilu tahun depan, sehingga langkah-langkah heterodox akan menjadi penopang kenaikan suku bunga BI dalam upaya menangani defisit kembar indonesia.
Volatilitas yang berkelanjutan di negara berkembang mengarah kepada tanggapan yang meredam kejutan peningkatan 25bps oleh BI. Suku bunga yang lebih tinggi adalah ketegasan positif dari sudut pandang stabilitas makro ketika kekhawatiran terhadap Turki masih berlangsung. Langkah-langkah dukungan dari pihak yang berwenang dapat membantu. Pasar obligasi pemerintah relatif stabil.
Oleh karena itu, reaksi terhadap NDF kurang konstruktif. Kembali pada akhir Juni, implikasi suku bunga 1M jatuh secara signifikan usai kenaikan 50bps. Saat ini, implikasi suku bunga 1M naik hingga 14,2%, dibandingkan dengan 9,4% dalam penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seperti diketahui, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI pada tanggal 15 Agustus dari 25bp menjadi 5,5%, sehingga kenaikan kumulatif tahun ini menjadi 125bps. Ketika konsensus memperkirakan jeda, perkiraan tersebut berlangsung sebelum pertarungan terkini mengenai volatilitas pasar keuangan.
Dalam pernyataannya usai kebijakan, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menegaskan preferensi BI terhadap kebijakan “pre-emptive , front loading, and ahead the curve”. Proyeksi pertumbuhan tertahan pada 5,0%-5,4% pada 2018, dengan jumlah inflasi yang terlihat berkisar 2,5%-4,5%.

