ANALIS MARKET (24/7/2018) : Secara Teknikal, Pasar Obligasi Masih Menunjukkan Tanda-tanda Pelemahan
Pasardana.id – Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, pagi ini pasar obligasi akan dibuka melemah dengan potensi bervariasi. Variasi ini datang dari ‘tangan-tangan tidak terlihat’ yang mungkin akan kembali hadir.
Menurut analis Kiwoom Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, yang menarik adalah, ketika imbal hasil global mengalami kenaikkan, khususnya UST bertenor 10 tahun yang berada di 2.95%, apakah imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun Indonesia juga akan terus bertahan? Yang pada dasarnya obligasi UST bertenor 10 tahun dan Indonesia 10 tahun berkorelasi positif.
“Secara teknikal pasar obligasi juga masih menunjukkan tanda-tanda pelemahan, didukung oleh Rupiah yang juga ikut terus melemah,” ujar Nico kepada Pasardana.id, di Jakarta, Selasa (24/7/2018).
Sementara itu, ditengah berbagai macam gejolak, lelang sukuk hadir sebagai penenang bagi para pelaku pasar dan investor yang ingin membutuhkan pilihan obligasi yang memiliki kupon lebih tinggi, namun memiliki tingkat volatilitas lebih rendah.
Obligasi jangka pendek, PBS 16 atau PBS 2 mungkin akan diminati, namun bagi yang membutuhkan cash flow lebih tinggi, tentu bisa melirik obligasi PBS 12 dengan kupon 8.875%. Hal ini penting untuk menyeimbangkan portfolio para investor ditengah tingginya volatilitas saat ini.
“Bank Indonesia diperkirakan masih akan melakukan intervensi hari ini. Kami merekomendasikan hold hari ini dengan melihat arah pergerakan obligasi lebih lanjut. Pergerakan obligasi yang melebihi 50 bps, akan menjadi arah selanjutnya karena akan menguji support hari ini,” terang Nico.
Sebelumnya, diperdagangan Senin (23/7), total transaksi dan frekuensi turun dibandingkan hari sebelumnya (22/7), ditengah intervensi yang terjadi kemarin. Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 3 – 5 tahun, diikuti dengan <1 tahun dan 7 – 10 tahun. Sisanya merata disemua tenor hingga yang bedurasi 25 tahun.
“Pasar obligasi kemarin muncul ‘tangan-tangan yang tidak terlihat’ untuk menjaga pasar obligasi untuk tidak mengalami pelemahan lebih dalam. Namun disatu sisi, intervensi ini tidak dapat menahan pelemahan Rupiah yang ditutup hampir 14.500,” tandas Nico.

