Wall Street Berakhir Lebih Rendah Pekan Ini

foto: istimewa

Pasardana.id - Wall Street berakhir lebih rendah dari sesi sebelumnya pada Jumat (17/6/2016) akibat terseret penurunan saham Apple dan masih tersisanya kekhawatiran para investor terhadap referendum di Inggris pekan depan terkait keanggotaan Negeri Ratu Elizabeth di Uni Eropa. Dalam sepekan, tiga indeks utama di Bursa Efek New York, Amerika Serikat, turun paling tidak 1 persen, dengan penurunan Nasdaq mencapai hampir 2 persen.

Kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa sebagai hasil referendum 23 Juni telah mempengaruhi pasar saham global, tak terkecuali pasar saham AS yang mengalami penurunan perdagangan dan peningkatan volatilitas.

"Kondisi ini tak terhindarkan sampai Kamis depan. Para investor harus bisa menghadapinya sampai referendum berlangsung," kata Jim Paulsen, kepala strategi investasi Wells Capital Management di Minneapolis, dikutip Reuters.

Indeks Dow Jones Industrial Average pada Jumat turun 57,94 poin, atau sekitar 0,33 persen, menjadi 17.675,16. Indeks S&P 500 turun 6,77 poin, atau sekitar 0,33 persen, menjadi 2.071,22. Indeks komposit Nasdaq turun 44,58 poin, atau sekitar 0,92 persen, menjadi 4.800,34.

Saham Apple turun 2,3 persen. Apple menyebut produk iPhone 6 dan 6 Plus masih tersedia di Tiongkok meski regulator di Beijing telah melarang penjualan, menyebut desain iPhone 6 dan 6 Plus melanggar hak paten perusahaan Tiongkok.

Kekhawatiran akan Brexit melemahkan momentum pergerakan indeks S&P 500, angka indeks berada 12 poin di bawah penutupan akhir pekan lalu.

"Keinginan investor untuk mengambil resiko berkurang akibat kekhawatiran “Brexit" ," kata Jeremy Zirin, kepala strategi investasi UBS Wealth Management Americas di New York.

Pada Jumat, lima dari 10 sektor S&P berakhir turun. Saham-saham di sektor energi menjadi penampil terbaik dalam grup, naik 0,8 persen seiring kenaikan harga minyak. Pulihnya harga minyak menolong terjadinya rebound di pasar saham AS, sekitar 14 persen sejak pertengahan Februari. Indeks S&P saat ini naik 1 persen dalam setahun.

Sektor kesehatan mengalami penurunan terbesar, turun 1,1 persen, akibat saham Merck dan Johnson&Johnson mengalami pelemahan. Saham sektor teknologi turun 0,9 persen, penurunan bisa lebih besar terjadi andaikata saham Oracle tidak mengalami kenaikan 2,7 persen setelah pendapatan kuartalnya lebih besar dari perkiraan.

Sekitar 9 miliar saham ditransaksikan, jauh di atas rata-rata 20 sesi terakhir menurut data Thomson Reuters. Jumlah yang naik melebihi yang turun di NYSE dengan perbandingan 1844 dengan 1156. Sedangkan di Nasdaq 1599 berbanding 1231.