2018, Mandiri Investasi Proyeksikan IHSG Tembus 7.200

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Mandiri Investasi memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) akhir tahun 2018 akan berakhir pada level 7.100 - 7.200. Dengan demikian, pertumbuhan IHSG pada tahun 2018 hanya mencapai 13% atau lebih rendah dari pertumbuhan IHSG pada tahun 2017 sebesar 20%.

Direktur Utama Mandiri Investasi, Alvin Pattisahusiwa mengatakan, pertumbuhan indeks tersebut dengan asumsi harga komoditas tidak tumbuh atau sama dengan harga komoditas pada tahun 2017.

"Terutama harga minyak mentah dunia yang belum tahu arahnya sehingga kami membuat perkirakan zero growth," ujar Alvin di Jakarta, Kamis (25/1/2018).

Namun jika harga komoditas mengalami kenaikan, lanjut dia, maka IHSG pada akhir tahun 2018 akan mencapai 7.500. Karena akan mendorong pertumbuhan kinerja emiten di 2018 untuk tumbuh dari 13% menjadi 17% - 18%.

"Kalau harga komoditas naik dari rata-rata harga tahun 2017, maka kinerja emiten akan naik menjadi 17% - 18%," kata dia.

Selain itu, jelas dia, perkiraan itu ditopang oleh asumsi laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,2% dan inflasi dibawah 4% serta tingkat suku bunga rendah. Hal itu sebagai dampak membaiknya ekonomi global.

"Eropa membaik, USA tumbuh dan China tumbuh di atas 6,7% sehingga permintaan barang komoditas dari Indonesia akan meningkat," terang dia.

Sedangkan risiko yang akan menghadang tahun ini, menurut Alvin, datang dari kondisi politik dalam negeri, karena berlansungnya Pilkada di 171 daerah dan persiapan Pemilu Legislatif serta Pemilihan Presiden 2019.

"Kegiatan Politik akan berpotensi menarik dana dari perbankan dan pasar modal," kata dia.

Lebih lanjut Alvin menambahkan, perkiraan turunnya harga minyak mentah dunia dan perkiraan kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat hingga tiga kali pada tahun ini turut menjadi risiko pasar.

"Tapi kami harap dampaknya tidak besar jika suku bunga The Fed jadi naik," kata dia.

Berdasarkan pertimbangan itu, Alvin menilai ada tiga sektor saham yang akan mengalami pertumbuhan lebih unggul ketimbang lainnya. Pertama, sektor keuangan seperti saham-saham perbankan yang akan mengalami pertumbuhan kinerja lebih baik ketimbang tahun 2017.

"Rasio kredit bermasalah akan membaik tahun ini sehingga profitabilitasnya akan lebih baik dibanding tahun 2017," tutur Alvin.

Sementara itu, Alvin juga melihat, saham-saham komoditas dan konsumer juga layak diunggulkan karena dampak membaiknya ekonomi global.