Semester I 2018, Pendapatan dari Penjualan SCG Meningkat 6% yoy Menjadi Rp102.909 Miliar

foto : istimewa

Pasardana.id - SCG mengumumkan hasil kinerja perusahaan yang belum diaudit untuk Q2/2018, dengan pendapatan terdaftar dari penjualan sebesar Rp52.416 miliar (US$ 3.774 juta), atau meningkat sebesar 11% y-o-y dan 2% q-o-q karena adanya peningkatan volume penjualan dan harga dari sebagian besar kegiatan bisnis.

Sementara itu, laba pada periode ini mengalami penurunan sebesar 6% menjadi Rp 5.397 miliar (US$ 389 juta) dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh kinerja yang menurun dari bisnis bahan kimia dan pendapatan dividen yang menurun dari bisnis investasi.

Sedangkan laba dari hasil Q2/2018 masih tetap sama dengan kuartal sebelumnya, karena didukung oleh dividen musiman mitra di bisnis-bisnis lain, meskipun permintaan musiman pada bisnis semen dan bahan bangunan menurun.

Adapun pendapatan dari penjualan SCG untuk semester pertama tahun 2018 meningkat 6% y-o-y menjadi Rp 102.909 miliar (US$ 7.523 juta) karena tingginya harga bahan kimia. Sedangkan laba untuk periode, turun 19% y-o-y menjadi Rp 10.695 miliar (US$ 782 juta), disebabkan oleh penurunan laba atas penjualan investasi.

Selain itu, pendapatan dari ekspor untuk semester pertama tahun 2018 meningkat karena keuntungan tidak berulang dalam penjualan investasi pada tahun sebelumnya, yang disebabkan oleh meningkatnyanilai mata uang baht Thailand serta naphtha costs.

Sedangkan pendapatan ekspor untuk semester pertama tahun 2018 mencapai Rp 28.020 miliar (US$ 2.048 juta) atau 27% dari pendapatan gabungan dari penjualan yang tetap. Kondisi ini tidak berubah jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.

Dalam siaran pers yang dirilis Jumat (27/7/2018), Roongrote Rangsiyopash, Presiden dan CEO SCG mengungkapkan, bahwa perusahaan telah mengambil langkah-langkah strategis untuk memperkuat core bisnis dan mempertahankan kelanjutan ekspansi di wilayah ASEAN.

Langkah yang telah dilakukan antara lain; mendorong terintegrasinya teknologi digital dengan beragam produk serta platform ritel modern untuk mampu memenuhi tuntutan pelanggan yang kian meningkat.

Selain itu, SCG juga melakukan ekspansi bisnis logistik ke wilayah China selatan, seraya terus memberikan dukungan penuh pada inovasi, produk dan layanan bernilai tambah tinggi.

“Ini merupakan upaya perusahaan untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan perusahaan di masa depan, dan senantiasa meningkatkan kualitas hidup masyarakat luas,” terangnya.

SCG di ASEAN (kecuali Thailand)

Untuk kinerja SCG di ASEAN (kecuali Thailand), pendapatan dari penjualan di Q2/2018 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 15% y-o-y, senilai Rp 13.068 miliar  (US$ 941 juta), yang merupakan 25% dari total pendapatan SCG dari penjualan. Ini termasuk penjualan dari kedua kegiatan operasional lokal di setiap pasar di ASEAN dan impor dari Thailand.

Per 30 Juni 2018, total aset SCG mencapai Rp 254.368 miliar  (US$ 17.811 juta), sedangkan total aset SCG di ASEAN (kecuali Thailand) sebesar Rp 63.390 miliar  (US$ 4.439 juta), dimana 25% berasal dari total konsolidasi aset SCG.

SCG di Indonesia

Berdasarkan laporan Q2/2018, SCG di Indonesia memiliki total aset senilai Rp 21.269 miliar  (US$ 1.489 juta). Perusahaan melaporkan pendapatan dari penjualan Q2/2018 sebesar Rp 3.075 miliar (US$ 221 juta) yang mencakup penjualan dari operasional di dalam negeri dan impor dari Thailand, ini mewakili peningkatan sebesar 26% y-o-y terutama dari produk petrokimia dan impor dari Thailand.

Untuk periode H1/2018, SCG di Indonesia melaporkan pendapatan dari penjualan sebesar Rp 6.257 miliar (US$ 457 juta), mengalami peningkatan 21% y-o-y.

Di Indonesia, SCG baru saja mengakuisisi 29% saham di PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (Kode Saham: CSAP), perusahaan ritel modern terkemuka di Indonesia yang menjual produk bahan bangunan dan rumah tangga.

Akuisisi ini dimanfaatkan perusahaan untuk memperbanyak toko retail, guna memperluas jangkauan distribusi material dan bahan bangunan serta produk rumah tangga lainnya. CSA memiliki dua lini bisnis utama yaitu toko ritel modern yang bernama ‘Mitra10’ serta bisnis pendistribusian produk-produk rumah tangga.

Mitra10 adalah toko ritel modern terkemuka di Indonesia untuk produk-produk rumah tangga, yang telah memiliki  27 cabang di kota-kota besar.

CSA menargetkan pembangunan 50 toko baru Mitra10 hingga akhir tahun 2021 guna memperkuat pangsa pasar.

Pada lini bisnis lainnya, yaitu distribusi produk bahan bangunan, CSA telah memiliki akses ke lebih dari 30.000 toko ritel tradisional di berbagai wilayah di Indonesia.

Roongrote mengatakan, “SCG bergerak maju untuk memperluas core bisnis perusahaan di wilayah ASEAN. Salah satu proyek besar kami saat ini adalah pembangunan kompleks petrokimia pertama di Vietnam, Long Son Petrochemicals Company Limited (LSP). Setelah batu peletakan pertama yang dihadiri oleh Perdana Menteri Vietnam dan pejabat tinggi Vietnam pada bulan Februari lalu, perkembangan pembangunan kompleks ini telah memperlihatkan banyak kemajuan. Pada bulan Juni tahun ini, SCG meningkatkan kepemilikannya dari 71% menjadi 100%, dan dijadwalkan akan menandatangani paket pinjaman senilai US$ 3,2 miliar yang berasal dari institusi finansial domestik maupun mancanegara di bulan Agustus. Proyek ini telah siap dilanjutkan ke fase Engineering, Procurement, dan Construction (EPC) di Q3/2018 dan ditargetkan akan mulai beroperasi pada Q1/2023. Proyek ini akan menciptakan banyak lapangan kerja, memberikan kontribusi pendapatan terhadap negara, yang secara langsung dapat meningkatkan iklim industri dan ekonomi Vietnam.”